Sebelum turun, tubuhnya sudah diikat lengkap dengan tali serta helm layaknya atlet panjang tebing. Ia diminta turun menggunakan tali berbentuk tangga sedalam 50 meter dari permukaan mulut luweng . Meski ada perasaan cemas, ia tetap melanjutkan permintaan polisi ataupun tentara tersebut.
Sesampainya di dasar luweng , ternyata tidak sesuai dengan prediksi sebelumnya karena dasar luweng tersebut merupakan pertemuan dua aliran sungai bawah tanah di mana di tengahnya ada batu cukup besar berdiameter 1 meteran. Di atas batu tersebut ada kerangka manusia yang sudah tinggal tulangnya saja.
"Itu katanya PKI paling sakti, sehingga bisa tersangkut di atas batu," ujar dia.
Seperti permintaan sebelumnya, lelaki ini lantas membawa serta tulang belulang tersebut ke atas keluar dari luweng . Tak banyak yang ia bawa karena sulitnya medan yang harus ia tempuh ketika kembali ke atas permukaan luweng . Margo mengaku hanya membawa tulang iga ke permukaan luweng .
Sesampainya di mulut luweng di mana banyak tentara dan polisi menunggu, tulang tersebut langsung diperiksa oleh mereka. Margo sendiri tidak tahu apa yang dilalukan oleh para tentara atau polisi tersebut. Ia mengaku selesai keluar dari dalam luweng pukul 15.00 WIB.
"Ya itu [tulang] katanya PKI yang sakti. Sengaja dibuang ke situ biar mati kelaparan katanya," tambah Mbah Margo.
Mbah Margo mengakui, sudah ratusan goa dan luweng ia masuki, bahkan hampir semua luweng yang ada di Gunungkidul. Memang dirinya sejak muda sudah dikontrak para juragan untuk mencari sarang burung walet di sepanjang Pantai Selatan Gunungkidul.
Setiap hari, ia hanya dibayar Rp0,5 kala itu untuk mencari sarang burung walet. Kemampuannya itu mungkin yang membuat polisi atau tentara memintanya masuk Luweng Grubug. Namun untuk Luweng Grubug, ia memang baru sekali masuk, yaitu saat diperintah untuk mencari jasad PKI.
Kini, Mbah Margo sudah tak menjalani profesinya tersebut. Sang istri, Samtinem, mengatakan, keluarga sudah tidak mengizinkan suaminya pergi mencari sarang burung walet. Kaki Mbah Margo sudah tidak sekuat dulu lagi dan terkadang langsung sakit tanpa ada gejala sebelumnya.
Baca Juga: Survei SMRC: 37 Juta Warga Indonesia Percaya PKI Akan Bangkit Lagi
"Sukune niku sampun mboten kiat [kakinya itu sudah tidak kuat],"ujarnya.
Kini, Mbah Margo tinggal bersama dirinya di Dawung. Setiap hari, Mbah Margo pergi ke ladang yang berada di kawasan Pantai Puncak Segoro. Jarak antara rumahnya dengan ladang memang cukup jauh, sekitar 2 kilometer. Sejak pukul 09.00 WIB, Mbah Margo pergi ke ladang dan pulang kembali ke rumah pukul 17.00 WIB.
Untuk mengisi hari tuanya, selain berladang, Mbah Margo juga mencari nafkah dengan membuat arang. Meski hasilnya tidak seberapa, tetapi itu tetap ia lakukan untuk menyambung hidup. Ia sudah merasa puas dengan hidupnya bersama 4 orang anak dengan 6 orang cucu.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Survei SMRC: 37 Juta Warga Indonesia Percaya PKI Akan Bangkit Lagi
-
Sukmawati: PKI Itu Ideologinya Pancasila, Kenapa Jadi Masalah?
-
Sejak Kapan Komunis Muncul di Dunia dan Masuk Indonesia, Siapa yang Bawa?
-
Tragedi 1965, Sertu Ishak Bahar Cakrabirawa: Bojo Ucul, Pangkat Minggat
-
Kritik Gatot, Intelektual NU: Yang Layak Angkat Isu PKI Mestinya Warga NU
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Pakar Soroti Peluang Kerja Luar Negeri, Kabar Gembira atau Cermin Gagalnya Ciptakan Loker?
-
Menko Airlangga Sentil Bandara YIA Masih Lengang: Kapasitas 20 Juta, Baru Terisi 4 Juta
-
Wisatawan Kena Scam Pemandu Wisata Palsu, Keraton Jogja Angkat Bicara
-
Forum Driver Ojol Yogyakarta Bertolak ke Jakarta Ikuti Aksi Nasional 20 November
-
Riset Harus Turun ke Masyarakat: Kolaborasi Indonesia-Australia Genjot Inovasi Hadapi Krisis Iklim