SuaraJogja.id - Di media sosial bertebaran kisah para tenaga medis, kesehatan yang dengan penuh semangat dan dedikasi mereka bertugas di masa pandemi COVID-19.
Sebagai tenaga medis dan kesehatan, mereka harus mengeluarkan tenaga dan komitmen lebih besar dalam merawat pasien di tengah terpaan pandemi COVID-19. Termasuk perawat yang bekerja di Jogja.
Beragam pengalaman dan perlakuan mereka dapatkan yang berbeda dengan ketika mereka menjalankan tugas sehari-hari. Hal itu bukan hanya dialami oleh perawat yang berhadapan langsung dengan pasien COVID-19, melainkan juga perawat yang tak menangani pasien COVID-19.
Misalnya saja seperti dituturkan oleh Zefanya Tan. Punya jam terbang menjadi perawat selama tujuh tahun lamanya, Zefanya mengungkapkan banyak hal yang berubah selama satu tahun belakangan.
Tak jarang, ia melihat tatapan mata dan sikap orang-orang yang seakan tidak nyaman berdekatan dengan dirinya.
"Kalau orang sekitar jadi insecure. Kayak orang dekat sama aku udah parno [paranoid] duluan. Tapi kalau intimidasi tidak ada," ungkapnya, saat dihubungi, Rabu (7/4/2021).
Ia juga memaparkan, COVID-19 membawa banyak perubahan dalam kehidupan di RS. Kini, ia dan rekan-rekannya harus mengenakan alat pelindung diri saat bekerja.
Bahkan, topi dan masker tak boleh dilepas, mereka harus jaga jarak satu sama lain.
Bukan hanya itu, ada protokol yang sangat ketat dan mereka harus amat berhati-hati kala berhadapan dengan pasien.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Cafe Jogja dengan Nuansa Pemandangan Alam yang Indah
Meskipun tidak melayani dan merawat langsung pasien COVID-19, Zefanya sempat merasakan stres dan ketakutan saat bekerja.
Apalagi ketika ada pasien yang dirawatnya kemudian dinyatakan positif COVID-19, perasaan semakin takut bahwa dirinya tertular, semakin membuncah.
"Apalagi kalau pas sedang pakai masker satu lapis, tahu-tahu pasien dinyatakan COVID-19, itu ngeri-ngeri gimana," kata perawat sebuah RS swasta di Jogja itu.
Zefanya mengungkapkan, dalam bekerja ia terus meluruskan niat tulusnya. Karena sekalipun bila ia tertular, maka kondisi itu merupakan risiko yang harus ia hadapi, sejak awal memutuskan menjadi tenaga medis.
"Puji Tuhan, selama ini Tuhan lindungi," ucap Zefanya.
Pandemi juga memaksanya untuk mengendapkan rasa rindu pada keluarganya yang berada di Wonosobo, nun di Jawa Tengah sana.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
Terkini
-
Detik-Detik Terakhir Paku Buwono XIII: Prosesi Serah Terima Jenazah Berlangsung Hening di Imogiri
-
Warga Mulai Padati Imogiri, Ingin Saksikan Prosesi Pemakaman PB XIII dari Dekat
-
Buntut Keracunan Siswa, Pemkab Bantul Panggil Seluruh SPPG Cegah Insiden Serupa
-
Cuaca Ekstrem Ancam DIY: Dua Kabupaten Tetapkan Status Siaga
-
Di Samping Sang Ayah: Posisi Makam Raja PB XIII Terungkap, Simbol Keabadian Dinasti Mataram?