SuaraJogja.id - Sudah hampir seminggu ini, empat mobil terparkir di bibir Pantai Ngandong, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Empat mobil tersebut masing-masing adalah Nissan March, Land Cruiser, minibus T20, dan Toyota Hi-Ace. Semuanya berpelat nomor luar DIY.
Di salah satu sudut, tepatnya di depan mobil Nissan March, tampak dua kursi traveler mengelilingi sebuah tungku portable. Terlihat seseorang tengah membakar ikan di atas tungku, dan seseorang di antara mereka bertelanjang dada berkeliling menggunakan sepeda motor trail jenis KLX.
Puas berkeliling, lelaki bertelanjang dada tersebut lantas menaikkan sepeda motornya di bagian belakang minibus Mitsubushi T20. Ternyata, bagian luar belakang minibus tersebut telah dimodifikasi sedemikian rupa bisa membawa sebuah sepeda motor trail.
Anton, demikian nama panggilan lelaki yang berkeliling menggunakan sepeda motor tersebut. Lelaki berumur 49 tahun asal Tangerang ini memang sengaja datang ke Gunungkidul bersama tiga rekannya. Bersama keluarga, keempat lelaki tersebut sudah sepekan ini menikmati suasana Pantai Gunungkidul.
Baca Juga: Penyekatan di TPR, Begini Modus Wisatawan agar Bisa Tetap Sampai Ke Pantai Gunungkidul
Mereka menamakan komunitasnya sebagai Camper Van Indonesia. Laiknya berkemah yang menggunakan tenda, mereka menyulap mobil yang dikendarai menjadi sebuah rumah berjalan. Mereka sudah berkeliling hampir ke seluruh Indonesia dengan rumah berjalan tersebut.
"Kami hobinya memang jalan-jalan," ujar dia, Minggu (5/9/2021).
Bersama istrinya, Mimi (49), pensiunan konsultan keuangan ini mengaku sudah 11 bulan belum pulang ke rumah mereka di Tangerang. Pandemi Covid-19 tak menghalangi mereka berkeliling Indonesia menggunakan kendaraan kesayangannya, Minibus Mitsubishi T20.
Untuk memenuhi hasratnya berkeliling Indonesia, ia memang merombak total minibus bekas angkutan karyawan yang ia beli dengan harga Rp30 juta. Ia merombak interior di dalam minibus dengan memasukkan berbagai perabot rumah tangga.
Mesin cuci, dispenser, kulkas, freezer hingga AC ruangan terpasang dalam minibus tersebut. Tak hanya itu, WC portabel pun terpasang rapi di dekat tempat tidur yang diatur sedemikian rupa agar bisa dilipat dan bagian bawahnya berfungsi sebagai lemari penyimpan baju.
Baca Juga: Fenomena Lumut di Pantai Natuna, Pemerhati Lingkungan Ungkap Pertanda Ini
"Sini juga ada kompor 2 tungku dan juga gas elpiji," ungkap dia.
Sebagai sumber energi, selain mengandalkan bahan bakar solar untuk mobilitas, Anton juga membawa dua buah jenset sebagai sumber listrik. Tak hanya itu, panel kontrol tenaga suryapun terpasang di atas kap minibus tersebut.
Di depan moncong minibus tersebut juga ada baling-baling yang berfungsi sebagai penghasil listrik yang dialirkan ke dalam kabin. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Anton memasang pipa paralon besar mengelilingi atap mobil tersebut. Sesekali Anton memang harus berhenti mengisi air di sumber air yang ia temukan.
"Untuk merubah minibus ini menjadi Campervan, saya habis Rp200 jutaan," ungkapnya.
Dengan minibus ini, dia dan istrinya sudah melakukan perjalanan ribuan kilometer keliling Indonesia selama hampir 11 bulan, dengan menggunakan sebuah minibus bekas angkutan karyawan yang dia sulap menjadi sebuah rumah berjalan.
