Karena keterbatasan waktu, Rhoma harus kembali ke Yogyakarta. Misi untuk merangkum surat kabar itu nyaris pupus.
Namun sebelum kembali ke rumahnya pada waktu itu, ia mendapat informasi jika di Jogja Library Centre menyimpan koran yang sama.
Di kamar yang tak begitu luas dengan pintu berteralis besi yang terletak di lantai satu perpustakaan, Rhoma dan Muhidin melanjutkan misinya mengumpulkan sumber-sumber berkait Lekra yang terserak.
"Mulai dari situ, kami menulis ulang surat kabar ini. Memang bisa di foto copy namun saat itu alatnya tidak ada dan rawan jika koran usang itu harus di foto copy. Sehingga kami berinisiatif memotret sumber-sumber koran tersebut dan sebagian ditulis ulang saat di perpustakaan, ketika sampai rumah saya ketik lagi di laptop," ujar dia, Senin (21/9/2020).
Sejak pukul 08.00 wib ketika perpustakaan dibuka, Rhoma dan Muhidin langsung bergegas menuju ruang terlarang itu. Mereka berhenti ketika perpustakaan ditutup pada pukul 21.00 wib. Bahkan pada waktu tertentu mereka meminta izin hingga tengah malam.
"Saya masih ingat ruangan itu baunya menyengat sekali. Koran-koran Harian Rakyat yang bertumpuk itu dipenuhi kotoran cecak hingga tikus. Rekan saya Muhidin sampai sakit lantaran tak kuat berlama-lama di ruangan tersebut," ceritanya mengingat proses pengumpulan data saat itu.
Ia mengaku proses pengumpulan sumber Lekra saat itu harus dilakukan berkejaran dengan waktu. Sebab, berdasar informasi dari pihak perpustakaan, berbendel-bendel koran yang terletak di kamar terlarang itu akan dibawa oleh Kejaksaan Agung ke Jakarta.
"Kebetulan saat itu momennya pemerintah sedang gencar melakukan pengamanan terhadap segala hal yang berbau Kiri. Informasinya sih termasuk koran-koran harian Rakjat yang tersimpan di perpus daerah juga akan diambil ke pusat. Kami cuma punya waktu 3 hari untuk mengumpulkan semua sumber saat itu. Jadi pagi-pagi gitu sudah sampai di perpustakaan untuk menulis ulang. Akhirnya kami bagi tugas, saya menulis untuk bagian sastra, seni, ketoprak, wayang. Dan bung Muhidin di bagian lainnya," ujar dia.
Rhoma tak ingat betul tanggal dan bulan apa saat perintah menarik bebagai sumber beraliran kiri itu dilakukan. Namun memang benar, setelah tiga hari berlalu, sumber surat kabar tersebut sudah tidak ada lagi di dalam perpustakaan. Beruntung banyak lembar surat kabar yang telah diselamatkan dalam bentuk tulisan. Dari situ, Rhoma dan Muhidin mulai menyeleksi dan menjahit sumber yang ada jadi buku.
Baca Juga: Terdampak Tol Jogja, Sebagian Warga Tirtoadi Diminta Relokasi Mandiri
Dirangkai selama 1,5 tahun
Proses memindah ratusan ribu tulisan ke dalam sebuah buku juga memiliki cerita di baliknya. Dalam memberikan judul, Rhoma saat itu mendiskusikan dengan rekannya, Muhidin.
Pria yang lebih akrab disapa Gus Muh ini adalah yang memberikan judul buku. Lekra Tak Membakar Buku adalah judul yang disematkan di dalam buku itu diambil dari sebuah essay milik Gus Muh yang pernah diterbitkan di salah satu media ternama di Indonesia.
"Pada 2005 itu saya buat essay dan terbit di surat kabar Jawa Pos. Nah essay yang saya beri judul itu saya berikan ke dalam buku yang kami buat tahun 2008," terang Gus Muh saat ditemui di Museum Sonobudoyo, Rabu (23/9/2020).
Merangkum Harian Rakjat selama 1,5 tahun di dalam perpustakaan diakui Gus Muh tidak ada kendala seperti intimidasi atau ancaman. Pasalnya ketika itu masih dalam era reformasi dimana aktivitas masyarakat terkesan bebas.
Selama di perpustakaan mereka hanya menulis ulang surat kabar itu, tanpa membuat hal lain yang mengundang kecurigaan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Heboh Warga Solo Dituduh Buron 14 Tahun, Kuasa Hukum Tak Habis Pikir: Padahal di Penjara
-
7 Rekomendasi HP Gaming Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Agustus 2025, Murah Performa Lancar
-
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
-
Kak Ros dan Realita Pahit Generasi Sandwich
-
Immanuel Ebenezer: Saya Lebih Baik Kehilangan Jabatan
Terkini
-
Erix Soekamti, dari Panggung Musik ke Lapangan Padel: Gebrakan Baru untuk Olahraga Jogja?
-
Penganiayaan Santri Putri: Pondok Klaim Sudah Tangani Sesuai Prosedur, Tapi Keluarga Korban Tak Terima
-
Santri Diduga Dianiaya di Ponpes Sleman, Orang Tua Kecewa dan Lapor Polisi Usai Dianggap Bertengkar
-
Koperasi Sleman Siap Saingi Minimarket? Ini Jurus Ampuh Tingkatkan Daya Saing
-
Disperindag Sleman Ungkap Penyebab Harga Beras Naik: Bukan Hanya Soal Stok