Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 14 Januari 2021 | 15:15 WIB
Bupati Sleman Sri Purnomo menerima vaksinasi Covid-19 pertama di Sleman, yang dilaksanakan di Puskemas Ngemplak II, Kamis (14/1/2021). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

"Karena memang targetnya itu 70 persen dari total keseluruhan warga yang ada di daerah tersebut. Di Sleman kira-kira ada 1,1 juta orang, ya berarti paling tidak ada 770 ribu vaksin yang nanti diperlukan di Kabupaten Sleman," ungkapnya.

Sri menuturkan, vaksin Sinovac sudah dapat dipastikan aman untuk digunakan pada tubuh manusia. Hal itu dibuktikan dengan sertifikasi lolos uji klinis dari BPOM, ditambah dengan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kendati demikian, Sri tidak menyangkal, masih ada penolakan vaksinasi dari sejumlah masyarakat. Menurutnya, tindakan tersebut kontraproduktif, melihat beberapa sertifikasi yang telah diberikan dan sejumlah pengujian yang sudah dilewati.

"Kepada masyarakat yang mendapat jatah vaksin, silakan ikut vaksinasi. Dari semua kalangan tokoh dan publik figur sudah lebih dulu divaksin. Jadi ya tidak perlu ragu," tuturnya.

Baca Juga: Dokter dari Cirebon Sebut Vaksinasi Presiden Gagal, PB IDI Angkat Bicara

Diketahui bahwa prioritas utama penerima vaksinasi Covid-19 tahap pertama adalah tenaga kesehatan, ditambah juga dengan beberapa perwakilan tokoh di setiap wilayah.

Senada, salah satu tokoh informal yang turut divaksin tahap pertama di Sleman, yang juga dikenal sebagai influencer, dr Tirta Mandira Hudi, mengatakan, vaksin Covid-19 ini baru akan efektif setelah dua kali dilakukan. Maka dari itu, seharusnya orang yang mendapatkan vaksin pertama harus menunggu atau jeda selama dua minggu untuk nanti kembali lagi divaksin kali kedua.

"Kalau setelah vaksin tu harusnya menjaga tubuh dan tetap patuhi prokes, terus jauhi kerumunan. Kita [yang divaksin] tu malah risiko kena Covid-19 karena kita ada antibodi baru jadi tunggu dua minggu dulu. Jadi bukan berarti menang, yang penting protokol patuhi," kata Tirta.

Load More