SuaraJogja.id - Belum lama ini Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham) Edward Omar Sharif Hiariej menyebut bahwa dua mantan menteri di Kabinet Indonesia Maju, yakni mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dan mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara layak untuk dijatuhi ancaman hukuman mati. Menurutnya hal itu layak dilakukan setelah keduanya melakukan praktik korupsi di tengah pandemi Covid-19.
Mantan Ketua KPK Busyro Muqqodas ikut angkat bicara terkait pernyataan tersebut. Ia menilai hukuman yang layak diterima untuk kedua mantan menteri itu bukan hukuman mati namun justru bisa diganti dengan hukuman penjara seumur hidup.
"Untuk dua [mantan] menteri itu saya cenderung hukuman [penjara] seumur hidup seperti Akil Mochtar dulu," kata Busyro saat dihubungi awak media, Kamis (18/2/2021).
Busyro mengatakan landasan konsep filosofis dari statement pemerintah tersebut adalah tentang isu korupsi terkait dua pejabat yang semuanya merupakan pembantu presiden. Bahkan jika dilihat sudah ada kasus di periode pertama yang melibatkan bekas Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi dan eks Menteri Sosial lama Idrus Marham.
Baca Juga: Wamenkumham Sebut Eks Mensos Bisa Dituntut Mati, PDI Perjuangan Meradang
"Nah kasus itu menjadi catatan yakni bahwa kasus korupsi itu merupakan jenis contoh korupsi politik atau state capture corruption yang dilakukan justru oleh perwakilan partai politik pusat yang sedang diamanati sebagai Menteri di kabinet," ujar Busyro saat dikonfirmasi awak media, Kamis (18/2/2021).
Sehingga kasus itu berada dalam episentrum kekuasan pemerintah dan partai politik (parpol). Sebab memang partai politik yang menunjuk orang-orang tersebut.
Dengan kondisi tersebut, Busyro menyarankan untuk lebih berfokus pada pembuktian akar masalahnya. Pasalnya beberapa waktu yang lalu pun pernyataan tentang hukuman tersebut juga sudah pernah diutarakan.
"Menurut hemat saya berdasarkan data di KPK dulu 4 tahun kami di sana dan mempelajari periode Pak Antasari juga itu kan korupsi politik itu sudah ada contoh-contohnya. Lalu kami lakukan kajian saat itu akar masalah adalah aspek hulu yaitu demokrasi transaksional yang itu sumbernya Undang-Undang Parpol, Undang-Undang Pemilu dan Undang-Undang Pilkada," terangnya.
Busyro menegaskan ketiga undang-undang tersebut berperab krusial dalam menjadikan kekuasaan atau pemerintah yang korup. Bermula dari pemilu atau pilkada itulah, kekentalan suap sudah mulai dapat dirasakan.
Baca Juga: Jadi Wamenkumham, Edward Omar Diminta Tak Banyak Ngoceh Kasus
Pemilu dan Pilkada, kata Busyro menjadi ajang transaksional itu yang menghasilkan birokrasi pusat dan daerah yang korup. Dari sana persoalab itu muncul dan menjatuhi hukuman mati bukan menjadi jawabannya.
Berita Terkait
-
Joko Anwar: Ada Guru Diajak Korupsi Kepala Sekolahnya
-
Skandal Vonis Lepas Minyak Goreng: Istri Hakim hingga Sopir PN Jakpus Diperiksa Kejagung
-
Kepala Cabang Bank Bengkulu Korupsi Rp 6,7 Miliar Karena Kecanduan Judi Online
-
Nah Lho! Nangis Layaknya Anak Kecil, Kabid DLH Tangsel Mewek usai Ditahan Kasus Korupsi Sampah
-
KPK Kebut Dokumen Affidavit untuk Kasus Paulus Tannos di Singapura Sebelum 30 April 2025
Tag
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Pembayaran Listrik Rumah dan Kantor Melonjak? Ini Daftar Tarif Listrik Terbaru Tahun 2025
-
AS Soroti Mangga Dua Jadi Lokasi Sarang Barang Bajakan, Mendag: Nanti Kita Cek!
-
Kronologi Anggota Ormas Intimidasi dan Lakukan Pemerasan Pabrik di Langkat
-
Jantung Logistik RI Kacau Balau Gara-gara Pelindo
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
Terkini
-
Batik Tulis Indonesia Menembus Pasar Dunia Berkat BRI
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin