Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Jum'at, 26 Februari 2021 | 16:40 WIB
Ilustrasi bubur kacang hijau. - (Suara.com/Iqbal Asaputro)

SuaraJogja.id - Burjo merupakan akronim dari bubur kacang hijau, yakni sajian khas nusantara dengan kacang hijau sebagai bahan dasar, kemudian dimasak dengan air dan gula aren bersama seikat daun pandan.

Bahan-bahan itu dimasak sampai tekstur kacang hijau berubah menjadi lunak. Kemudian, dalam penyajiannya dicampurkan dengan santan dari parutan kelapa. Makanan ini cocok untuk disantap dalam kondisi hangat maupun dingin dengan tambahan es batu dan sirup.

Namun, akronim burjo bisa bermakna berbeda jika digunakan oleh para pelajar dan mahasiswa yang merantau ke Jogja. Sebab, akronim burjo lebih sering digunakan untuk merujuk kepada warmindo, yang menjamur di kota pelajar ini.

Dalam sejarahnya, warmindo memang bercikal bakal dari seorang penjual burjo asal Kuningan. Awal mulanya, warung tersebut hanya menjual burjo. Seiring perkembangan zaman dan kebutuhan konsumen, burjo mulai tergantikan dengan berbagai menu lainnya.

Baca Juga: 10 Hotel di Jogja yang Nyaman dan Aesthetic dengan Harga di Bawah Rp350.000

Sampai saat ini, warmindo atau burjo di Jogja masih berkembang pesat dengan kepemilikan rata-rata dipegang oleh orang Kuningan. Menu yang disajikan juga beragam dan berkembang, mulai dari olahan mi instan yang digemari masyarakat lokal dan internasional hingga nasi dengan berbagai sayur dan lauk pauk.

Bagi anak kos, perantau, pelajar, dan mahasiswa, keberadaan burjo adalah penyelamat di tanggal tua dan saat kantong atau dompet menipis.

Jika dilihat pada jejak digital yang ada di internet atau bahkan lembar pengesahan skripsi, akan mudah ditemui ucapan terima kasih dari para perantau kepada burjo maupun aa' burjo [sebutan untuk penjaga warung burjo] yang sudah menyokong kehidupan mereka di tanah asing.

Seiring dengan perkembangan menu-menu yang ada di burjo, tampaknya juga timbul kegalauan tersendiri. Dalam beberapa unggahan, warganet menjadi kebingungan dimana tempat mencari bubur kacang hijau.

"Ada yang tau tukang bubur kacang ijo+ketan item enak di jogja dimana gak? Temenin sekalian juga gak apa-apa hehe baru merantau ke sini f22 fwb," tulis salah satu warganet di akun base @FWBESS.

Baca Juga: Resep Caramel Bread Kekinian, Cocok Dijadikan Menu Buka Puasa

Salah satu rekomendasi tempat untuk menyantap bubur kacang hijau dengan rasa yang nikmat dan masih autentik seperti dulu adalah Burjo Murni. Warung ini memiliki desain tempat sekilas seperti warmindo lainnya.

Hal berbeda yang membuat tempat ini dijuluki sebagai burjo legendaris adalah menu makanannya yang tidak berubah sama sekali, nyaris autentik sama seperti kali pertama warung burjo mulai hadir di Jogja.

Burjo kali pertama tumbuh di Jogja disebut-sebut berkat jasa Rurah Salim, seorang warga Kuningan yang merantau dua tahun sebelum kemerdekaan. Berawal dari menggendong gerobak burjo berkeliling kampung, Rurah berhasil memiliki sebuah warung tetap.

Seiring perkembangan zaman dan kebutuhan pasar, Rurah lantas menambah beberapa menu lainnya. Salah satunya yang juga bertahan sampai saat ini adalah mi instan.

"Ada namanya burjo murni, enak banget," tulis akun @boobaisgret.

Burjo Murni menjadi salah satu warung yang sering disebut dan direkomendasikan warganet untuk orang-orang yang merindukan kehangatan bubur kacang hijau.

Letaknya berada di Karangkajen, Yogyakarta -- tidak jauh dari jembatan layang sekitar kawasan Stasiun Lempuyangan. Sudah banyak warganet yang menjadi saksi kenikmatan dan keautentikan bubur kacang hijau di tempat tersebut.

Selain bubur kacang hijau yang disajikan dalam mangkuk bergambar bunga-bunga, menu lainnya yang ditawarkan tempat ini adalah mi instan -- kuah ataupun goreng -- serta beberapa minuman, mulai dari teh, jeruk, dan minuman instan lainnya.

Dari deretan menu minuman, salah satu yang menarik adalah menu susu telur madu. Bagi masyarakat Jawa, campuran susu, madu, dan telur sendiri dikenal sebagai ramuan untuk menambah stamina atau daya tahan tubuh.

Tempat ini menjadi autentik bukan hanya karena menjual bubur kacang hijau, tetapi sebagai warung burjo, tempat ini tidak menjual menu nasi dengan berbagai lauk atau olahan mi instan selain goreng dan rebus.

Jauh berbeda dengan burjo-burjo lainnya. Digadang-gadang sebagai pionir burjo Kuningan di Jogja, beberapa warganet bahkan bersaksi sudah menyantap sajian di tempat ini sejak taman kanak-kanak.

"Kalau ada yang cari burjo yang masih jualan bubur kacang ijo, coba dateng ke langgananku. Jadi kalau dari utara, lewat jembatan lempuyangan lurus sampe pertigaan ciao gelato. Belok kiri dikit, nanti tempatnya kanan jalan. Namanya burjo murni. Se-murni diriku yang tidak tersentuh dosa," tulis akun @ninoputranto.

"Yang pertama adalah burjo Murni posisinya deket pertigaan Lempuyangan. Layaknya gerakan Wahabi, burjo ini 'murni' hanya menjual bubur kacang ijo dan Indomie saja. Ga ada ramesan, gada roti bakar. Hanya burjo, Indomie dan minuman pelengkap. Rasa burjonya? Paten," tulis akun @hansablast.

"Hal yg ingin kulakukan setelah corona ini berakhir adalah ke burjo murni lempuyangan pesen indomie rebus telor cabe dan burjonya nan aduhai #TravelTomorrow," tulis akun @_FebriOfficial.

Dari pengakuan warganet yang ditulis tahun ke tahun, rasa yang ditawarkan burjo ini memang sudah tiada duanya lagi. Tidak hanya menawarkan kesederhanaan menunya, tetapi juga keautentikan rasa dan kelezatannya.

Cukup mudah untuk menemukan banyak pengakuan warganet yang memberikan ulasan mengenai warung burjo di dekat Stasiun Lempuyangan ini.

"Ket jaman aku SD sih iki (Sejak jaman aku SD sih ini-red), berarti 15 tahun yang lalu? wkwkwk," tulis akun @BgusMufti.

"Ket jaman aku sd min konsisten dodol burjo tok andalan (Sejak jaman aku SD min konsisten jual burjo saja andalan-red)," tulis akun @ramdhanwgm.

Selain rasanya yang sudah dipatenkan oleh beberapa warganet, rupanya burjo ini juga menyimpan banyak kenangan, mulai dari kenangan membeli semangkok burjo hangat 15 tahun yang lalu saat masih berseragam putih merah, hingga kenangan ketika matahari bersinar terik di atas es burjo jadi pelepas dahaga paling pas.

Kehangatan hadir bukan hanya pada semangkok burjo, tetapi juga pada sebongkah kenangan akan tempatnya.

Load More