Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 27 Juli 2021 | 07:56 WIB
Sejumlah warga mengantre untuk mendapat oksigen di salah satu apotek di wilayah Kota Yogyakarta, Selasa (13/7/2021). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Ketersediaan oksigen medis di Yogyakarta masih sangat minim dalam beberapa waktu terakhir. Penambahan kasus positif Covid-19 yang tinggi disinyalir menjadi salah satu penyebabnya.

Tidak ingin hanya diam melihat situasi serba kritis ini, Febfi Setyawati (27) menginisiasi sebuah gerakan yang bertajuk Info Oksigen Jogja. Bersama rekan-rekannya, Febfi tidak hanya membagikan info ketersediaan oksigen di wilayah DIY tapi turut ikut berburu oksigen medis ke berbagai wilayah.

"Awalnya kita hanya menyediakan info yang membutuhkan oksigen gitu bisa beli di sini gitu. Namun ternyata walaupun sudah ada infonya, barangnya nggak ada, kosong. Jadinya, selain digunakan untuk membagikan info tempat penjualan oksigen, kita juga meluncur ke situ," kata Febfi saat dihubungi wartawan, Senin (25/7/2021).

Febfi menjelaskan saat ini gerakan tersebut aktif membantu masyarakat mencarikan oksigen melalui grup WhatsApp dan Telegram. Dari grup-grup tersebut, terlihat bagaimana kebutuhan masyarakat terkait oksigen medis memang sangat tinggi.

Baca Juga: Penggerebekan Tabung Oksigen Palsu di Sebuah Hotel Kawasan Taman Sari

Bagaimana tidak, grup yang baru dibuat sejak awal Juli 2021 lalu itu hingga saat ini sudah diisi lebih kurang 3.500 orang.

Namun tidak sedikit dari ribuan orang yang mencari oksigen tersebut harus meninggalkan grup tersebut. Pasalnya pasien atau salah satu anggota keluarga mereka yang membutuhkan oksigen sudah tidak terselamatkan lagi.

"Jadi ada beberapa lebih dari 5 orang kesulitan mencari oksigen di rumah akhirnya meninggal dunia. Lalu memberi info, ngapunten saya keluar dari grup karena pasien meninggal dunia, ada beberapa yang seperti itu kondisinya," tuturnya.

Febfi menjelaskan setidaknya terdapat 24 toko atau agen oksigen di DIY. Namun dari jumlah itu tidak semuanya selalu memiliki stok ketersediaan oksigen.

Jika memang adapun ketersediaan tersebut juga tidak akan bertahan lama. Kondisi itu membuat sejumlah toko memilih untuk tidak buka dalam jangka waktu tertentu.

Baca Juga: Imbauan Menteri Muhadjir Minta Perusahaan Pinjamkan Tabung Oksigen ke Pasien Covid-19

"Misalnya, kemarin buka ada 5 toko yang buka, lalu sejam dua jam langsung habis. Nggak ada yang buka terus ready sehari full itu nggak ada," ucapnya.

Kondisi tersebut tidak ideal dengan permintaan kebutuhan yang selalu masuk hampir setiap 5 menit sekali. Menurutnya saat kondisi saat ini ada dua toko saja yang bisa menyediakan oksigen sudah suatu keajaiban.

"Ini tadi ada dua toko [oksigen] yang buka pas siang. Ini juga sudah suatu kejadian langka," sambungnya.

10 tabung untuk kebutuhan darurat

Lebih jauh Febfi menuturkan memang selalu menyiapkan 10 tabung oksigen yang dipunya untuk kondisi darurat. Oksigen medis yang diperoleh dari hasil memanfaatkan dana yang terkumpul dari donatur via platform penggalanan dana sebuah yayasan itu akan sangat selektif digunakan.

Diungkapkan Febfi, ada sejumlah kriteria pasien yang ditentukan sebelum bisa melakukan peminjaman tabung oksigen ini.

Pertama terkait dengan kondisi kesehatan pasien khususnya saat saturasi oksigen sudah di bawah 95 dan tidak mendapatkan di rumah sakit rujukan. Ditambah dengan bersedia menukar tabung oksigen miliknya untuk jaminan sementara.

"Tapi kalau misal kepepet dia tidak punya tabung ya ninggal KTP aja. Semacam pinjam, kita batasi 5 hari. Harapannya memang setelah 5 hari pasien dapat rumah sakit atau sudah membaik," ungkapnya.

Seluruh pemakaian tabung oksigen itu gratis bagi masyarakat yang membutuhkan. Namun pihaknya tidak lupa selalu memberi edukasi bagi para pasien yang tengah menjalani isoman.

