Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Jum'at, 30 Oktober 2020 | 16:51 WIB
Potret Emanuella memegang pengumuman mencari orangtua kandungnya. - (Twitter/@emmanuellatanz1)

SuaraJogja.id - Seorang perempuan bernama Emmanuella Tanzil, yang tinggal di Liverpool, Inggris mencari orang tua biologisnya yang disebutnya warga Sleman, DI Yogyakarta. Diadopsi sejak berusia delapan bulan, ia ingin bisa menemui orang tua kandungnya.

Melalui akun Twitter-nya, Emanuella menyampaikan bahwa saat kelas 6 SD sempat ada teman yang mengatakan dirinya tidak mirip dengan kedua orang tuanya. Ia memiliki warna kulit gelap, sementara orang tuanya berkulit terang. Saat itu, ia mengaku mirip dengan neneknya yang memiliki darah Yogyakarta.

"Saya gak pernah tanya orangtua kenapa saya beda. Percaya saya mirip nenek. Tapi moment itu yang buat saya mikir," tulis @EmmanuellaTanz1 dalam utasnya.

Saat kelas 1 SMP, ia membongkar lemari ibu yang dipanggilnya "mami". Emanuella menemukan foto ibunya pada Juli 1985, yang seharusnya tengah mengandung, tetapi malah perutnya rata. Pada momen tersebut, Emanuella baru menyadari bahwa ia bukanlah anak biologis dari kedua orang tuanya di Inggris.

Baca Juga: Beredar Surat Protes Warga soal Ucapan Natal di Kampung Kauman Yogyakarta

Namun dia tidak pernah menanyakan hal tersebut kepada kedua orang tuanya. Entah kenapa, mungkin, kata dia, karena ia masih berusia belia dan tidak terpikirkan olehnya untuk bertanya. Kendati demikian, kecurigannya makin kuat terkonfirmasi saat SMA, ketika ia menjalani tes golongan darah.

Tidak mungkin golongan darahnya bisa sama dengan kedua orang tuanya, kata dia. Meski begitu, peristiwa tersebut belum mendorong Emanuella untuk bertanya pada kedua orang tuanya. Belum ada keinginan juga darinya untuk mencari tahu lebih lanjut.

Pada 2006, kekasih yang saat ini menjadi suaminya menyarankan agar perempuan ini mencari tahu lebih lanjut. Pada 2012, ia dan suami lalu bertanya kepada neneknya dan diberi tahu bahwa ia diadopsi di panti asuhan Katolik di Yogyakarta.

"Tapi saya tidak lanjuti. Entah kenapa, perasaan tidak enak kalau tanya mami. Selain itu saya harap mami yang akan cerita," imbuh Emanuella.

Selanjutnya pada 2013, ia pindah ke Inggris. Setahun kemudian, di 2014 ia melahirkan anak ke-3 dan 4, kembar non-identik. Hal yang mendorongnya untuk mencari tahu adalah rasa penasaran jika saja ia memiliki saudara kembar atau ibunya memiliki saudara kembar. Hatinya pun tergerak, tetapi belum ada tindakan.

Baca Juga: Sambut Maulid Nabi, Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud Khusus Internal

Lalu pada 2015 dan 2017 ibunya berkunjung ke Inggris, sedangkan ayahnya sudah meninggal. Banyak kesempatan yang muncul untuk bertanya, tetapi ia urungkan. Di sisi lain, Emanuella berharap, ibunya sendiri yang akan bercerita. Ia bertekad bertanya pada 2019 dan 2020 saat ibunya berkunjung, tetapi gagal karena berhalangan datang.

Awal Agustus 2020, dibantu dengan beberapa orang sahabatnya, ia mulai mencari di lima panti asuhan Katolik yang ada di Sleman dan satu panti asuhan terkenal. Namun, pada akhir bulan disampaikan dari enam tempat tersebut bahwa ia tidak berasal dari sana.

"Saya dapat info lain kalau saya diadopsi dari RS Bethesda di semarang. Saya pun mulai mencari ke RS Bethesda. Tapi saya cari di RS Bethesda Yogya. Karena menurut info dari paman, dia yakin 100% dari Yogyakarta. Selain cari di RS Bethesda, juga cari di RS Panti Rapih," terang Emanuella.

