Scroll untuk membaca artikel
Rendy Adrikni Sadikin
Rabu, 09 Desember 2020 | 09:14 WIB
Presiden Jokowi menanggapi penetapan Menteri Sosial sebagai tersangka korupsi Bansos di Istana Kepresidenan Bogor, 6 Desember 2020 / [Foto: Sekretariat Presiden]

SuaraJogja.id - Pakar Hukum dan Tata Negara, Refly Harun, mempertanyakan ucapan belasungkawa dari Presiden Jokowi terkait penembakan 6 anggota Laskar FPI di Tol Jakarta-Cikampek Km 50.

Atas dasar kemanusiaan, dalam video berjudul 'Mana Ucapan Belasungkawa dari Jokowi', Refly Harun menyoroti tidak adanya ucapan belasungkawa dari Presiden Jokowi atas meninggalnya 6 anggota Laskar FPI tersebut.

Lalu, Refly Harun teringat dengan seorang penyanyi yang meninggal lalu mendapatkan ucapan belasungkawa dari Jokowi. Faktanya, si penyanyi mendukung Jokowi dalam aksi politis maupun kampanye.

"Saya teringat betul ada seorang penyanyi meninggal dengan sebab normal, dan Presiden jokowi mengucapkan belasungkawa. Penyanyi itu mendukung Jokowi baik dalam political performance dan kampanye," ujar Refly Harun melalui video di kanal Youtube miliknya, Rabu (9/12/2020).

Baca Juga: Enam Jenazah Laskar FPI Pengawal Habib Rizieq Dimakamkan Hari Ini

Namun, imbuh Refly Harun, enyahkan persoalan dukungan atau tidak. Yang terang, kata Refly Harun, Jokowi dinilai tidak boleh bersikap diskriminatif, apalagi 6 orang itu meninggal karena peluru aparat.

"Apalagi ini 6 korban jiwa dan tewas dengan peluru dari aparat keamanan, aparat yang dibiayai oleh pajak rakyat. Soal melawan petugas atau tidak, itu yang mesti diselidiki. Tapi mereka kan bukan kriminal, bukan pelaku kejahatan, bukan teroris yang pantas ditembak dan dihukum mati," ujar Refly Harun.

Refly Harun pun mengungkit kasus dugaan korupsi bantuan sosial oleh Menteri Sosial Juliari Batubara. Untuk kasus tersebut, banyak pihak masih berdebat soal ancaman hukuman mati.

"Soal Juliari Batubara saja, kita berdebat cocok atau tidak dijatuhi hukuman mati. Apalagi mereka yang tidak melakukan kejahatan apa-apa, mereka hanya mengawal ulama lalu terjadi insiden dan mereka tewas," terang Refly Harun.

Refly Harun pun mengingatkan Jokowi, demi kemanusiaan, tidak ada salahnya mengucapkan belasungkawa sebesar-besarnya atas 6 korban tewas tersebut karena mereka adalah rakyat Indonesia

Baca Juga: Refly Soroti Keanehan Tragedi FPI: Cuma 3 Peluru, yang Meninggal 6 Orang

Sejatinya, kata Refly Harun, dirinya berdoa agar Jokowi bisa bersumpah bahwa selama menjadi presiden, tidak akan membiarkan satu nyawa pun terbunuh oleh tangan-tangan negara

"Sebenarnya itu doa saya. Karena ini sudah terjadi, paling tidak, Pak Presiden mengucapkan belasungkawa sebesar-besarnya dan itu adalah sikap yang patut baik sebagai presiden maupun sesama negara pun juga sebagai sesama muslim," terang Refly.

Refly soroti kejanggalan

Menurut Refly, ada sejumlah kejanggalan terkait peristiwa di jalan tol tersebut. Dari sana, publik tentu penasaran, siapa sebenarnya yang tengah memberi keterangan palsu dan benar. Apakah pihak Polisi, atau sebaliknya pihak FPI yang benar.

“Sebenarnya siapa yang beri keterangan tak benar nanti akan terlihat, karena mereka harus tutupi informasi yang tidak benar dengan terus menerus,” kata Refly di kanal Youtube-nya, Selasa (8/12/2020).

Dalam video yang diunggah Refly itu, Refly pertama-tama menyinggung soal 6 jenazah anggota Laskar Khusus FPI yang masih dikuasai polisi. Pihak keluarga belum diperkenankan untuk melihat.

Begitu pula halnya dengan FPI yang mengaku belum memiliki akses pada 6 korban meninggal anggotanya. “Padahal ini adalah golden momen untuk mengetahui luka-luka yang ada,” kata dia.

Lebih jauh, Refly lantas menyinggung apakah ini sesuai prosedur atau tidak. Sebab sejauh ini publik masih menanti teka-teki, apakah benar ada insiden baku tembak atau tidak.

Sebab Refly mencium aroma aneh jika yang terjadi baku tembak atau tidak sekalipun.

“Ada 3 peluru yang ditembakkan (dari Laskar FPI), tapi 6 yang meninggal. Entahlah, ini terasa aneh. Artinya kalau benar ada tembak menembak, peluru yang ditembakkan petugas jauh lebih banyak dari Laskar FPI,” katanya.

Pertanyaan berikutnya, kata Refly, apakah ini benar ada pada situasi yang mengancam atau sebaliknya. Untuk hal ini, dia tentu menghormati proses yang ada. Namun aparat tentu dituntut untuk terang benderang.

Hal lain yang jadi catatannya, adalah titik fokus masalah ini. Menurut Refly, seolah aparat tengah membangun fokus dan opini soal penyerangan Laskar FPI terhadap petugas.

Sehingga dengan begitu bisa dikesampingkan rasa sisi kemanusiaan dan humanismenya atas tragedi 6 anggota Laskar FPI yang meninggal ditembak.

“Jadi korban jiwa tak dipentingkan sepertinya, itunya saja yang diselidiki pihak Kepolisian, bahkan dengan berusaha menangkap 4 orang yang melarikan diri. Padahal 4 orang itu juga bisa jadi saksi kunci yang bisa jelaskan di lokasi, apakah memang terjadi yang diberitakan,” katanya lagi.

Load More