Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 18 Maret 2021 | 21:10 WIB
Simulasi penanganan bencana non-alam yang diselenggarakan bersama unsur gabungan di BPBD DIY, Kamis (18/3/2021). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Warga Kota Jogja, tepatnya di sekitar Jalan Kenari digegerkan dengan tergulingnya sebuah truk pada Kamis (18/3/2021) siang. Tidak biasa, truk yang mengalami kecelakaan pun diketahui membawa cairan kimia dan radioaktif.

Tak banyak yang bisa dilakukan masyarakat saat kejadian itu terjadi. Namun tak lama kemudian tim khusus penanganan bahan kimia, biologi dan radioaktif datang langsung ke lokasi kejadian.

Tanpa pikir panjang tim tersebut langsung melakukan tindakam cepat guna meminimalisir dampak yang disebabkan oleh kecelakaan itu. Evakuasi korban hingga menetralisir lokasi sekitar truk tersebut dilakukan dengan sigap.

Namun yang terjadi di ruas Jalan Kenari, Yogyakarta itu bukan kejadian sungguhan, melainkan sebuah simulasi penanganan bencana non-alam yang disebabkan oleh ancaman bahan-bahan kimia, biologi, radioaktif serta nuklir.

Baca Juga: Truk BBM Disuruh Putar Balik di Sumut, Diduga Tak Bayar Uang Melintas

Kepala Bidang Keselamatan Kerja dan Keteknikan BATAN Gede Sutrisna Wijaya mengatakan bahwa pelatihan sudah seharusnya terus dilaksanakan oleh setiap pihak. Hal itu untuk semakin memperkuat koordinasi antar setiap instansi jika sewaktu-waktu kondisi semacam itu benar-benar terjadi.

"Memang perlu diberikan pelatihan-pelatihan. Tentu kita tidak berharap adanya bencana dan sebagainya tetapi untuk membuat suatu tim itu juga perlu dilakukan pelatihan, sehingga ada koordinasi yang baik," kata Sutrisna, saat ditemui awak media di Kantor BPBD DIY, Kamis (18/3/2021).

Selain itu, kata Sutrisna, pelatihan ini juga sekaligus memastikan bahwa penggunaan alat-alat tersebut sudah benar dilakukan, sehingga dapat digunakan untuk membantu proses evakuasi.

"Saya rasa kegiatan ini bagus untuk terus dilakukan. Ada tidaknya bencana pun memang harus seperti itu," tuturnya.

Sutrisna menuturkan bahwa pelatihan ini dilakukan untuk terus menyesuaikan dengan kondisi kebencanaan yang mungkin saja muncul. Setiap personel yang terlibat diwajibkan untuk mempelajari setiap teknik terkait penanganan dan evakuasi pada kejadian bencana non-alam ini.

Baca Juga: Kabar Gembira! 8 SMP di Solo Mulai Simulasi Jelang PTM Senin Depan

Tidak hanya korban yang perlu untuk diperhatikan. Namun juga terkait paparan yang mungkin saja disebabkan oleh beberapa bahan berbahaya tersebut.

Maka dari itu dalan simulasi ini juga dilengkapi dengan peralatan serta protokol yang ketat agar berhasil secara maksimal. Baju hazmat level 1 atau tingkatan tertinggi menjadi salah satu yang diandalkan dalam simulasi penanganan bencana non-alam kali ini.

"Setiap tim bisa sebagaimana menggunakan alat dan sebagainya itu dalam pengananan kejadian tak terduga khusus material berbahaya," imbuhnya.

Menurutnya penggunaan baju hazmat bukan lagi menjadi hal asing khususnya sejak pandemi Covid-19 melanda sebagian besar wilayah di seluruh dunia. Bahkan, disampaikan Sutrisna bahwa Covid-19 sendiri bisa dimaknai sebagai wujud dari ancaman biologi itu sendiri.

"Kalau bahan kimia kan banyak juga digunakan masyarakat. Nah dengan kejadian Covid-19 mereka sudah pernah memakai pakaian seperti ini untuk perlindungan terhadap kontaminasi dan sebagainya," terangnya.

Di samping itu, Sutrisna mengakui dengan diselenggarakannya simulasi atau pelatihan penanganan bencana non-alam ini dapat meningkatkan jumlah sumber daya manusia yang ada. Terkhusus untuk penangan terpadu potensi bahaya yang bisa saja datang secara tidak terduga.

"Nah dengan banyaknya teman-teman yang mampu melakukan kegiatan seperti ini, tentu menambah potensi sumber daya manusia dalam pengamanan. Jadi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, koordinasi juga bisa dibantu oleh temen-temen lain," pungkasnya.

Sementara itu Komandan TRC BPBD DIY Wahyu Pristiawan, khusus di Yogyakarta sendiri memang memiliki potensi bencana non-alam. Bencana tersebut disebabkan karena kegagalan teknologi yang ada.

Beberapa titik yang perlu diwaspadai di antaranya Waduk Sermo, lalu ada area vital semisal Terminal BBM di Rewulu serta yang tidak boleh dilupakan adalah reaktor nulir 'Kartini' yang terdapat di BATAN.

"Nah di BATAN-nya Jogja itu kan ada reaktor walaupun sifatnya reaktor ini adalah penelitian. Namanya reaktor Kartini," ujarnya.

Memang beberapa tahun yang lalu, area BATAN yang terdapat di Yogyakarta masih berada di area yang kosong. Namun perkembangan zaman lokasi sekitar pun sekarang dipenuhi oleh masyarakat.

"Beberapa tahun ini sudah padat, sehingga itu menjadi ancaman, jadi diperlukan kontigensi. Sebenarnya sudah sejak 2016 kita bersama-sama dengan BATAN itu mengkonsolidasikan unsur gabung ini untuk penanganan kaitannya resiko yang ada di BATAN khususnya di luar station. Karena di dalam station sendiri mereka sudah ada tim internal. Sejak 2016 selalu melakukan latihan setiap tahun," terangnya.

Dijelaskan bahwa simulasi penanganan bencana non-alam akan dilakukan bersama dengan KBR Brimob Polda DIY, Basarnas, SAR Sabhara Polda DIY dan SAR DIY. Dengan Brimob Polda DIY dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang menjadi supervisor.

Simulasi tersebut dibagi menjadi dua tahapan. Pertama yakni penanganan radiasi atau paparan nuklir dan biologi yang akan dilaksanakan di gedung BPBD DIY.

Lalu akan dilanjutkan dengan simulasi penanganan paparan bahan kimia yang akan dilaksanakan di jalan raya. Skenario yang telah disiapkan yakni meledaknya truk pengangkut bahan kimia.

Load More