"Sejak muda hobi kami Traveling, Camping ataupun menjelajah tempat tempat baru," ujar Anton.
Anton kemudian banyak cerita tentang keputusannya dan istri untuk menjadi Campeter, dan menggunakan mobil minibus modifikasinya menjadi sebuah rumah yang bisa dia bawa kemana mana. Bersama istri, selama 11 bulan keliling Indonesia, sudah ratusan tempat yang mereka singgahi.
"Kita sudah ke Sumatra, Bangka, Belitung, Sulawesi, Lombok, Bali dan yang lainnya, disetiap tempat baru yang kami kunjungi, kami menemukan banyak hal hal yang asyik dan menyenangkan," lanjutnya.
Saat disinggung soal biaya selama perjalanan, Anton mengaku bahwa dia menggunakan uang tabungan yang dikumpulkannya selama bekerja dengan istrinya. Saat dia memutuskan pensiun, kesenangannya dalam hal Traveling bersama istri kemudian dia wujudkan untuk total menjadi Campeter dan bergabung dengan komunitas Camper Van Indonesia.
Anton mengaku memulai petualangan ini sejak tahun 2019, di mana waktu itu ia memutuskan untuk berhenti kerja dan menikmati hidup, dengan melakukan perjalanan keliling Indonesia. Ia sengaja mengemas minibus mereka menjadi rumah berjalan untuk menghemat biaya perjalanan.
Dengan model rumah yang bisa dibawa kemana mana ini, menurut Anton ada banyak keuntungan, salah satunya adalah hobi Traveling mereka menjadi lebih irit.
"Beda jika umpama kita liburan biasa seminggu di Bali, biaya makan di restoran dan menginap di hotel hitungannya lebih mahal, tapi dengan membawa rumah begini, biaya sehari hari dapat lebih irit, kalau soal makan dan tidur, kita di rumah juga belanja dan makan, sama seperti hidup di mobil, pengeluaran paling besar ya paling untuk beli solar," lanjut Anton panjang lebar.
Menurut cerita Anton, di rumah resminya di Bogor, dia memiliki dua orang anak, yang besar sudah S3 dan bekerja yang kecil baru selesai menempuh pendidikan S1. Meski demikian, ia rela meninggalkan kedua anaknya untuk menikmati hidup.
"Prinsip keluarga kami, saya sebagai orang tua hanya akan memberikan warisan ilmu kepada anak anak, mereka mau sekolah setinggi apapun akan kami biayai, tapi kami tidak memberikan warisan yang berupa harta kepada anak anak. Ya, kalau warisan harta bisa habis jika salah mengelola, tapi kalau warisan ilmu, itu tidak akan pernah habis, bahkan bisa digunakan untuk mencari harta melebihi orang tuanya," imbuh Anton lagi.
Saat itu, tampak Mimi istri Anton sedang menyiapkan makan siang, sembari membersihkan ruangan ruangan di dalam rumah mobil.
"Mari makan siang, saya memasak menu sayur lodeh," kata Mimi ramah mempersilakan kami untuk masuk ke rumah mobil mereka.
Wanita yang menginjak usia hampir setengah abad, tapi masih tampak segar dan cantik ini kemudian menyiapkan makan siang di meja makan sembari membereskan ruangan. Sesekali dia juga mengecek cucian yang berada di dalam mesin cuci, atau menengok sayur asem yang masih berada diatas kompor, kegiatan yang umum dilakukan oleh ibu ibu rumah tangga yang beraktivitas di dalam rumah setiap hari.
"Saya juga jago nyopir lho, saat bapak capek dan butuh istirahat, saya yang nyopir Caravan," terangnya sambil tertawa.
Umbu Tedi, pria berbadan besar yang berasal dari Bogor ini juga terlihat ikut dalam rombongan Camper Van Indonesia, yang ikut singgah di pantai Sundak. Umbu juga menyulap mobil Hi-Ace miliknya menjadi rumah berjalan seperti mobil Anton. Dalam perjalanan ini Umbu bersama istri dan dua anak anaknya yang masih kecil.