"Pemakaian gratis. Jadi memang kita edukasi kalau misalnya isoman dengan kondisi sesak napas itu kan membahayakan, kita edukasi, kita ajak ke faskes," tuturnya.

Febfi dan timnya sendiri memiliki 10 tabung oksigen berukuran 1 meter kubik yang siap untuk digunakan saat kebutuhan mendesak. Namun saat ini untuk mencukupi kebutuhan tabung-tabung itu juga bukan perkara mudah.

Seringkali, tabung-tabung oksigen itu hanya bisa terisi separuh saja. Selain harus rela mengantre berjam-jam, perburuan oksigen hingga ke luar kota pun sering dilakukan.

"Memang upayanya tabung itu kita putarkan tiap hari untuk pasien yang membutuhkan. Namun nyatanya juga dalam sehari untuk ngefullin 10 tabung itu juga susah. Jarang terpenuhi, kita bahkan bisa sampai Klaten, Magelang tapi untuk isi semua 10 tabung juga susah," terangnya.

Pada hari ini saja, lanjut Febfi, hanya ada 7 tabung oksigen miliknya yang terisi. Namun beberapa juga sudah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

"Hari ini terisi 7, tapi ini 2 sudah mau dibawa buat pasien ke rumah sakit, 1 mau dianter ke Magelang. Sampai luar kota juga, sepermintaan dan sebisanya pokoknya," imbuhnya.

Antre dari malam hingga pagi

Selain harus keluar kota untuk memenuhi kebutuhan oksigen medis itu. Febfi dan timnya tidak segan untuk antre berjam-jam di satu toko oksigen yang memang sedang memiliki stok.

Febfi menjelaskan antrean oksigen tidak akan bisa dihindarkan. Bahkan kadang antrean yang ada tidak bukan untuk langsung bisa mengisi tabung-tabung tersebut melainkan hanya untuk pengambilan nomor antrean.

"Biasanya ada yang ngasih info duluan tokonya misal hanya ngisi yang sudah antre dan yang sudah antre pun full," katanya.

Antrean oksigen sejak dini hari pun bukan hal baru bagi Febfi dan timnya. Masyarakat yang sudah menerima info ketersediaan oksigen lebih awal bahkan rela untuk datang sejak malam dan menunggu hingga pagi hari.

Hal itu dilakukan demi bisa mendapatkan sebuah nomor antrean. Umumnya, kata Febfi, antrean itu berlangsung dari pukul 01.00 dini hari hingga pukul 08.00 pagi WIB.

"Nanti jam 8 itu nanti dikasih nomor antrean kita baru poleh pulang nanti diambil lagi jam berapa beda-beda," ujarnya.

Febfi menyebut sebenarnya masyarakat bisa saja meninggalkan tabungnya saat dini hari dan baru diambil lagi saat pagi. Namun mengingat harga tabung yang sudah melonjak mahal membuat orang-orang berpikir ulang untuk meninggalkannya.

"Kalau orangnya nggak takut kehilangan tabung biasanya dia pulang untu tidur dulu. Nanti jam 8 pagi balik. Cuma banyak yang takut tabungnya hilang, lha harga tabung aja 5 juta to, jadi mereka nginep istilahnya dari malam sampai pagi," sebutnya.

Bahkan warga juga harus rela untuk merogoh kocek lebih dalam saat mengisi ulang tabung oksigennya. Pasalnya harga untuk isi ulang oksigen medis belum lama ini naik berlipat ganda, dari yang sebelumnya hanya Rp35 ribu saat ini menjadi Rp120 ribu untuk tabung ukuran 1 meter kubik.

Febfi menambahkan tidak berbeda dengan isi ulang tabung oksigen, untuk membeli tabung oksigen pun saat ini juga sudah dibanderol jauh lebih mahal. Bahkan peralatan lainnya seperti regulator pun sekarang dijual terpisah dengan harga selangit.

Awal Juni lalu, pihaknya masih menemukan satu tabung ukuran 1 meter kubik dibanderol dengan harga Rp800 ribu. Sedangkan memasuki Juli ini harganya sudah menjadi Rp7 juta.

"Ada yang jual tabung saja, tapi regulatornya yang dimahalin. Terus kadang mencari selangnya juga agak susah. Sekarang semuanya dijual terpisah," ucapnya.

Kendati perlu usaha lebih untuk mendapatkan oksigen, niat dan semangat Febfi dan tim tidak pernah berkurang. Tidak melulu oksigen, kebutuhan lain berupa sembako hingga kendaraan yang bisa digunakan pasien pun selalu diusahakan guna mengurangi beban pasien.

"Kita juga memberikan bantuan seperti sembako kepada pasien isoman dan ada pula kendaraan untuk digunakan pasien ke rumah sakit," tandasnya.

Load More