Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 17 November 2020 | 13:25 WIB
Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dinsos P3A Kabupaten Bantul Tunik Wusri Arliani ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (16/11/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul akan mendirikan shelter khusus untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Melalui Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A), pembangunan Shelter penampungan direncanakan pada 2021 mendatang.

Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dinsos P3A Kabupaten Bantul Tunik Wusri Arliani mengaku bahwa pembangunan shelter ini menyusul penuhnya kapasitas penampungan ODGJ yang ada di Yogyakarta.

"Memang di Bantul sendiri tempat penampungan [ODGJ] belum ada. Kapasitas tempat penampungan di Bantul juga sudah overload, saya kira tidak hanya di daerah saja mungkin seluruh Indonesia. Maka dari itu nanti dibangunkan shelter," ujar Tunik, dihubungi wartawan, Selasa (17/11/2020).

Tunik menjelaskan, pembangunan tersebut rencananya dimulai pada 2021. Kendati demikian, pihaknya belum bisa memastikan apakah penyelesaian cukup satu tahun atau lebih sebelum bisa difungsikan.

Baca Juga: Ada 3.500 ODGJ di Bantul, Dinsos: Pendampingan Keluarga Sangat Penting

Ia mengatakan, jika shelter khusus ini telah selesai dibangun, akan banyak ODGJ yang dirujuk untuk ditampung di tempat tersebut .

"Pasti akan banyak dan mungkin saja langsung penuh. Namun, karena ini shelter yang sifatnya tidak bisa berlama-lama, nanti kami lakukan assesment terhadap ODGJ tersebut," kata dia.

Pertama-tama, ODGJ yang terkena razia atau warga asli Bantul yang mengalami gangguan jiwa akan dimasukkan ke dalam shelter. Selanjutnya dari pihak Dinsos akan menyimpulkan apakah orang tersebut perlu dikembalikan kepada keluarga atau dirawat.

"Tentunya ada mekanisme yang kami lakukan untuk ODGJ ini, apakah nanti akan dikembalikan ke keluarga atau tidak. Mereka juga bisa diarahkan ke panti yang ada di Jogja dan bisa dirujuk ke RSJ Grhasia," jelas dia.

Shelter tersebut rencananya dibangun di Desa Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Baca Juga: ODGJ Tinggal di Bawah Pohon, Begini Penanganan yang Dilakukan Dinsos Bantul

Tunik tak menampik penuhnya atau overload tempat penampungan itu lantaran kapasitas yang tak memadai. Ia menyebutkan, di Kabupaten Bantul sendiri terdapat 3.500 ODGJ. Jumlah tersebut tercatat pada tahun 2019.

"Jadi ada sekitar 3.500 orang (ODGJ). Maka persoalan ini menjadi perhatian kami. Selain dengan rencana pembangunan shelter, penyuluhan kepada keluarga ini kami dorong," katanya.

Ia menjelaskan, masalah ODGJ memerlukan pendampingan keluarga. Termasuk peran lingkungan yang berusaha menerima kehadiran orang tersebut.

"Nah pentingnya pendampingan keluarga itu dibutuhkan. Ada beberapa kasus ODGJ sudah dirawat dan mulai stabil, tapi karena lingkungan dan peran keluarga kurang dia merasa terkucilkan dan kembali lagi," kata dia.

Selain faktor peran keluarga, perawatan dengan obat juga harus rutin dilakukan. Tunik menjelaskan jika ODGJ bisa sewaktu-waktu kambuh karena obat atau perawatannya tidak rutin.

"Bagi ODGJ dari Bantul, mereka mendapatkan perawatan dan obat-obatan gratis. Sehingga ini harus rutin dilakukan oleh ODGJ itu," kata Tunik.

Load More