SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Selain lava yang terus keluar sempat juga teramati awan panas guguran.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, mengatakan pada periode pengamatan selama 24 jam atau tepatnya Selasa (30/3/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB, teramati satu kali luncuran awan panas guguran. Awan panas guguran itu masih teramati menuju ke arah barat daya.
"Teramati 1 kali awan panas guguran dengan estimasi jarak luncur 1.000 meter ke arah barat daya," ucap Hanik dalam dalam keterangan tertulisnya, Kamis (1/4/2021).
Awan panas guguran pada Rabu (31/3/2021) itu terjadi pukul 08.11 WIB . Saat itu tercatat di seismogram dengan amplitudo 57 mm dan durasi 79 detik.
Selain awan panas guguran, pada periode yang sama teramati juga puluhan luncuran lava dari puncak Merapi.
"Teramati 24 kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.100 m ke arah barat daya," ucapnya.
Tercatat juga sejumlah kegempaan yang terjadi di Gunung Merapi dalam periode pengamatan 24 jam tersebut. Terdapat kegempaan guguran yang tercatat berjumlah 142 kali, lalu ada hembusan 5 kali.
Ada pula kegempaan hybrid atau fase banyak sejumlah 7 kali, vulkanik dangkal 1 kali dan tektonik jauh sebanyak 1 kali.
Sementara itu untuk pengamatan periode terbaru selama enam jam atau tepatnya pada Kamis (1/4/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB, visual Gunung Merapi terlihat jelas. Dibarengi dengan asap sulfatara yang teramati di puncak.
Baca Juga: Update Merapi, Sehari Luncurkan 18 Kali Lava Sebagian Mengarah ke Tenggara
"Visual gunung jelas. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 100 meter di atas puncak kawah," ucapnya.
Selain itu pada periode pengamatan itu juga sudah terjadi sejumlah guguran lava. Tercatat ada 18 kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.000 meter ke arah barat daya.
"Untuk kegempaan tercatat kegempaan guguran sejumlah 49 kali, hembusan 1 kali, dan hybrid atau fase banyak 1 kali," imbuhnya.
Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km. Sementara potensi bahaya pada sektor tenggara yaitu sungai Gendol sejauh 3 km.
Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Untuk yang berada di luar potensi daerah bahaya saat ini kondusif untuk beraktivitas sehari-hari," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Bocor! Timnas Indonesia Naturalisasi 3 Pemain Keturunan, Ada dari Luar Eropa
- Thijs Dallinga Keturunan Apa? Striker Bologna Mau Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Ronde 4
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP Murah Infinix dengan NFC, Fitur Lengkap Tak Bikin Dompet Jebol
-
Siap Taklukan Super League, Ini Daftar Lengkap Pemain Bhayangkara Presisi Lampung FC
-
Demi Juara, Pemain Timnas Indonesia U-23 Diminta Pakai Cara 'Keras' Lawan Vietnam
-
Harga Emas Antam Makin Merosot, Hari Ini Jadi Rp 1.906.000 per Gram
-
Mengenal Faskho Sengox, 'Mbah Buyut' Sound Horeg yang Melegenda Jauh Sebelum Edi Sound Viral
Terkini
-
Berlanjut, Kejari Sleman Sita Ponsel dan Dokumen Penting Kasus Korupsi Dana Hibah Pariwisata
-
Kejati DIY Segera Panggil Saksi Baru Kasus Dugaan Korupsi Internet Diskominfo Sleman
-
Sawah Kulon Progo Tergerus Tol: Petani Terancam, Ketahanan Pangan Dipertaruhkan?
-
Bantul Genjot Pariwisata: Mampukah Kejar Target PAD Rp49 Miliar?
-
Walikota Yogyakarta "Turun Tangan": Parkir Valet Solusi Ampuh Atasi Parkir Liar?