SuaraJogja.id - Masyarakat ada yang memilih jenis merek vaksin Covid-19 tertentu. Hal ini tak lepas dari tingkat kemanjuran atau efikasinya.
Terlebih Indonesia baru saja menerima sebanyak 500 ribu dosis vaksin Johnson & Johnson atau Janssen. Vaksin tersebut merupakan dukungan kerjasama antara Indonesia dengan Belanda.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Agus Budi Raharjo menyatakan vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia hari ini, apapun mereknya. Tidak ada dikotomi terhadap merek vaksin.
"Dari pemerintah pusat pun tidak ada dikotomi merek vaksin. Jadi kami mendistribusikan vaksin sesuai ketersediaan bukan berdasarkan jenis merek," tegasnya, Selasa (14/9/2021).
Baca Juga: Vaksinasi Jalan Terus, Ketua Satgas COVID-19 IDI Minta Masyarakat Jangan Lengah
Namun memang ada vaksin yang alokasinya khusus seperti merek Sinopharm untuk difabel dan dosis ketiga bagi tenaga kesehatan (nakes) menggunakan Moderna. Ke depan, merek-merek vaksin yang baru diterima juga akan didistribusikan.
"Semua vaksin sama, nanti pada saat dapat vaksin Johnson & Johnson, Sputnik, dan Pfizer juga kami distribusikan. Saat ini adanya Sinovac ya dipakai karena bisa untuk 12 tahun ke atas," terangnya.
Menurut Agus, sekarang masyarakat sudah paham semua bahwa vaksin itu aman, halal, dan bermanfaat, sehingga antusiasmenya cukup tinggi. Namun diakuinya, mendengar testimoni yang positif atau negatif kadang-kadang membuat mereka terpengaruh.
"Kami menjamin kalau ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) itu bagian dari reaksi antibodi yang akan muncul usai vaksinasi. Itu memang tujuannya memicu munculnya antibodi untuk memerangi jika ada virus yang masuk," katanya.
Untuk itu masyarakat Bantul yang belum divaksin tidak perku khawatir. Dinas Kesehatan Bantul mengklaim sampai saat ini tidak menemukan KIPI yang berarti karena vaksinasi.
Baca Juga: Duh, Penelitian dari India Buktikan Antibodi COVID-19 Turun 4 Bulan Usai Vaksinasi
"Sejauh ini kami belum menerima laporan KIPI yang berarti dari orang yang telah divaksin," ujarnya.
Berita Terkait
-
Dear Pawrents, Kapan Kucing Bisa Vaksin Setelah Melahirkan? Jangan sampai Anabul Sakit
-
Nama Crazy Rich PIK Helena Lim Terseret Kasus Korupsi, Dulu Sempat Heboh Diduga Palsukan Dokumen Vaksinasi Covid-19
-
Vaksinasi COVID-19 Tetap Gratis Untuk Kelompok Rentan
-
Peranan Penting Komunikasi Risiko & Kerja Kolaboratif untuk Capaian 2 Tahun Vaksinasi Inklusif COVID-19 di Indonesia
-
Komitmen Tangani Covid-19, AMNT Raih Penghargaan PPKM Award 2023
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan