SuaraJogja.id - Kabar baik bagi masyarakat Indonesia. Negara ini sudah melampaui target jumlah populasi warga yang mendapatkan vaksinasi COVID-19 yang ditetapkan WHO atau Badan Kesehatan Dunia.
Padahal saat ini terjadi gap vaksinasi antarnegara, terutama negara-negara yang berpenghasilan tinggi dengan negara berpenghasilan rendah. Banyak negara yang kesulitan mendapatkan vaksin COVID-19 untuk memenuhi kebutuhan warganya.
Apalagi saat ini WHO menargetkan minimal 10 persen populasi tiap negara harus sudah divaksin pada September 2021 ini. Namun dari data Kementerian Luar Negeri (kemenlu), capaian vaksinasi di Indonesia justru sudah mencapai 34 persen dari total populasi penduduk Indonesia.
"Sedangkan hampir 20 persen mendapat suntikan dosis kedua," papar Menteri Luar Negeri (menlu) RI, Retno Marsudi disela vaksinasi drive thru di GSP UGM, Sabtu (11/09/2021).
Baca Juga: Epidemiolog: Segeralah Vaksin, Jangan Pilih-pilih Merek
Menurut Retno, selain dosis suntikan, Indonesia juga menjadi negara keempat terbesar di Asia setelah Tiongkok, India dan Jepang yang sudah menyuntikkan vaksin COVID-19. Sekitar 113,6 juta dosis vaksin pun sudah disuntikkan bagi warga Indonesia.
Hal ini berdampak pada positivity rate Indonesia yang dibawah angka 5 Persen. Angka ini sesuai dengan ambang batas yang ditetapkan WHO.
"Kemarin saya cek kemarin datanya pos rate kita 3,5 persen," ujarnya.
Retno menambahkan, selam pandemi dua tahun terakhir, pemerintah Indonesia sudah mendatangkan 227.411.510 dosis vaksin. Vaksin tersebut sebagian didapat dengan membeli maupun dukungan dari negara sahabat.
Namun diakui Retno, untuk mendapatkan vaksin COVID-19 bukan perkara yang mudah. Sebab jumlah kebutuhan tiap negara akan vaksin yang tinggi seringkali tidak dibarengi dengan pasokan vaksin.
Baca Juga: Studi Terbaru: Orang Tidak Vaksinasi, 11 Kali Lebih Mungkin Meninggal karena Covid-19
Retno menyebutkan, secara global telah ada 5,5 miliar dosis vaksin yang disuntikkan kepada masyarakat dunia. Namun sekitar 80 persen di antaranya ada di negara beroenghasilan tinggi.
Selain itu ada negara yang menghambat ekspor vaksin. Akibatnya terjadi ketimpangan antarnegara bepenghasilan tinggi dengan negara berpenghasilan rendah dalam pengadaan vaksin.
"Ada yang menghambat ekspor vaksin keluar antara lain berupa restriksi ekspor. Ini yang mengakibatnya terjadi gap terhadap vaksin yang cukup besar," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement
-
Ngeri! Tuberkulosis Penyakit Menular Paling Mematikan di Dunia, Ini Fakta WHO
-
10 Tahun Jokowi, Satu Dasawarsa Perjuangan Turunkan Prevalensi Stunting Generasi Penerus Kita
-
3 Rumah Sakit di Gaza Utara Dikepung dan Diserang Israel, Puluhan Tewas
-
Bom Waktu Kesehatan? Wabah Kolera Mengancam Lebanon di Tengah Eskalasi Konflik
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Pegawai Komdigi Manfaatkan Alat AIS Rp250 M untuk Lindungi Judol, Roy Suryo Duga Ada Menteri Ikut 'Bermain'
-
Trump Effect! Wall Street & Bursa Asia Menguat, IHSG Berpotensi Rebound
-
Baru Sebulan Jadi Bos NETV, Manoj Punjabi Mengundurkan Diri
-
Harga Emas Antam Meroket! Naik Rp14.000 per Gram Hari Ini
-
Selamat Ulang Tahun ke-101, Persis Solo!
Terkini
-
Dari Sumur Bor hingga Distribusi Pupuk, Harda-Danang Siapkan Jurus Atasi Krisis Pertanian di Sleman
-
Jagung dan Kacang Ludes, Petani Bantul Kewalahan Hadapi Serangan Monyet
-
AI Ancam Lapangan Kerja?, Layanan Customer Experience justru Buat Peluang Baru
-
Dampak Kemenangan Donald Trump bagi Indonesia: Ancaman Ekonomi dan Tantangan Diplomasi
-
Pengawasan Miras di DIY sangat Lemah, Sosiolog UGM Tawarkan Solusi Ini