Rusdy menambah mekanisme stem cell berbeda dengan donor konvalesen. Jika donor konvalesen mengambil plasma dari orang yang sudah terinfeksi dengan tujuan mengambil komponen kekebalannya.
Namun kalau terapi stem cell mengambil dari orang normal atau orang yang sehat, maka yang diperlukan adalah donor berupa tali pusat bayi.
"Tali pusat itu isinya stem cell semua. Itu kemudian kita kembangkan di lab, stem cell itu bisa membelah, eksponensial begitu. Sehingga jumlahnya semakin banyak. Jadi dari satu donor bisa dipakai untuk sangat banyak pasien. Sehingga sumber kita hanya dari satu donor saja," terangnya.
Namun memang syarat menjadi pendonor stemcell adalah sehat, terutama bebas dari riwayat sakit berat atau infeksi, mulai dari bebas HIV, Hepatitis hingga tuberculosis, termasuk bebas dari Covid-19.
"Ada syaratnya, antara lain harus bebas dari beberapa penyakit. Ada mekanisme skriningnya jadi harus bebas dari infeksi-infeksi, seperti HIV, hepatitis, tuberkolosis dan sebagainya. Terutama infeksi. Lebih kepada kehati-hatian karena kita tidak mau nanti sampelnya ada kontaminasi dan sebagainnya sehingga otomatis harus kita cek detail di awal ada tidaknya infeksi pada donor tersebut," pungkasnya.
Dirut RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto menuturkan penelitian ini sejalan dengan misi RSUP Dr Sardjito sebagai riset hospital. Terlebih dengan fokus yang ada saat ini terkait dengan Covid-19.
"Intinya mencari jalan, penuntasan masalah Covid-19 melako berbagai penelitian yang bisa diterapkan. Misal kemarin sudah ada GeNose, lalu ini stem cell, juga sedang uji coba plasma konvalesen. Uji coba obat juga untuk diteliti lebih lanjut apakah bisa dipakai protokol standar untuk Covid-19 atau tidak," ujar Rukmono.
Rukmono menegaskan stem cell ini nantinya berupa pelayanan berbasis pada penelitian. Artinya pelayanan itu diberikan tapi memang masih dalam konteks penelitian.
Sehingga harus ada kesepahaman antara semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini baik penlitian, pasien, hingga masyarakat.
Baca Juga: RS Sardjito Sampaikan Penyebab Meninggalnya Gusti Hadiwinoto
"Tujuannya agar ada kesadaran bersama tentang apa yang membuat penelitian ini penting, perlu didukung dan saat dimplementasikan tidak ada kendala sehingga bisa memberikan manfaat," tandasnya.
Berita Terkait
-
Lagi, 4 Orang Tewas Karena Pembekuan Darah Usai Disuntik Vaksin AstraZeneca
-
Kasus Covid-19 Kembali Menggila, Satu Ranjang Digunakan Dua Pasien
-
4 Warga Italia Tewas Akibat Pembekuan Darah Vaksin AstraZeneca
-
Pasien Covid-19 Boleh Berpuasa saat Ramadhan, Ini Penjelasan Para Pakar
-
Prihatin! Guru TK Ini Meninggal Saat Isolasi Mandiri di Rumah
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
'Jangan Main-main dengan Hukum!' Sultan HB X Geram Korupsi Seret Dua Mantan Pejabat di Sleman
-
Rektor UII Pasang Badan: Jamin Penangguhan Penahanan Aktivis Paul yang Ditangkap di Yogyakarta
-
Sisi Gelap Kota Pelajar: Imigrasi Jogja Bongkar Akal-akalan Bule, Investor Bodong Menjamur
-
Jejak Licik Investor Fiktif Yordania di Jogja Terbongkar, Berakhir di Meja Hijau
-
Waspada! BPBD Sleman Ingatkan Bahaya Cuaca Ekstrem di Oktober, Joglo Bisa Terangkat Angin