“Artha Dance ini selain jadi tempat anak-anak untuk mengolah tubuh juga menjadi tempat saya mengasah kreativitas karena kalau tidak diasah mungkun kreativitas saya sudah mati,” tukasnya.
Dalam waktu dekat ini, Dyah juga tengah mempersiapkan karya tari terbarunya bertema ‘Virus Corona’, dengan judul tarian ‘Dadi Siji Indonesia’, yang menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia yang saling bahu membahu dan bekerja sama untuk menolak kehadiran virus corona.
Mengkolaborasikan tari Bali dan Jawa, Dyah akan menggunakan porperti bendera di antara gerakan tarian. Mengambil tarian ‘rangde’ dari Bali, Dyah menggambarkan corona seperti Butakala atau sosok raksasa jahat. Karya tari ini akan disajikan ke hadapan masyarakat secara virtual pada November mendatang.
Berkreasi sejak 2014, Dyah memperkirakan, sudah ada kurang lebih 20 tarian yang ia ciptakan dengan inspirasi berasal dari anak-anaknya. Sayangnya, meskipun keberadaan sanggar tarinya sudah mendapatkan izin, tetapi untuk karya tarinya belum sempat didaftarkan dalam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Selain karena keterbatasan dana, bagi Dyah, kesenian ini biarlah menjadi milik masyarakat. Ia mengaku membuat karya tari ini untuk masyarakat dan akan kembali kepada masyarakat. Biarlah tarian ciptaannya digunakan oleh masyarakat asal tidak diubah atau digunakan untuk hal-hal yang negatif, katanya.
Dirikan sanggar tari tak hanya untuk cari untung
Sebelum pandemi, Dyah memiliki sekitar 300 murid di sanggar tarinya. Setelah vakum selama empat bulan lantaran merebaknya wabah corona, kini ia memiliki 80 orang murid yang berlatih bergantian di garasi rumahnya.
Kehilangan mata pencaharian selama empat bulan, Dyah mengaku sempat merasa kelimpungan. Terutama, ia juga memiliki empat orang guru tari yang biasa membantunya.
Terpaksa ia merumahkan tiga di antaranya lantaran tidak adanya kegiatan meskipun empat orang guru tari tersebut juga kehilangan mata pencaharian lainnya karena kegiatan di sekolah juga diliburkan. Siswa yang dimiliki Dyah sendiri memiliki rentang usia mulai dari 7 tahun hingga 15 tahun.
Baca Juga: Pendeta Wanita Alih Profesi Jadi Penari Telanjang, Mengaku Bahagia
Dalam menjalankan bisnis keseniannya itu, Dyah mengaku jarang mendapatkan untung. Dibanding dengan sanggar tari lainnya, ia mematok biaya pendaftaran dan SPP yang bisa disebut cukup murah.
Untuk bergabung dengan Artha Dance, setiap anak dikenakan biaya Rp100.000. Sementara untuk biaya setiap bulannya senilai Rp60.000.
Selain murah, Dyah juga menggratiskan biaya SPP untuk anak yang memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Sementara untuk anak-anak di sekitar rumahnya yang ingin ikut latihan, mereka ditarik biaya Rp5.000 setiap pertemuan.
“Karena memang, sanggar tari ini kita buat bukan untuk sekadar profit saja, tapi memang untuk sebagai wadah anak-anak yang mampu maupun tidak mampu untuk berolah tubuh,” tukasnya.
Dyah menyebut kegiatan ini sebagai pesta seni, di mana tidak hanya boleh dinikmati oleh kaum borjuis saja, melainkan juga milik rakyat kecil.
Artha Dance memang tidak mengambil keuntungan dari uang SPP dan pendaftaran. Perempuan kelahiran 18 Agustus 1986 ini mengambil keuntungan dari hadiah perlombaan yang mereka ikuti maupun acara-acara yang secara khusus mengundang mereka.
Berita Terkait
-
Pariwisata di Banyuwangi Terapkan Konsep Staycation
-
Pendeta Wanita Alih Profesi Jadi Penari Telanjang, Mengaku Bahagia
-
Lama Menghilang, Mantan Pendeta ini Muncul Jadi Penari Erotis
-
Merasa Terkekang, Mantan Pendeta Perempuan Ini Beralih Jadi Penari Erotis
-
Beragama Hindu, Wanita Ini Kenakan Hijab Hingga Lulus Jadi Dokter
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Waspada Hujan di Jogja! Ini Prakiraan Cuaca BMKG untuk 18 September 2025
-
Bantul Optimis Swasembada Beras 2025: Panen Melimpah Ruah, Stok Aman Hingga Akhir Tahun
-
Sampah Menggunung: Jogja Kembali 'Numpang' Piyungan, Kapan Mandiri?
-
Terjebak dalam Pekerjaan? Ini Alasan Fenomena 'Job Hugging' Marak di Indonesia
-
Revolusi Pilah Sampah di Yogyakarta Dimulai: Ribuan Ember Disebar, Ini Kata Wali Kota