"Kalau koleksi ratusan ada selain patung. Ada juga koleksi alami seperti rumah dan sumur. Ada pula diorama, juga dokumen-dokumen. Hampir di atas 500 koleksi dengan berbagai macam bentuk," terangnya.
Terkait koleksi alami, lanjut Gatot, memang museum ini dibangun di tempat kelahiran Soeharto sendiri. Dulu tanah yang saat ini dimanfaatkan menjadi museum ini merupakan tanah milik sang Kakek Buyut Notosudiro.
Kemudian diturunkan kepada Atmosudiro atau dikenal juga sebagai ayah dari R.R. Sukirah yang merupakan ibu dari Soeharto. Maka dari itu, koleksi-koleksi alami yang ada di museum ini pun terasa begitu spesial sebab masih ada hingga saat ini.
Di tempat itu juga masih ada sumur yang disebutkan Gatot sudah ada sejak Soeharto lahir hingga saat ini. Bahkan sumur itu juga masih bisa dimanfaatkan sebab airnya yang jernih.
Baca Juga: Tidak Sepenuhnya Musnah, Ini Koleksi Patung-patung Soeharto di Monumen Jogja Kembali
"Itu selalu kami pelihara, biasanya sekarang digunakan untuk wudhu di mushola kami. Memang koleksi-koleksi itu jadi bagian dari sejarah. Seorang sosok anak desa, anak petani sederhana, berjuang hingga akhrinya ditugaskan memimpin negeri," paparnya.
Gatot menyampaikan ratusan koleksi yang ada di dalam musem itu bisa dilihat ketika memasuki ruangan di samping joglo itu. Pengunjung akan diajak seolah memasuki lorong waktu dengan instalasi film perjalanan Pak Harto.
Terdapat foto-foto hingga film pendek dari Soeharto yang bisa dilihat di dalamnya. Ada pula arsip lain yakni berbagai diorama dengan kisah perjalanan sejarah Soeharto sejak lahir hingga menghembuskan napas terakhirnya.
Banyak kisah dan peristiwa, kata Gatot, mulai dari karier militer, lalu naik hingga ke ranah politik hingga masuk ke era kepresidenan. Semuanya tersimpan rapi di dalam museum yang dimiliki keluarga Soeharto tersebut.
"Jadi seperti namanya memorial. Semacam memori sejarah perjalanan Pak Harto dari lahir, ketika beliau berjuang, memimpin sampai beliau meninggal. Kita menyampaikan berdasarkan data-data arsip nasional yang jelas," tuturnya.
Baca Juga: Sejarah Hari Kesaktian Pancasila
Gatot menyampaikan berdirinya museum Soeharto ini tidak lepas dari keteguhan Probosutedjo memegang filosofi jawa yakni mikul dhuwur mendhem jero. Atau dapat dimaknai dengan mengangkat kebaikan orang tinggi-tinggi dan menyembunyikan keburukan orang sedalam-dalamnya.
Berita Terkait
-
Unggah Foto Kenangan, Prabowo Video Call dengan Didiet dan Titiek di Ultahnya ke-66
-
Proyek Perikanan di Sabang Molor, Titik Soeharto: Jangan Dikorupsi, Segera Rampungkan!
-
Aksi Kamisan ke-857, Tolak Soeharto Diberikan Gelar Pahlawan Nasional
-
Sosok Titiek Soeharto: Kekayaan dan Gurita Bisnis Mantan Istri Presiden Prabowo
-
Beda Karier 8 Anak Presiden RI yang Hadiri Ultah Didit Hediprasetyo
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
-
Dari Batu Akik hingga Go Internasional: Kisah UMKM Perempuan Ini Dibantu BRI
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan