SuaraJogja.id - "Lho kok malah hujan. Pindah belakang aja, Mbak," kata seorang pria berkacamata yang kemudian mengajak saya masuk ke sebuah halaman belakang sebuah gedung.
Gedung itu tak bisa dibilang baru. Temboknya tampak beberapa kali berganti cat, beberapa bagiannya mengelupas. Sebuah pohon besar yang tumbuh tepat di pintu masuk bangunan itu membuat suasana tampak redup, tapi sejuk.
Akar-akar yang mencuat dari pohon itu sampai merusak semen yang harusnya dibuat sebagai jalan setapak. Ada dua plang nama yang terpampang di bangunan itu: Balairung dan Bulaksumur.
Dua nama yang sama-sama dikenal para mahasiswa Universitas Gadjah Mada sebagai lembaga pers kampus.
Saya diajak masuk melewati sebuah pintu belakang menuju ke sebuah halaman tertutup asbes.
Dua buah tikar besar sudah digelar di sana. Tampaknya sudah lama digelar agar mahasiswa tinggal lepas sepatu dan merebahkan diri di sana.
"Ini tempatnya emang dibagi dua sama punya Balairung, Mbak," kata pria berkacamata tadi.
Rafie Mohammad sudah sejak semester pertama menekuni dunia jurnalistik kampus sebagai awak media Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Bulaksumur Pos.
"Sudah jatahnya dari kampus," imbuh dia.
Baca Juga: Jokowi Dorong UGM Cari Solusi Konsep Pertanian dan Industrialisasi
Satu bangunan itu memang terbagi menjadi dua. Lebih mirip seperti denah rumah yang kemudian diubah menjadi sebuah markas atau sekretariat pers kampus.
Rafie yang kini bertindak sebagai pemimpin umum SKM Bulaksumur mengaku lembaga pers yang dibawahinya sering membuat para mahasiswa baru bingung.
"Banyak tuh yang nanya, 'apa sih bedanya Bulaksumur sama Balairung?'" kata Rafie menirukan pertanyaan yang setiap tahun ajaran baru banyak terlontar.
Pertanyaan itu tak dijawab Rafie secara teoritis, ia hanya membandingkan perbedaan produk-produk yang dibuat SKM Bulaksumur dan Balairung. Secara organisasi, mereka sama-sama sebuah UKM di bidang pers mahasiswa.
"Prinsip kita cuma ada tiga; populis, edukatif, sama interaktif. Jadi produk kita cenderung ke konten dengan topik yang dekat dan ringan bagi mahasiswa," kata Rafie.
Lantaran sering disalahpahami sebagai bagian dari Balairung, Rafie lantas menceritakan bahwa Bulaksumur awalnya memang merupakan bagian dari Balairung.
Tag
Berita Terkait
-
Peneror Mahasiswa di Sekretariat UKM Lima Washilah UIN Alauddin Ditangkap
-
Pandemi, Momentum Produk UKM Lokal Bangkit Kembali
-
UMKM Ramaikan UKM Virtual Expo yang Diselenggarakan Pempro Jateng
-
Disuruh Ngaca, Jebul Kalau Mau Masuk UKM Bahasa Ini Harus Good Looking Lur
-
Heboh! Mahasiswa Dilarang Gabung UKM Bahasa Asing karena Enggak Cantik
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
Terkini
-
Revitalisasi Selesai, Inilah Nasib Pedagang Pasar Terban dan Fasilitas Parkir Baru yang Dinanti
-
Sleman Optimis Tembus 8 Juta Kunjungan Wisata di 2025, Tapi Ini yang Jadi Penghalang Terbesar
-
Soal Rencana Pembatasan Gim Online, Komdigi: Kami Siap Tindak Lanjuti
-
Jangan Sampai Ketinggalan! Ini 3 Link Aktif DANA Kaget Terbaru
-
Bawa Celurit di Maguwoharjo, Dua Pemuda Diamankan Polisi: Ternyata Ini Motifnya!