SuaraJogja.id - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY menyatakan bahwa pemberian insentif kepada industri pariwisata sangat dibutuhkan dalam kondisi pandemi Covid-19. Hal itu berguna untuk mengerakkan kembali industri yang saat ini tengah berhenti.
Ketua Umum DPD Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY Bobby Ardyanto Setya Aji mengatakan, kondisi industri pariwisata sendiri saat ini sudah tidak bisa bergerak. Maka dari itu diperlukan sebuah stimulan untuk mengungatkan pihak-pihak di dalamnya agar bisa bertahan.
"Kalau insentif tentunya sangat dibutuhkan sebenernya oleh temen-temen industri. Tahun ini kami secara cash flow memang sudah tidak ada, saving juga tidak ada. Sehingga memang kondisinya bener-bener emergensi," kata Bobby kepada awak media, Sabtu (14/8/2021).
Bobby menyebut sudah sempat menyampaikan kondisi emergensi yang dialami oleh industri pariwisata kepada Gubernur DIY. Salah satu yang memang dibutuhkan adalah insentif tadi.
Baca Juga: Bukit Dermo Akan Jadi Ikon Baru Wisata di Bantul, Ditargetkan Selesai 2023
"Karena situasinya seperti yang tadi saya bilang, kondisi kita sama sekali tidak bisa bergerak. 100 persen industri berhenti semuanya. Nah ini yang kami butuhkan, apa kebijakan atau stimulan pemerintah yang sifatnya bisa menguatkan kami untuk bertahan," tuturnya.
Bobby berharap bantuan atau stimulan dari pemerintah dalam bentuk apapun itu dapat diterima segera oleh pelaku industri pariwisata, sehingga dapat sedikit mengurangi beban yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 ini.
Bahkan pihaknya sendiri sudah ibarat kehabisan cara untuk bertahan lagi. Jika memang tidak ada bantuan atau dukungan dari pemerintah itu sendiri.
"Satu hal, kami tidak tahu apakah bulan depan kami masih bisa bertahan. Seandainya memang tidak ada satu supporting dari pihak pemerintah," ucapnya.
Disebutkan Bobby, dari 22 asosiasi atau himpunan industri pariwisata dan pelaku wisata yang tergabung dalam GIPI DIY. Kemungkinan hanya satu dua asosiasi saja yang masih ada pergerakan itu pun sangat terbatas.
Baca Juga: Dinpar DIY Gelar Vaksin Wisata Bagi 2 Ribu Pelaku Pariwisata dan Industri Jasa Keuangan
Pihaknya mencontohkan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DPD DIY. Dari sejumlah hotel yang masih buka hampir semua hanya memiliki okupanasi di bawah 5 persen.
"Ya okupansi di bawah 5 persen masih ada tetapi kalau secara ekonomis, itu sudah ngga worth it buat sebuah kegiatan ekonomi sebenernya," tegasnya.
Tidak sedikit, kata Bobby, hotel-hotel yang sudah memilih untuk tutup sementara. Bahkan ada pula yang terpaksa menutup secara permanen.
"Ini yang sudah terjadi. Dan temen-temen di sisi hotel dan restoran pun sudah melakukan unpaid leave juga ke karyawan, 50 persen kadang ada sampai 75 persen. Sebelum mereka pada saat titik yang mereka tidak bisa sama sekali," ungkapnya.
Sebelumnya Dinas Pariwisata DIY terus mengupayakan pemberian insentif yang merata kepada para pelaku wisata. Sejumlah program masih digodok untuk bisa mencakup lebih banyak pelaku pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19 saat ini.
Kepala Dinas Parisiwata DIY, Singgih Raharjo tidak memungkiri pada tahun lalu sejumlah insentif yang diberikan kepada para pelaku wisata belum sepenuhnya mencakup semua.
Dikatakan Singgih, setelah mendapat cukup banyak masukan dari berbagai pihak. Terdapat sedikit perubahan mekanisme dalam pemberian insentif kali ini.
"Ya belajar dari program hibah pariwisata tahun lalu ya, Kementerian kemarin juga mendapat banyak masukan sehingga ini untuk hibah pariwisata tahun ini mekanismenya agak sedikit berubah," kata Singgih.
Perubahan mekanisme pemberian insentif itu dalam rangka juga untuk memperluas cakupan penerima bantuan itu sendiri. Sehingga target penerima intensif juga akan lebih banyak ketimbang sebelumnya.
"Tentu ini dalam rangka untuk memperluas penerimanya. Kalau kemarin kan hanya hotel dan restoran ya, mungkin sekarang akan lebih luas lagi. Ini menjawab dari beberapa masukan dan evaluasi hibah pariwisata tahun 2020," tuturnya.
Berita Terkait
-
Jadi Ajang Promosi Pariwisata, Momen Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda Pamer Skill Free Diving
-
Menpar Sebut Pariwisata Bisa Jadi Penopang Ekonomi Indonesia Hadapi Tarif Trump
-
Berkaca dari Menteri Pariwisata, Pentingkah Pejabat Publik Kuasai Public Speaking?
-
Apa Pekerjaan Widi Wardhana Sebelum Jadi Menpar? Kualitas Public Speaking Ramai Disorot
-
Psikolog Lita Gading Kritik Tajam Kemampuan Bicara Menteri Pariwisata Widiyanti di Depan Umum
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Peringatan Dini BMKG Terbukti, Sleman Porak Poranda Diterjang Angin Kencang
-
Sultan HB X Angkat Bicara, Polemik Penggusuran Warga Lempuyangan Dibawa ke Keraton
-
Konten Kreator TikTok Tantang Leluhur Demi Viral? Keraton Yogyakarta Meradang
-
'Saya Hidupkan Semua!' Wali Kota Jogja Kerahkan 10 Mesin untuk Tangani 300 Ton Sampah Per Hari
-
Curhat Petani Gulurejo, Ladang Terendam, Harapan Pupus Akibat Sungai Mendangkal