SuaraJogja.id - Tanah yang digunakan oleh Pesantren Agrokultural Markaz Syariah Megamendung disebut merupakan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Gunung Mas. Akibatnya, santri yang tengah tinggal di pesantren tersebut diminta pergi untuk mengosongkan tempat itu. Pihak yang mengaku sebagai pemilik tanah tersebut juga sudah melayangkan somasi kepada pihak pesantren.
Pesantren Agrokultural Markaz Syariah Megamendung berdiri di tanah seluas kurang lebih 30.91 hektar di Desa Kuta, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kuasa Hukum Front Pembela Islam (FPI) Aziz Yanuar menyampaikan bahwa lahan tersebut sudah digunakan sebagai pondok pesantren selama 30 tahun, dan selama kurun waktu tersebut PTPN dinilai telah menelantarkan lahan.
Mantan politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean ikut memberikan tanggapannya mengenai kasus somasi tersebut. Menurutnya, ia setuju jika markas tersebut dijadikan sebagai pondok pesantren dan bisa diteruskan keberadaannya. Namun dalam hal ini, Ferdinand meminta agar pengelolaan tempat tersebut bisa diserahkan kepada pemerintah atau Kementerian Agama.
"Saya setuju dan mendukung markas Mega Mendung itu dijadikan untuk pesantren, teruskan, tapi yang kelola serahkan kepada pemerintah dalam hal ini kementerian agama, jangan diteruskan dikelola FPI. Tetap sita dulu baru serahkan/alihkan kepada Menag," tulis Ferdinand dalam cuitannya.
Baca Juga: Bareskrim Bakal Periksa Habib Rizieq Terkait Kerumunan Megamendung
Ia meminta agar pemerintah bisa menyita terlebih dahulu bangunan dan tanah yang telah disomasi tersebut, baru setelahnya diserahkan kepada Kementerian Agama untuk melanjutkan pengelolaan pondok pesantren tersebut. Sebelumnya, Ferdinand sendiri juga sudah mengusulkan agar tanah tersebut bisa dikembalikan kepada negara.
Sejak diunggah pada Senin (28/12/2020), cuitan Ferdinand mengenai Pesantren Megamendung tersebut mendapat beragam tanggapan dari awarganet. Mereka ikut memberikan pendapatnya mengenai pesantren tersebut. Ada yang setuju dan mendukung jika tempat tersebut tetap digunakan sebagai pondok pesantren.
"Saya juga setuju & dukung jika pesantren mega mendung tetap menjadi wadah santri-santri muda menuntut ilmu agama & dunia, paling tidak ada kesempatan juga untuk memberi pencerahan pada santri yang ada yang sudah terpapar doktrin radikalisme," tulis akun @EljuniG.
"Betul! Kalau dikelola oleh Rizieq dan FPI berarti melestarikan pengkaderan radikalisme, terorisme, intoleran dan premanisme. Yang masih memberi ruang dan peluang eksis untuk FPI berarti 'gob**k' Salam untuk Menkopolhukam," komentar akun @Kanjeng78016902.
"Terus, 'status' tanah kan masih atas-nama PTPN (BUMN) Bagaimna itu?," tanggapan akun @Om_Bregas,
Baca Juga: Kasus Tanah Pesantren Habib Rizieq, Mahfud MD Minta Cek Pengakuan Petani
Sementara akun @mshendramahenra mengatakan, "Ruwet kaya benang kusut."
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- Keanehan Naturalisasi Facundo Garces ke Malaysia, Keturunan Malaysia dari Mana?
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
Pilihan
-
Partainya Lebih Dipilih Jokowi, DPW PSI Jateng: Kader Berbunga-bunga
-
3 Rekomendasi HP Murah Memori 512 GB dengan Performa Handal, Terbaik Juni 2025
-
MIMPI di Belantara Jambi: Mahasiswa Ubah Harapan Masyarakat Suku Anak Dalam
-
5 Rekomendasi HP Samsung Murah dengan Spesifikasi Gahar Terbaru Juni 2025
-
7 Moisturizer Terbaik Lembapkan Wajah Kuatkan Skin Barrier: Bye-bye Kulit Kusam!
Terkini
-
Klitih Kembali Resahkan Sleman: 3 Terduga Pelaku Diamankan di Condongcatur
-
Cilok vs Otak Cerdas Anak: Wali Kota Yogyakarta Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Mandiri Sahabat Desa Fokus pada 200 Keluarga Risiko Stunting di Yogyakarta
-
Raja Ampat Darurat Tambang? KLHK Investigasi 4 Perusahaan, Kolam Jebol Hingga Izin Bodong
-
Rapat di Hotel Dibolehkan, PHRI DIY: Jangan Omon-Omon, Anggaran Mana?