Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 02 Agustus 2021 | 15:20 WIB
Anak perempuan Akidi Tio, Heriyati [Andika/suara.com]

SuaraJogja.id - Kabar mengenai ahli waris Akidi Tio yang bakal menyumbang Rp 2 Triliun untuk penanganan Covid-19 terus mendapat sorotan. Terkini Heriyanti yang merupakan anak dari Akidi Tio dijemput petugas dari Polda Sumsel lantaran uang triliunan yang dijanjikan cair pada hari ini Senin (2/8/2021) tak kunjung ada alias berpotensi hoaks. Siapa kira kasus serupa pernah terjadi di era Presiden Soekarno hingga SBY lho.

Kehebohan mengenai sumbangan Rp2 Triliun dari ahli waris Akidi Tio memang terus menghangat dalam beberapa hari terakhir.  Tapi kabar yang nyaris menjadi kabar melegakan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19 nyatanya justru berakhir antiklimaks. 

Ahli waris Akidi TIo yakni Heriyanti justru dijemput menuju ke Mapolda Sumsel untuk mempertanggungjawabkan mengenai keontentikan mengenai uang sumbangan Rp2 Triliun yang kabarnya bakal cair hari Senin ini.

Dilansir dari Suara.com, Heriyanti tiba di Mapolda Sumsel dan langsung digiring masuk ke ruang Ditreskrimum Polda Sumsel dengan pengawalan sejumlah petugas.

Baca Juga: Anak Akidi Tio Dijemput Polisi, Sumbangan Rp 2 Triliun Tipu-tipu?

Menggunakan batik biru dengan celana panjang hitam, Heriyanti berusaha menghindari awak media dengan terus berjalan cepat seraya menutupi wajahnya menggunakan tangan.

Anak perempuan Akidi Tio, Heriyanti saat tiba di Mapolda Sumsel [Andika/suara.com]

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya.

Tidak hanya Heriyanti Polisi juga menjemput Prof Dr Hadi Darmawan sebagai Dokter keluarga Akidi Tio.

Ketika ditanya oleh Direktur Intelkam Polda Kombes Pol Ratno Kuncoro terkait uang Rp2 Triliun, "Prof Hadi tidak tau sama sekali dengan uang tersebut, bahkan tidak pernah melihat sama sekali.

"Kalau memang tidak ada dia sangat meminta maaf kepada masyarakat Indonesia, dan sangat setuju jika Heriyanti bersalah dan di penjarakan.

Baca Juga: Menanti Sumbangan Akidi Tio Rp 2 Triliun, Fadli Zon: Kalau Bohong Bisa Dikenakan Pasal

Terpisah, Dir Ditreskrimum Polda Sumsel, Hisar Siallagan saat dikonfirmasi enggan memberikan komentar terkait penjemputan Heriyanti.

Termasuk status Heriyanti saat ini belum juga ada keterangan terkait hal tersebut.

"Nanti saja ya," ujarnya.

Hoaks era Soekarno hingga Jokowi

Sementara itu kejadian yang berujung hoaks tersebut bukan kali ini saja terjadi dan menimpa pejabat. Sejarah membuktikan, Soekarno hingga Jokowi juga pernah jadi korban hoaks.

Di era Soekarno kisah hoaks yang melegenda yakni ketika Sang Proklamator tersebut kedatangan tamu suami istri yang mengaku sebagai Raja Idrus dan Ratu Markonah. Keduanya mengaku sebagai Raja dan Ratu Kubu Suku Anak Dalam di Sumatera.

Soekarno kepincut hingga mengundang keduanya ke Istana lantaran tersiar kabar keduanya tengah bersafari menggalang kekuatan di daerah-daerah untuk pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda.

Hingga akhirnya kedok keduanya terbongkar setelah kepergok salah seorang rekannya yang mengenali Idris sebagai tukang becak dan Markonah yang berprofesi sebagai pelacur.

Di 1970-an, Presiden Soeharto juga pernah kena kibul rakyatnya sendiri. Sosok yang berani memberikan informasi hoaks itu yakni Cut Zahara Fona yang mengaku berita di dalam kandungannya bisa mengaji.

Namun di kemudian hari akal bulus Cut tersebut terbongkar. Rahasia di balik bayi yang mengaji di dalam kandungan yakni sebuah tape recorder yang dipasang di perutnya.

Megawati dan SBY nyatanya juga pernah tersihir kabar hoaks. Saat menjabat sebagai presiden, Megawati pernah tertipu mengenai kabar adanya harta karun mili Prabu Siliwangi.

Sedangkan SBY termakan kabar hoaks mengenai blue energy Joko Suprapto yang mengaku bisa mengubah air sebagai pengganti bahan bakar bensin. Belakangan, gegara hoaksnya itu, Joko Suprapto ditetapkan jadi tersangka di Polda DIY.

Kabar air menjadi bensin (blue energy) pada 2008 sempat ramai di pemberitaan. Penemunya, Joko Suprapto, mempresentasikannya di depan SBY yang kemudian memberikan bantuan Rp 10 miliar dan mendirikan pabrik blue energy di Cikeas. Temuan itu mendapat kecaman, terutama dari Universitas Gadjah Mada, karena dianggap bohong. Belakangan, Joko meminta maaf karena tidak bisa mengubah air jadi bensin dan menjadi tersangka di Polda DI Yogyakarta.

Di era Jokowi tercatat juga pernah terkena kabar hoaks. Kejadian tersebut pada saat  MPR bersama BPIP dan BNPB menggelar sebuah konser virtual pertengahan tahun 2020 lalu.

Sebuah motor listrik dengan tanda tangan Jokowi yang dilelang sempat laku senilai Rp2,5 miliar. Tapi setelah ditelisik, sosok M Nuh yang membeli motor tersebut nyatanya bukanlah seorang pengusaha melainkan seorang buruh lepas harian.

Terbaru, kabar hoaks yang masih hangat tentu saja mengenai sumbangan uang Rp2 Triliun dari Akidi Tio yang nyatanya urung jelas juntrungannya.

Load More