SuaraJogja.id - Pemerintah berencana memberikan vaksin dosis ketiga bagi tenaga kesehatan. Langkah itu dilakukan menyusul melonjaknya kasus Covid-19 varian Delta dan banyaknya nakes yang meninggal terpapar covid meskipun sudah divaksinasi.
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama mengatakan, imunisasi covid dosis ketiga bagi nakes sebenarnya belum mendesak.
"Belum ada jaminan pemberian vaksin dosis ketiga bagi nakes bisa bebas dari paparan Covid-19 varian Delta," kata dia, dalam keterangan tertulis diterima Suarajogja, Sabtu (10/7/2021).
Menurut Bayu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menjadi penyebab kematian bagi nakes tersebut.
Bayu menyatakan, bukti yang ada belum kuat untuk menjelaskan bahwa dosis ketiga diperlukan, terutama untuk varian Delta.
Yang lebih penting adalah mengetahui dulu apa penyebab pasti, perihal nakes yang menurut asumsi sudah banyak yang mendapatkan vaksinasi tapi masih terkena dan angka kematiannya masih tinggi.
"Apakah memang efektivitas vaksin yang rendah atau ada penyebab lain?," terangnya.
Ia menambahkan, sebenarnya bukti yang menunjukkan bahwa varian Delta menyebabkan Covid-19 lebih parah daripada varian sebelumnya, masih sangat sedikit sehingga belum bisa disimpulkan varian ini lebih ganas.
Namun, mengenai varian Delta lebih menular memang buktinya sudah lebih kuat.
Baca Juga: Peti Jenazah Pasien Covid-19 Minim, Relawan Alumni Gelanggang Mahasiswa UGM Bantu Buat
"Lebih menular ini yang menyebabkan kenapa lebih banyak kasus yang berat ketika varian Delta muncul. Karena varian Delta menyebabkan lebih banyak orang sakit dan hal ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya orang yang bergejala sedang-berat. Jadi, bukan karena variannya sendiri secara langsung,” imbuhnya.
Banyaknya kasus kematian karena positif Covid-19, maka pasien yang membutuhkan perawatan juga meningkat. Padahal kapasitas rumah sakit tidak bisa bertambah dengan cepat. Akibatnya, banyak pasien yang tidak mendapatkan perawatan di rumah sakit rujukan. Kondisi ini menyebabkan angka kematian meningkat.
Soal data Kemenkes yang menyebutkan sekitar 90% kasus kematian Covid-19 lebih banyak terjadi pada orang yang belum divaksinasi, menurut dia angka tersebut terlalu optimistis karena angka sebenarnya masih di bawah itu.
“Namun, bagi saya masih cukup bagus untuk mengurangi fatalitas pada Covid-19,” ujarnya.
Bayu sependapat, bahwa pemerintah tengah menggenjot percepatan program vaksinasi, di tengah banyaknya warga yang enggan mengikuti vaksinasi. Serta masih melonjaknya kasus dan kamar khusus Covid-19 di rumah sakit yang penuh.
“Seharusnya juga didukung dengan edukasi dan langkah pemberantasan info hoaks, agar orang semakin yakin untuk vaksin. Tapi info hoaks ternyata lebih masif, sehingga hal itu menghambat proses peningkatan angka vaksinasi,” tutur Bayu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
Terkini
-
Saldo DANA Kaget Menanti, Ini 3 Link Asli untuk Diklaim Warga Jogja
-
Megawati Tanam Pohon Bodhi di UGM: Simbol Kebijaksanaan atau Sekadar Seremonial?
-
Kasus Mahasiswa UNY: BARA ADIL Kritik Keras Polda DIY Soal Publikasi Video Penangkapan
-
Bantah Tuduhan Korupsi Dana Hibah Pariwisata, Harda Kiswaya: Semua sudah Saya Sampaikan ke Kejaksaan
-
Prihatin, Bupati Harda Kiswaya Angkat Bicara Soal Mantan Bupati jadi Tersangka Korupsi