Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Senin, 23 Agustus 2021 | 13:22 WIB
ilustrasi pengayuh becak. [Ema Rohimah / SuaraJogja.id]

Selain untuk menyekolahkan anaknya, penghasilannya dari mengayuh becak juga digunakan untuk melunasi rumahnya di Bantul. 

Bertaruh nyawa di jalanan

Hampir 30 tahun lamanya Pardi bekerja sebagai pengayuh becak. Beragam cerita baik suka dan duka kenyang dilahapnya selama hidup di jalanan sebagai pengayuh becak.

Pada usia 24 tahunan masyarakat masih banyak yang menggunakan transportasi tradisional termasuk becak. Kendaraan umum juga cukup banyak namun kondisi waktu itu, menurut pardi tak terlalu berbahaya.

Baca Juga: Gelang Vaksin Disebut Tak Awet, Begini Penjelasan Pemkot Jogja

Era 2000-an hingga 2010-an adalah masa yang selalu ia waspadai ketika berada di jalan raya. Tak jarang ia nyaris terserempet bahkan sampai terguling ketika membawa penumpang.

"Ya sampai sekarang harus ekstra waspada. Kadang kami juga harus mengalah karena jika tidak, malah kami yang celaka," jelas dia.

Sekitar tahun 2012 pardi hampir terjatuh saat disalip oleh mobil di sekitar Jalan Bantul. Ketika dirinya berbelok, dari arah berlawanan juga muncul mobil yang berbelok ke jalan yang sama.

Pardi yang terkejut, otomatis menarik rem becak mendadak, mobil tersebut terus tancap gas dan menyenggol bagian depan becaknya.

"Saya misuh (mengumpat) ke mobil itu. Dia sempat berhenti pelan, lalu malah melanjutkan perjalanan lagi," kenang dia.

Baca Juga: Soal Aturan 2 Jam Berkunjung di Malioboro, Ini Respons Wisatawan dari Luar Jogja

Untungnya tak sampai membuat becak sewanya rusak parah.

Load More