SuaraJogja.id - Sejak mengunggah foto membaca buku, Minggu (22/11/2020) pagi, nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan makin meramaikan Twitter bahkan hingga Senin (23/11/2020).
Buku yang ia perlihatkan di foto itu mendapat banyak sorotan publik. Terlihat di sampulnya, buku tersebut berjudul How Democracies Die, yang artinya "bagaimana demokrasi mati".
Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Wisnu Prasetya Utomo pun turut membagikan isi buku karya Daniel Ziblatt and Steven Levitsky itu.
Melalui akunnya, @wisnu_prasetya, Minggu, dosen Ilmu Komunikasi ini mengungkapkan sebagian yang dia ingat dari isi buku itu, yakni berkaitan dengan keterlibatan elite politik dan penggerak kelompok yang secara ekstrem menghasut rakyat demi memperoleh kekuasaan atas matinya demokrasi.
"Salah satu yang saya ingat dari buku ini: ancaman thd demokrasi juga muncul ketika pemimpin atau elite politik sengaja memberikan ruang atau menormalisasi demagog ekstrimis yang menyebar ketakutan dan menjadikannya mainstream," cuit Wisnu.
Dalam ingatan Wisnu, bagian tersebut tertuang di bab pengantar atau bab 1 buku How Democracies Die.
"Sepertinya ada di bab pengantar atau bab 1," tulisnya, menutup kicauan yang ia bagikan sebagai respons untuk cuitan Anies Baswedan.
Membaca twit Wisnu, sejumlah warganet justru teringat akan FPI, salah satu ormas pergerakan Islam terbesar di Indonesia yang baru saja menyambut kepulangan imam besarnya, Habib Rizieq Shihab.
Penyambutan itu diketahui menimbulkan pro dan kontra lantaran menyebabkan kerumunan di tengah pandemi corona.
Baca Juga: Sindir Anies, Tsamara PSI: Baca Buku di Minggu yang Santai, Memalukan!
Selain itu, Anies Baswedan turut bertamu ke rumah Habib Rizieq meskipun ia sendiri menerapkan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di Jakarta.
"Sama kayak pemerintah yg nyebar ketakutan terhadap ancaman FPI?" komentar @_mi***.
"Pas buka bab 1, "lah kok mirip,"" tambah @ald***.
"Bila bisa menapak kekuasaan RI-1 akan menjadikan FPI sebagai pasukan paramiliter ala Waffen-SS yang dipakai Partai NAZI nya Hitler," ungkap @Sen***.
Di sisi lain, salah seorang warganet memberikan komentar yang berfokus pada isi buku tersebut.
Sependapat dengan Wisnu, pengguna akun @ric*** ini berkicau, "Yup tepat dihalaman 11, para pemimpin politik harusnya tidak memberi ruang dan berkolaborasi dengan mereka."
Berita Terkait
-
Pangdam Jaya: FPI Sudah Buat Surat Pernyataan Tak Gelar Reuni 212
-
Sindir Anies, Tsamara PSI: Baca Buku di Minggu yang Santai, Memalukan!
-
Pangdam Jadi Bintang, Ditemui Selebriti karena Berani Galak Sama FPI
-
TNI dan Polisi Akan Tindak Tegas FPI Jika Nekat Gelar Reuni Akbar 212
-
Pangdam Jaya Mayjen Dudung Keluarkan Ancaman Keras Jika Reuni 212 Digelar
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
Empati Bencana Sumatera, Pemkab Sleman Imbau Warga Rayakan Tahun Baru Tanpa Kembang Api
-
Ini Tarif Parkir di Kota Jogja saat Libur Nataru, Simak Penjelasan Lengkapnya
-
Ironi Ketika Satu Indonesia ke Jogja, 150 Ton Sampah Warnai Libur Akhir Tahun
-
Bangkitnya Ponpes Darul Mukhlisin: Dari Terjangan Banjir hingga Harapan Baru Bersama Kementerian PU
-
BRI Komitmen Berdayakan Komunitas dan Raih Penghargaan Impactful Grassroots Economic Empowerment