Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 11 Februari 2021 | 17:05 WIB
WO Aisha Weddings Anjurkan Layanan Nikah Siri, Poligami, dan Nikah Muda (twitter.com/SwetaKartika)

SuaraJogja.id - Dua hari terakhir masyarakat Indonesia tengah dibuat heboh dengan isu mengenai Aisha Weddings. Salah satu Wedding Organizer yang memberikan layanan untuk pernikahan anak, siri dan juga poligami. Banyak tokoh yang turut memberikan komentar mengenai layanan pernikahan yang meresahkan tersebut. 

Nama Aisha Weddings sendiri sempat masuk dalam trending topic di Twitter. Seiring dengan kasusnya yang menyebar luas dan dibicarakan banyak pihak, muncul teori baru yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut hanya pengalihan isu dari kasus yang lebih besar. Tidak adanya alamat email resmi dan beberapa hal lainnya menjadi salah satu tolak ukur Aisha Weddings hanya digunakan sebagai pengalihan isu. 

Meski demikian, putri ulama Mustofa Bisri, Ienas Tsuroiya berpendapat jika siapapun yang mendirikan Aisha Weddings perlu dikejar oleh pihak kepolisian. Sebab, menurutnya sampai saat ini perkawinan anak di berbagai daerah masih terus marak diselenggarakan. Entah asli atau palsu, kampanye serupa dinilai memiliki dampak yang mengerikan. 

Melalui cuitan di akun Twitternya @tsuroiya, Istri dari Ulil Abshar ini menyampaikan jika apapun motif yang digunakan oleh pemilik Aisha Weddings tetap harus dikejar oleh pihak kepolisian. Kampanye ini dinilai akan memberikan dampak yang mengerikan. Terlebih, kasus perkawinan anak di berbagai daerah masih marak diselenggarakan. 

Baca Juga: Foto Syekh Ali Jaber Dihapus Arie Untung, Ienas: Sayang Enggak Minta Maaf

"Siapapun yang membuat 'Aisha Wedding', apapun motifnya, menurut saya tetap harus dikejar oleh pihak berwajib. Kenapa? Karena di berbagai daerah, praktek 'kawin anak' itu masih ada, dan nyata. Jadi kampanye semacam ini--asli ataupun palsu-- tetap ngeri dampaknya," tulis Ienas dalam cuitannya. 

Dari linimasa di media sosialnya, Ienas mendapati adanya warganet yang menyamakan kasus ini dengan kasus 'klepon' beberapa waktu yang lalu. Namun, secara pribadi Ienas berpandangan jika dua hal tersebut justru jauh berbeda. Konsekuensi yang dimiliki keduanya juga jauh berbeda. 

Sebelumnya, Ienas sendiri termasuk orang yang mengabaikan mengenai meme Klepon yang diperdebatkan halal dan haramnya. Baginya, kasus tersebut terlampau absurd dan tidak jelas titik permasalahannya. Halal dan haramnya sebuah makanan adalah urusan personal. 

"Soal halal haram makanan kan urusan personal. Jadi meme semacam klepon itu ya ngga terlalu ngaruh. Lha wong makanan yang nyata-nyata dinyatakan haram aja, masih ada yang berani mengonsumsinya. Sebagian malah terang-terangan, bangga pula (pernah baca selintas di TL)," tulis Ienas dalam utasnya. 

Kasus tersebut berbeda dengan pernikahan anak. Sebab, pernikahan dini berkaitan dengan masa depan seorang anak, kesehatan reproduksi, kesejahteraan keluarga dan sebagaianya. Ienas juga kembali menekankan jika di Indonesia kasus pernikahan anak masih marak dilakukan, khususnya di beberapa daerah. 

Baca Juga: Puisi Gus Mus Dikaitkan dengan FPI, Ienas Tsuroiya Meradang

Sejak diunggah Kamis (11/2/2021), cuitan Ienas mengenai kampanye pernikahan anak yang dibuat oleh Aisha Weddings tersebut sudah disukai lebih dari 700 pengguna Twitter. Selain itu, ada 200 lebih warganet yang ikut membagikan ulang. Tidak sedikit juga yang ikut memberikan komentar. 

"Dilaporkan pun percuma saja. Kayak yang udah udah yang berwajib gak akan proses yang beginian. Bosen pola polanya gini terus yang bergulir," tulis akun @bonitasu*****.

"Di daerah saya masih ada yang menikah segera setelah lulus SMP dan di usia 19 udah punya dua anak," komentar akun @Gaestro****.

"Kawin muda memang menjadi problem, tapi persetubuhan muda terjadi marak di kalangan anak-anak muda kita," tanggapan akun @ayu_gi*****.

Sementara akun @akbar**** mengatakan, "Kawin anak kayanya emang kultur sini, dan penyebabnya cuma 2 kok, telat ngangkat sama edukasi yang bener-bener kurang. Eh sama satu lagi deh agama karena pacaran dosa. Semuanya balik lagi ke edukasi sih."

Load More