Selain kapasitas masyarakat lokal sendiri, aktivitas ekonomi di DIY ditopang dengan adanya permintaan masyarakat lokal terhadap barang primer dan bisa disediakan oleh masyarakat lokal sendiri. Dengan demikian, ekonomi akan berjalan level minimal.
"Ini daerah yang tidak menjadikan jasa sebagai faktor besar. Tapi local demand, local supply ini jadi faktor penting positif bagi DIY. Saya juga masih melihat masyarakat DIY bersikap positif dalam merespon protokol kesehatan masih relatif taat. Recovery perlahan bisa mulai awal tahun depan, pertengahan tahun depan mudah-mudahan bisa kembali," ungkap Jaka.
Sementara itu, ketika sektor wisata bisa bergerak terbatas dan tetap mengedepankan protokol kesehatan, itu bisa menjadi tambahan.
"Pendidikan kita harapkan juga bisa kembali dan di sanalah recovery itu terjadi," paparnya.
Jaka memperkirakan, ke depan masih dimungkinkan adanya pertumbuhan UMKM baru di DIY, terutama yang bergerak di bidang penyediaan kebutuhan primer.
Pertumbuhan usaha bisnis di bidang penyediaan kebutuhan primer itu dimungkinkan terjadi sampai pertengahan tahun depan, sedangkan dalam sektor lain jumlahnya masih terbatas.
Kala ditanya apa yang bisa dilakukan masyarakat dalam menghadapi resesi, pertama-tama Jaka mengingatkan kembali, masyarakat harus lebih dahulu mengetahui apa yang menjadi prioritas -- kesehatan atau ekonomi.
"Kalau saya, jelas kesehatan, yaitu hati-hati, beraktivitas sesuai protokol kesehatan nomor 1. Untuk ekonomi, setidaknya bisa mengamati kebutuhan masyarakat primer, itu yang kemudian bisa diusahakan, dengan proses penjualan yang memperhatikan protokol kesehatan itu," tutur dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII ini.
Namun yang unik, ia juga melihat sektor properti di DIY mulai bergerak perlahan. Belum rigid dari statistik, melainkan hal itu diamati lewat aktivitas kantor dan proyek properti yang sudah mulai berjalan. Utamanya proyek yang sempat mangkrak di masa awal pandemi.
Baca Juga: Pakar Minta Ekonomi Digital yang Telah Terbangun Harus Dijaga
Langkah itu diperkirakan sudah berani diambil karena tidak semua anggaran infrastruktur dialihkan 100% untuk COVID.
Kontributor : Uli Febriarni
Berita Terkait
-
Pakar Minta Ekonomi Digital yang Telah Terbangun Harus Dijaga
-
Aktivitas Ekonomi Bisa Tetap Jalan Jika 3M Diterapkan
-
Menristek: Ekonomi Kreatif & Digital Bisa Jadi Sumber Pertumbuhan Indonesia
-
Ada Kontraksi, Pemerintah Pede Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Membaik
-
Dana PEN Telah Tersalurkan Rp 304 Triliun hingga Akhir September
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Konser "Jogja Hanyengkuyung Sumatra": Kunto Aji hingga Shaggydog Ikut Turun Gunung
-
Danantara dan BP BUMN Siagakan 1.000 Relawan untuk Tanggap Darurat
-
Bantu Korban Sumatera, BRI Juga Berperan Aktif Dukung Proses Pemulihan Pascabencana
-
Anak Mantan Bupati Sleman Ikut Terseret Kasus Korupsi, Kejaksaan Buka Suara Soal Peran Raudi Akmal
-
Imbas Jembatan Kewek Ditutup, Polisi Siapkan Skema Dua Arah di Sekitar Gramedia-Bethesda