SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman terus mengupayakan penambahan tempat tidur perawatan untuk pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan. Penambahan tempat tidur sendiri ditargetkan dapat sebanyak 30 sampai dengan 40 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo menuturkan bahwa koordinasi terus dilakukan dengan beberapa rumah sakit rujukan Covid-19.
"Intinya kami terus memastikan kesiapan RS untuk menambah tempat tidur pasien Covid-19 sebanyak 30 sampai dengan 40 persen. Kami terus koordinasi dengan RS," ujar Joko pada Senin (4/1/2020).
Joko menyampaikan, tidak hanya akan menambah tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 saja, pihaknya juga akan melakukan penambahan tempat tidur di puskesmas-puskesmas pendukung.
Baca Juga: Khawatir Klaster Libur Nataru, Pemprov DKI Tambah Tiga RS Rujukan Covid-19
Penambahan ini ditujukan bagi ibu yang bakal bersalin, tetapi berstatus positif Covid-19. Hal ini demi kenyamanan sang ibu dan lingkungan sekitarnya.
"Kami utamakan untuk ibu bersalin dengan status positif Covid-19. Maka itu puskesmas terus kami lakukan persiapan," ungkapnya.
Diungkapkan Joko, kapasitas tempat tidur se-provinsi DIY total tempat tidur kritikal terdapat 64 buah dan terisi 46, sehingga hanya tersisa 18 buah. Sementara untuk tempat tidur non-kritikal, terdapat 577 buah dan terisi 508 dengan menyisakan 69 saja.
"Untuk kapasitas tempat tidur disepakati berada di level provinsi atau lintas kab/kota," tuturnya.
Disinggung terkait pengawasan isolasi mandiri bagi para pasien terkonfirmasi positif Covid-19, Joko mengakui masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pihaknya. Merespons hal itu, pihaknya akan memperketat isolasi mandiri dengan melibatkan seluruh elemen hingga ke tingkat RT.
Baca Juga: Beredar Video Jenazah Pasien Covid-19 Dibakar, Ini Penjelasan RS Immanuel
"Jadi setiap ada kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sekarang harus diketahui oleh RT setempat. Isolasi mandiri itu ada yang sudah positif Covid-19, kemudian melakukan isolasi mandiri di rumah ini relatif lebih ketat. Sebetulnya yang tidak ketat itu karantina mandiri, sehingga orang yang entah bergejala atau pelaku perjalanan kemudian diperiksa nunggu hasil pemeriksaan ini namanya karantina mandiri. Ini mungkin karena dia tidak isolasi mandiri statusnya jadi kurang ketat pengawasannya, masih bisa keluar rumah," paparnya.
Berita Terkait
-
Status Pandemi Dicabut, Perawatan Pasien Covid-19 Bakal Ditanggung BPJS
-
INFOGRAFIS Tutupnya Operasional RSDC Wisma Atlet Kemayoran
-
Yang Tertinggal, Bekas Pusat Isolasi Pasien Covid-19 Saat Pandemi
-
Kini Resmi Ditutup, Kilas Balik Sejarah Wisma Atlet Hingga Jadi RS Darurat Covid-19
-
Pasien COVID-19 Bertambah 222 Orang Hari Ini, Warga DIminta Tidak Lengah
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
Terkini
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta