SuaraJogja.id - Gerakan 30 September atau G30S yang ditandai dengan penculikan dan pembunuhan sejumlah Jendral, tak pelak menyisakan noda merah dalam sejarah Indonesia. Kesaksian dua prajurit yang terlibat dalam operasi pengangkatan jenazah para Jendral di komplek Lubang Buaya pun mengingatkan kembali mengenai kisah miris nan kejam tersebut.
Dalam sebuah wawancara bersama kanal YouTube MTATV, mantan prajurit marinir sekaligus saksi sejarah, Pelda (Purn) Sugimin dan Pelda (Purn) Evert Julius Ven Kandou membeberkan saat proses evakuasi berlangsung kala itu.
Julius dan Sugimin merupakan dua prajurit yang termasuk dari 12 orang tim regu evakuasi pengangkat jenazah korban G30S.
Awal mulanya, mereka mengisahkan, pada malam hari 3 Oktober 1965, seorang prajurit Kostrad bernama Kapten Sukendar datang menemui para perwira yang sedang berdinas di Pusat Korps Marinir Angkatan Laut.
Adapun maksud dan tujuan kedatangan Kapten Sukendar tak lain adalah untuk menyampaikan pesan dari Pangkostrad, Mayjen Soeharto yang isinya meminta bantuan dari KKO AL untuk mengevakuasi jenazah para Jenderal.
Mendengar hal itu, Komandan Korps Komando Angkatan Laut, Mayjen Hartono menginstruksikan langsung sejumlah prajuritnya untuk bergabung dalam tim evakuasi jenazah para Jenderal korban dari Gerakan 30 September, dua orang di antaranya adalah Julius dan Sugimin.
Keduanya pun berangkat bersama sejumlah prajurit lain dengan menaiki sebuah truk menuju lokasi sumur tua di Lubang Buaya yang disebut-sebut sebagai lokasi terbunuhnya para Dewan Jendral.
Julius pun menjelaskan, kala mendekati titik lokasi sumur tua itu, dari jarak 100 meter saja bau busuk yang dikeluarkan dari mayat sudah mulai tercium. Bahkan baunya hingga menembus masker milik para prajurit.
Bahkan, untuk menggambarkan bau tak sedap yang dikeluarkan dari sumur itu, Julius mengatakan, baunya membuat dirinya tak nafsu makan hingga dua hari setelahnya.
Baca Juga: Fakta Pasien Covid-19 di Bantul yang Meninggal Tanpa Ada Komorbid
“Masker gas anti huru-hara itu tembus baunya, jadi enggak kuat. Bau jenazah itu, dari seratus meter kita masuk, sudah terasa baunya,” kata Julius seperti dikutip dari Hops.id - jaringan Suara.com.
“Bahkan saya ngerasain dua hari setelahnya tak bisa makan,” tambahnya.
Sejak awal tim evakuasi itu melihat lubang sumur, sejumlah prajurit mencurigai adanya bom jebakan yang diselipkan di para jenazah tersebut. Mereka pun memastikan terlebih dahulu, bahwa lubang sumur tua itu aman.
Sementara itu, ketika ditanya bagaimana kondisi para jenazah di dalam sumur, mereka menjelaskan bahwa jika dilihat dari atas hanya terlihat kakinya saja. Oleh sebabnya, ketika dievakuasi ke atas, para perwira TNI AD tersebut diikat kakinya, sehingga berada dalam posisi terbalik.
Julius mengisahkan kembali peristiwa pengangkatan jenazah Jendral Ahmad Yani dan Jendral Sutoyo. Kala itu, keduanya yang sempat terjatuh kembali tersumur lantaran tali yang digunakan tak kuat menahan beban berat dan terputus.
“Yang ngenes sekali itu, (mayat) pak Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Sutoyo ketika ditarik ke atas sudah di mulut sumur, talinya putus,” ujar Julius.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Proses Berlanjut, Terduga Pelaku Pemukulan Ojol di Sleman Diserahkan ke Polisi
-
Pakar Soroti Peluang Kerja Luar Negeri, Kabar Gembira atau Cermin Gagalnya Ciptakan Loker?
-
Menko Airlangga Sentil Bandara YIA Masih Lengang: Kapasitas 20 Juta, Baru Terisi 4 Juta
-
Wisatawan Kena Scam Pemandu Wisata Palsu, Keraton Jogja Angkat Bicara
-
Forum Driver Ojol Yogyakarta Bertolak ke Jakarta Ikuti Aksi Nasional 20 November