"Kalau saya baru sekitar tiga minggu, meninggalkan rumah resmi, dan hidup di Caravan, saya baru saja dari Bali," terang Umbu.
Pria yang bekerja sebagai desainer Karoseri kendaraan ini membawa seluruh keluarganya, anak pertamanya masih duduk di kelas tiga Sekolah Dasar, dan yang kecil masih TK, sementara istrinya bekerja disebuah perusahaan luar negeri tapi berbasis Online.
"Selama perjalanan, saya dan istri masih bisa bekerja Online, anak anak juga sekolah sistem daring," imbuh Umbu.
Anton dan Umbu menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan saat ini bukan sekedar hobi lagi, tapi sudah sebagai pilihan hidup, mereka mengaku bahwa dari perjalanan yang mereka lakukan, mendapatkan kepuasan batin yang luar biasa.
"Hidup harus dinikmati, kita mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan baru, mengenal banyak ragam orang dan suku, serta pengalaman pengalaman baru yang luar biasa," terang Anton dan Umbu bergantian.
Terkait masa PPKM yang diterapkan di Indonesia, Anton dan Umbu mengaku bahwa dalam perjalanan, kadang memang mereka tidak bisa memasuki suatu kota atau tempat karena terhalang aturan.
"Saat ada penyekatan, ya kita manut saja, mundur dulu, berkemah dulu, saat penyekatan bubar, baru kita masuk, yang penting kita melengkapi diri dengan surat kesehatan dan taat prokes," terang Anton sambil tertawa.
Menurut Anton dan Umbu, catatan dan dokumentasi perjalanan selalu mereka rekam, dan dibagikan di grup media sosial mereka, yaitu grub FB Camper Van Indonesia, yang beranggotakan sekitar 45 ribu tersebar di seluruh Indonesia.
Dari grup itu mereka bisa saling berbagi informasi tempat yang baru saja dikunjungi, juga bisa janjian, atau ketemu dengan anggota lain yang kebetulan sedang melakukan Trip di tempat yang sama.
"Tempat tempat di Indonesia itu sangat luar biasa, salah satu contohnya adalah Gunungkidul ini, tapi kami masih punya satu keinginan, yaitu keliling dunia dengan mobil rumah kami, dengan membawa nama Camper Van Indonesia," kata Umbu.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Termasuk City Traveler, Ini 4 Rekomendasi Destinasi dengan Suasana Urban yang Nyaman di Asia!
-
Kolaborasi Hadirkan Kemudahan Komunikasi bagi Traveler Mancanegara
-
Dibutuhkan Kreator Konten, Traveler hingga Pebisnis, Powerbank Ini Bisa Jadi Pilihan
-
Indahnya Kawasan Pantai Gunungkidul Sedot Animo Wisawatan hingga Investor
-
Liburan ke Australia, Ini 3 Spot Kece di Perth yang Wajib Buat Kamu Datengin!
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaik November 2024
-
Neta Hentikan Produksi Mobil Listrik Akibat Penjualan Anjlok
-
Saldo Pelaku UMKM dari QRIS Nggak Bisa Cair, Begini Respon Menteri UMKM
-
Tiket Kereta Api untuk Libur Nataru Mulai Bisa Dipesan Hari Ini
Terkini
-
AI Ancam Lapangan Kerja?, Layanan Customer Experience justru Buat Peluang Baru
-
Dampak Kemenangan Donald Trump bagi Indonesia: Ancaman Ekonomi dan Tantangan Diplomasi
-
Pengawasan Miras di DIY sangat Lemah, Sosiolog UGM Tawarkan Solusi Ini
-
Pakar hukum UGM Usul Bawaslu Diberi Kewenangan seperti KPK
-
Ini Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa pada Anak