Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Jum'at, 23 Oktober 2020 | 07:08 WIB
Kegiatan di sanggar tari Artha Dance milik Made Dyah Agustina selama pandemi - (Suara.com/Dewi Yuliantini)

“Indonesia ini dikenal karena kekayaan budayanya, bukan karena hal yang lain. Indonesia kaya karena batiknya, diakui oleh UNESCO juga karena kebudayaannya. Nah, saya membuat karya-karya ini untuk mengumpulkan penerus-penerus bangsa yang nantinya bisa mewarisi karya-karya tari dan seni,” terang Dyah.

Ia berharap nantinya kesenian yang sudah ada saat ini bisa terus tumbuh dan terjaga di tengah budaya global yang modern. Tradisi akan tetap dijunjung oleh generasi muda tanpa rasa malu dan risi, melainkan dengan rasa bangga.

Dikenal dengan nama "Inem"

Selain sebagai pencipta tarian yang sudah banyak diundang di berbagai acara televisi, sosok Dyah lebih dikenal masyarakat Jogja dengan nama Inem, yakni seorang perempuan dengan dandanan badut dan riasan yang menyeramkan bagi sebagian orang.

Baca Juga: Pendeta Wanita Alih Profesi Jadi Penari Telanjang, Mengaku Bahagia

Menggunakan pakaian ala perempuan desa zaman dulu, sosok Inem sering berkeliaran di jalanan Jogja sekadar untuk membagikan bingkisan kepada yang membutuhkan maupun membersihkan sampah yang berserakan.

Bagi Dyah, tokoh Inem adalah bentuk karya seninya yang lain. Bukan hanya dalam bentuk tarian, Dyah juga ingin menciptakan sebuah karya seni yang memiliki dampak positif untuk masyarakat.

Bersembunyi di balik riasan badut dan pakaian kunonya, Inem mencoba hadir dan memberikan apa yang dimiliki untuk masyarakat yang membutuhkan serta mendengarkan langsung keluh kesah rakyat kecil.

Dari karya seni berupa tokoh tersebut, Dyah juga banyak diundang untuk hadir di berbagai acara-acara televisi. Ia juga mengaku dekat dengan beberapa tokoh papan atas.

Kegiatan di sanggar tari Artha Dance milik Made Dyah Agustina selama pandemi - (Suara.com/Dewi Yuliantini)

Dengan menjadi sosok yang disebut orang gila tersebut, Inem justru mendapatkan banyak berkah dalam berbagai bentuk. Hal itu membuatnya ketagihan menjadi badut yang gemar berbagi. Meski dicaci, tetapi ia merasa berguna.

Baca Juga: Lama Menghilang, Mantan Pendeta ini Muncul Jadi Penari Erotis

Setiap Senin hingga Jumat, sejak pukul 15.00 WIB kediamannya selalu dihiasi semarak aksi anak-anak yang berlatih tarian karya-karyanya. Rasa lelah dan letih tidak menjadi penghalang Dyah untuk berhenti membagikan tradisi dan budaya Indonesia kepada generasi selanjutnya.

Load More