Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 24 November 2020 | 14:42 WIB
Personel gabungan TNI, Polri, dan Satpol PP Kota Bogor membongkar spanduk bergambar Pimpinan FPI Habib Rizieq Shihab, Senin (23/11/2020). [Ist]

SuaraJogja.id - Pegiat sosial media, Denny Siregar mengapresiasi sikap tegas yang ditunjukkan Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman terkait pencopotan baliho Habib Rizieq. Ia menyinggung jika pendiri FPI tersebut tak berbeda dengan Hitler.

Lewat tayangan Cokro TV, Denny Siregar menyebut bahwa pencopotan baliho yang dilakukan TNI bukan sekadar hanya mencopot, tetapi lebih jauh itu adalah upaya menghancurkan simbol yang memicu perpecahan. 

Ia menyebut baliho yang terpasang wajah Habib Rizieq itu ada kesamaan antara propaganda yang dilakukan Adolft Hitler, pemimpin Nazi Jerman di masa lalu. Habib Rizieq dan Hitlet punya karakter sama dalam memainkan propaganda dan menariknya bagi Denny, keduanya punya pengikut yang punya kesamaan.

Denny Siregar mengungkapkan upaya propaganda Nazi di masa lalu merupakan terobosan yang akhirnya membuat mereka besar.

Baca Juga: Spanduk 'Siap Kawal Habib Rizieq' Dicopot, HMI Sumut: Kita Pasang Lagi

Strateg propaganda yang dimainkan yaitu sederhana tapi mematikan, sebarkan kehobongan berulang-ulang sampai dianggap menjadi sebuah kebenaran. Dalam sejarah propaganda Nazi dan Hitler ini akhirnya mencuri hati rakyat Jerman untuk melawan Yahudi yang dituding sebagai biang kemunduran rakyat Jerman.

Nah Denny mencermati propaganda ala Hitler ini sedang terjadi di Indonesia dalam sosok Habib Rizieq lho. kok bisa sih?

“Coba perhatikan narasi yang beredar banyak di media sosial, kebencian pada China, bangkitknya PKI, ditindasnya umat Islam di Indonesia yang mayoritas, adalah narasi bohong yang terus disebarkan untuk membangkitkan ketakutan dan kebencian yang nanti berujung revolusi besar,” ujar Denny seperti disalin dari Hops.id.

Untuk membangun sebuah revolusi, butuh sosok yang bisa menerjemahkan propaganda yang dimainkan. Dalam konteks Indonesia saat ini, ujar Denny, sosok Hitler di Indonesia itu ada pada Habib Rizieq.

“Untuk revolusi butuh sebuah sosok orator ulung seperti Hitler, seorang yang rasis yang dalam pikirannya cara berkuasa meski korbankan jiwa. Sosok itu ada pada Rizieq sekarang, dan bumbu-bumbu yang ditambahkan bahwa ia adalah cucu nabi dan siapapun menghina cucu nabi dia dibenci dan tak akan masuk surga,” ujar Denny.

Baca Juga: Spanduk 'HMI Siap Kawal Kedatangan Habib Rizieq' di Medan Dicopot Satpol PP

Selain soal bungkus agama, Denny menuding Habib Rizieq memainkan propaganda dengan narasi kriminalisasi ulama. Aparat penegak hukum dituding dan disalahkan.

Denny mengulas propaganda Habib Rizieq dimainkan dengan membuat baliho yang tersebar di mana-mana.

Anehnya, kata Denny, meski memainkan propaganda berbungkus agama, nyatanya banyak banget pendukung dan pengikut tokoh sentral FPI itu. Malah terus bertambah. Denny melihat ada kesamaan pengikut Habib Rizieq dengan Hitler di masa lalu.

“Modelnya pengikutnya mirip dengan pengikut Hitler pada masanya, bodoh miskin, punya masalah, pengangguran dan mereka yang sudah diberikan mimpi kelak Islam akan berjaya. Kalau pun ada yang berpendidikan, itu digunakan barisan itu untuk kepentingan kelompok mereka pribadi,” jelasnya.

Lalu pertanyaannya siapa dibalik propaganda Habib Rizieq ini? Denny mengatakan propaganda Habib Rizieq ini benar-benar didanai dan dimainkan kelompok elite politik yang ingin mendapatkan kekuasaan. Makanya dia salut dengan manuver Pangdam Jaya mencopoti baliho Habib Rizieq.

“Ketika Pangdam Jaya hancurkan baliho itu orang politik teriak, Rizieq adalah investai mereka sejak lama. Ketika simbol propaganda mereka dihancurkan maka hancur pula harapan mereka untuk bisa memenangkan pertarungan di Pilkada dan Pilpres,” jelasnya.

Denny tak bisa membayangkan bila tak ada langkah tegas dari Pangdam Jaya, bakalan seperti apa nanti propaganda yang muncul.

Denny mengatakan, model propaganda Habib Rizieq ini bahaya, bangun kebencian lewat slogan dan menipu masyarakat umum bahwa Islam ditindas penguasa, kalau tidak dihentikan sekarang ia kelak menjelma jadi monster yang kumpulkan banyak orang bodoh untuk melakukan kejahatan besar dengan bungkus agama

“Pangdam Jaya sudah melakukan hal yang benar, mematikan api kecil yang kelak kalau dibiarkan negara kebakaran besar dan Jokowi sudah benar membangun lapangan ekonomi sebesar dan sebanyaknya supaya tak banyak pengangguran dimanfaatkan elite politik dan kroninya,” tuturnya.

Load More