SuaraJogja.id - Hari ini tepatnya tanggal 27 Mei pada 15 tahun silam Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diguncang gempa bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR). Gempa dahsyat yang berpusat di Kabupaten Bantul itu terjadi selama kurang lebih 57 detik.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan pihaknya turut mengenang peristiwa tersebut. Terlebih saat gempa Jogja terjadi Gunung Merapi juga tengah berada pada fase erupsi.
"Saat itu perhatian masyarakat tertuju pada Gunung Merapi yang tengah berada pada fase erupsi. Namun, gempa tektonik yang diperkirakan bersumber di Sesar Opak ini tiba-tiba terjadi dan menyebabkan korban jiwa dan kerugian harta benda yang sangat besar," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/5/2021).
Hanik menuturkan gempa dahsyat tersebut menimbulkan sejumlah reaksi di Gunung Merapi sendiri. Saat itu jaringan seismik Gunung Merapi merekam gempa susulan pasca kejadian gempa ini.
Baca Juga: Refleksi Gempa Jogja 2006, Pakar UGM Ungkap Pentingnya Bangunan Tahan Gempa
Berdasarkan catatan yang dimiliki, pada hari pertama, tercatat sebanyak 115 kali gempa susulan terjadi dalam dalam sehari. Kemudian tanggal 28 Mei 2006 tercatat 95 kali kejadian, dan pada 29 Mei 2006 jumlahnya menurun menjadi 57 kali.
"Setelah terjadi gempa tersebut, kecepatan pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi meningkat dan semakin tidak stabil," ujarnya.
Hal itu dapat terlihat dari frekuensi kejadian awan panas yang meningkat secara tajam. Akibat hal itu frekuensi awan panas yang awalnya hanya 26 kejadian perhari kemudian meningkat menjadi 94 kejadian perhari.
"Gempa Yogyakarta ini terbukti memberikan pengaruh besar pada aktivitas Gunung Merapi dan daerah rawan gempa bumi di DIY dan Jawa Tengah," ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Hanik, berdasarkan pengalaman yang telah terjadi penting untuk semua pihak bisa merespon segala kejadian bencana alam dengan lebih baik. Mempersiapkan dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi bencana menjadi sangat penting.
Baca Juga: Kenang 14 Tahun Gempa Jogja, Film Pendek 05:55 Cocok untuk Ditonton Lagi
Selain itu, Hanik menilai menumbuhkan budaya sadar bencana dapat dimulai dari siapa saja termasuk diri sendiri dan keluarga. Mengenali ancaman dan potensi bencana yang ada di sekitar juga menjadi penting untuk dilakukan.
Berita Terkait
-
Nyawa Taruhannya, Radio Ini Lawan Junta Myanmar dari Bawah Tanah: Kisah Pendiri Federal FM
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
Jangan Panik! Ini Kunci Selamat dari Dahsyatnya Gempa Bumi: Sebelum, Saat dan Sesudah Terjadi
-
Daftar 13 Daerah Indonesia Dihantui Gempa Megathrust, Kepulauan Mentawai Paling Berisiko?
-
Korban Tewas Gempa Myanmar Naik Terus, Kini Tembus 3.471 Jiwa
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
Pilihan
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
Terkini
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta