Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 26 Agustus 2021 | 21:41 WIB
Kawasan Malioboro yang diusulkan sebagai sumbu filosofi ke UNESCO. [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

Penataan kawasan Malioboro untuk mendukung sumbu filosofi, lanjut Ekwanto bukanlah perkara mudah. Sebab kawasan tersebut sangat heterogen dan aspek ekonomi jadi kendala utama.

Misalnya kebijkaan penutupan kawasan Malioboro untuk dijadikan pedesterian pada pukul 18.00 WIB yang tidak disetujui oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pemilik toko. Padahal untuk mendukung kawasan tersebut sebagai warisan budaya, kebijakan kawasan pedesterian wajib diberlakukan.

"Karenanya ini perlu terus disosialisasikan ke masyarakat," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Baca Juga: Uji Coba Pembukaan Mall di DIY Masuk Hari Ketiga, Kunjungan Masih Landai

Load More