Pada 2 Septermber 2020 ia menerima kabar dari RS Bethesda, yang menyatakan, sejak 1982, rumah sakit itu sudah tidak melayani adopsi secara langsung, melainkan melalui Yayasan Sayap Ibu. Bingung harus mencari ke mana lagi, ia kembali menggali informasi dari paman yang menyatakan, proses adopsi dibantu saudara jauh yang tinggal di Yogyakarta.

Emanuella sendiri mengaku mengenal saudara jauh itu, tetapi sudah lama tidak bertemu -- terakhir pada 2010 di rumah duka ayahnya. Secara singkat, ia kemudian mendapatkan kontak dengan saudaranya tersebut dan mendapatkan beberapa informasi.

Ia lahir di RSIA Pura Ibunda, Sleman, Yogyakarta. Nama dokter pemiliknya adalah Lukas. Yayasan adopsi anak di RS itu diurus oleh wanita bernama Nancy, yang merupakan adik pemilik RS. Informasi terakhir adalah, rumah sakit itu sudah tutup, serta tantenya tidak memiliki nomor telepon dokter itu.

Setelah mencoba mencari lewat media sosial, Emanuella justru dapat nomor tersebut dari anak saudaranya. Setelah dihubungi, dr Lukas mengatakan, sudah tidak memegang dokumennya lagi karena rumah sakit sudah tutup, dan dokter itu sendiri sudah berusia 90 tahun.

Pada 14 September 2020, Emanuella kemudian menelepon Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) dan Pengadilan Negeri (PN) Sleman. Dari Dukcapil diberikan nomor WhatsApp untuk melakukan sinkronisasi data, sementara PN mengusulkan untuk menunggu data dari Dukcapil.

"Cerita pendeknya pada tanggal 24 September saya kirim email photo akta lahir ke PN Sleman dan kirim photo akta lahir ke dukcapil Sleman lewat DM Twitter. Kira-kira hasil seminggu dari tanggal tersebut," cuit Emanuella.

Sebelumnya pada 18 September 2020, Emanuella menanyakan kepada ibunya mengenai posisinya sebagai anak angkat. Ia juga menanyakan tentang dokumen-dokumen yang bisa memberikan informasi. Ternyata, ibunya tidak memiliki dokumen apa pun. Saat adopsi, sang ibu hanya dapat akta lahir, surat suntik, dan membayar uang hidup Emanuella selama tujuh bulan di sana.

Saat tinggal di rumah sakit, nama Emanuella adalah Theresia, entah nama dari orang tua kandung atau pengurus yayasan. Selama pencarian ini juga, Emanuella mengaku terhubung dengan Dinas Kesehatan Sleman bagian perlindungan anak. Disebutkan, ada yang janggal pada proses adopsi tersebut dan sedang dicarikan informasi lebih.

Setelah berhasil mendapatkan nomor telepon Ibu Nancy, yang bertanggung jawab pada proses adopsi itu, ia sempat mengobrol. Sayangnya, tidak ada jawaban yang pasti, dan justru makin banyak pertanyaan karena ada yang tidak cocok dengan cerita dari ibunya.

Ketika dihubungi SuaraJogja.id, Emanuella mengatakan, ada dorongan hati yang sangat kuat untuk mencari orang tua kandungnya setelah bertahun-tahun lamanya. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika akhirnya ia akan mencari orang tua biologisnya. Namun, perasaan hatinya sangat kuat.

"Jadi harus dituruti supaya enggak ada penyesalan nantinya. Setidaknya saya sudah berusaha mencari segiat-giatnya. Kalau soal hasil, jika Tuhan izinkan pasti hasil baik," ujar Emanuella melalui pesan langsung.

Ia juga terinspirasi oleh Widiyastuti, seorang warga Belanda yang sudah 24 tahun mencari orang tuanya dengan penuh semangat. Jika berkesempatan bertemu, Emanuella ingin memeluk erat orang tuanya dan berterima kasih karena sudah melepasnya, mungkin supaya ia mendapatkan kehidupan lebih baik.

Tidak ada perasan kecewa yang dirasakannya, hanya sedih. Namun, Emanuella juga mencoba memahami kemungkinan adanya alasan-alasan tertentu orang tuanya tidak bisa membesarkan dirinya. Ia berniat akan datang ke Yogyakarta jika sudah ada hasil tes DNA yang menyatakan itu adalah orang tuanya.

Load More