Berdasarkan mitos yang berkembang luas di telinga masyarakat, pasangan suami istri (pasutri) yang hubungannya baru disahkan selama 35 hari, alias usia pernikahannya masih semuda itu, dilarang melewati jalur Gunung Pegat.
Jika nekat, menurut yang dipercaya warga setempat, pasangan pengantin baru itu bisa cerai. Seorang warga pun mengakui bahwa dirinya menghindari Gunung Pegat di saat baru menikah. Ia adalah Priyo, yang kala ditemui Solopos.com pada 2016 silam tinggal di Kecamatan Wonogiri dan sebelumnya bertempat tinggal di Baturetno. Priyo mengaku, pada 1998, saat baru menikah, ia menuruti nasihat orang tua untuk tak melewati Gunung Pegat.
Setiap hari pulang-pergi kerja ke kawasan kota Wonogiri, Priyo rela menempuh perjalanan sejauh 70 kilometer melalui jalur Pracimantoro, padahal jika memilih jalur Gunung Pegat, dia hanya perlu menempuh jarak 40 kilometer. Hal ini ia lakukan supaya tidak dituduh salah karena tak menuruti nasihat orang tua jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangganya.
Perilaku serupa dianut seorang warga Sukoharjo bernama Herman, yang kala itu saat masih menjadi pengantin baru memilih lewat jalur di Desa Jendi, Nguntoronadi untuk menghindari Gunung Pegat. Latar belakangnya pun sama seperti Priyo--amanat orang tua.
Kendati begitu, hingga kini belum diketahui pasti latar belakang dan sejak kapan mitos soal perceraian itu berkembang. Namun, ada yang percaya, mitos itu berkaitan dengan asal-usul Gunung Pegat. Zaman dahulu, ada dua gunung yang menyatu, tetapi kemudian dipisahkan oleh pembangunan jalan. Pegunungan Ngadiroyo, yang menghubungkan Wonogiri dan Pacitan itu pun terbelah.
"Pegat" sendiri merupakan kata dalam bahasa Jawa yang artinya pisah. Seringkali "pegat" juga dipakai dalam bahasa sehari-hari dengan arti "putus hubungan" atau "cerai".
Di luar legenda, ada yang percaya pula bahwa ada makhluk gaib di Gunung Pegat yang tidak suka melihat pasangan bahagia. Ia dikenal dengan nama "Mbah Glondor". Sejumlah masyarakat percaya, dulu Mbah Glondor meninggal dalam kondisi sakit hati ditinggal pasangan dan hidup menduda hingga di ujung usia, sehingga ia bersumpah akan mengacaukan kebahagian setiap pasangan yang melintas di Gunung Pegat.
Tempat harimau jawa
Mungkin telinga warga Wonogiri, Klaten, Solo, bahkan Jogja, sudah akrab dengan mitos perceraian karena Gunung Pegat ini. Namun ternyata, masih ada satu lagi yang cuku membuat mata terbelaalak.
Baca Juga: Mitos Legendaris Orang Bantul, Pengantin Lewat Perempatan Palbapang Wajib Lempar Ayam
Warga sekitar meyakini, di Gunung Pegat terdapat hewan yang sebenarnya telah dinyatakan punah pada 1980 oleh International Union of Conservation for Nature (IUCN), yaitu harimau jawa. Juru Kunci Gunung Pegat, Suratno, kala itu pada 2018 silam, mengaku beberapa kali menjumpai harimau jawa.
Salah satu momen yang ia ingat adalah ketika melihat harimau bermain dengan tiga anaknya di kebun tebu. Menurut dia, macan di Gunung Pegat tinggal di tempat yang tinggi dan sulit dijangkau. Dulu, kata Suratno, sebelum ada jalan raya, harimau jawa sering lewat setiap malam.
Bahkan, katanya, ada puluhan ekor harimau jawa di Gunung Pegat, tetapi mereka tak pernah menyerang ternak warga dan hanya berburu hewan-hewan di hutan, contohnya kijang, kera, juga ikan di sungai. Ia menambahkan, harimau tak akan mengganggu jika manusia tak mulai mengganggu terlebih dahulu.
Dengan yakin, kepada Solopos.com, Suratno menyatakan bahwa harimau jawa belum punah dan kerap terlihat di area yang dinamakan Song Gogor, yang artinya "gua anak macan" atau "sarang macan".
Namun, pernyataan Suratno itu telah ditampik Suharman, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Tengah saat itu. Menurutnya, hewan yang disaksikan Surtano dan warga sekitar Gunung Pegat bukan harimau jawa, melainkan macan tutul jawa. Ia menegaskan bahwa harimau jawa sudah lama punah, seperti yang dinyatakan IUCN.
Berita Terkait
-
Bencana Tsunami Mengancam Wonogiri, Ini Sejumlah Pantai yang Terdampak
-
Waspada! Wonogiri Menjadi Daerah yang Berpotensi Terjadi Tsunami Setinggi 33,5 Meter
-
Buang Bayinya Sendiri, Siswi SMK di Wonogiri Resmi Jadi Tersangka, Ini Kronologinya!
-
Gara-gara Dilecehkan, Guru PNS di Wonogiri Tega Sodomi 6 Siswanya
-
Buntut Kebakaran Lapas Tangerang, Rutan Wonogiri Razia Kamar Warga Binaan
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Peringatan Keras BMKG: Jangan Dekati Pantai Selatan Jogja, Ombak Ganas 4 Meter Mengintai!
-
Waspada Bencana Hidrometeorologi! Cuaca Ekstrem Intai Yogyakarta Hingga November
-
Sleman Ukir Sejarah, Quattrick Juara Umum Porda DIY, Bonus Atlet Dipastikan Naik
-
WNA Yordania Jadi Tersangka di Yogyakarta: Izin Investasi Fiktif Terbongkar
-
Strategi Jitu Sekda DIY Atasi Kemiskinan: Libatkan Asisten Hingga Mandiri Fiskal