SuaraJogja.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebut fenomena La Nina pada akhir tahun ini hingga bahkan hingga awal tahun depan. Walaupun memang La Nina itu masih dalam kategori lemah.
"Pantauan kita untuk saat ini memang kondisi iklimnya netral. Namun sampai akhir tahun bahkan awal tahun depan nanti kemungkinan ada fenomena La Nina tapi masih kategori lemah," kata Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta, Reni Kraningtyas kepada awak media, Rabu (13/10/201).
Dijelaskan Reni, nantinya fenomena La Nina tersebut akan berdampak pada penambahan intensitas curah hujan. Padahal diperkirakan bahwa wilayah DIY sendiri sudah memasuki musim penghujan pada pertengahan hingga akhir Oktober ini.
Dengan puncak penghujan yang disebut pula akan terjadi pada awal tahun 2022 mendatang.
Baca Juga: Besok Wilayah DIY Bakal Alami Fenomena Hari Tanpa Bayangan, Catat Waktunya!
"Nah kalau penambahan intensitas curah hujan atau La Nina tersebut terjadi pada bulan-bulan puncak musim hujan di Januari-Februari artinya kan intensitas hujannya akan lebih daripada biasanya," tuturnya.
Sehingga, kata Reni, masyarakat diimbau agar terus selalu waspada terkait dengan cuaca ekstrem di wilayah DIY. Termasuk saat mulai memasuki awal musim hujan.
"Nah ini masyarakat juga harus ekstra waspada, memasuki awal musim hujan dan puncaknya di DIY," tegasnya.
Reni menuturkan bahwa cuaca ekstrem itu bahkan bisa juga mengakibatkan potensi munculnya hujan es. Disertai dengan hujan lebat serta angin kencang dan juga petir.
Walaupun hujan es itu tidak akan berdampak besar bagi masyarakat di wilayah DIY. Mengingat bahwa diameter dari kristal-kristal es itu masih kecil.
Baca Juga: Bisnis Jasa Perjalanan Wisata DIY Masih Loyo, Ketua Asita Beberkan Penyebabnya
"Ya memang bisa menyebabkan hujan es, tapi kristal-kristal es ini tidak sampai memecahkan kaca mobil, jendela. Di tempat kita selama ini belum sampai seperti itu karena diameternya masih kecil. Kecuali di wilayah barat, lintang sedang ke atas. Jadi hujan es itu bisa terjadi di sub tropis dan tropis," ujarnya.
Ditanya mengeni bibit siklon, diakui Reni sejauh ini memang sudah ada yang teramati. Namun tidak terlalu signifikan berdampak di wilayah DIY.
"Bibit siklon ada beberapa cuma belum terlalu signifikan berdampak di wilayah kita ya. Biasanya kalau pada musim penghujan ini Oktober sudah mulai muncul tapi mungkin masih di Selatan, di Australia. Mudah-mudahan jangan ya," tandasnya.
Berita Terkait
-
Profil Pendiri MR DIY yang Bakal IPO, Konglomerat Berharta Rp27 Triliun
-
Jelang Libur Nataru, BMKG Imbau Waspada Cuaca Ekstrem di Labuan Bajo
-
MR DIY Siap Lepas 2,5 Juta Saham dengan Rentang Harga Rp 1.650 Hingga Rp 1.870
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Viral Fenomena Alam bak 'Awan Kinton' Jatuh, Begini Penjelasan BMKG
Terpopuler
- Profil dan Agama Medina Dina, Akan Pindah Agama Demi Nikahi Gading Marteen?
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Baim Wong Terluka Hatinya, Olla Ramlan Maju Senggol Paula Verhoeven: Ego Laki Jangan Disentil Terus
- Rumah Baru Sarwendah Tersambar Petir
- Beda Kekayaan AKP Dadang Iskandar vs AKP Ryanto Ulil di Kasus Polisi Tembak Polisi
Pilihan
-
Tim Hukum Isran-Hadi Ungkap Bukti Dugaan Politik Uang oleh Anggota DPR RI Berinisial SS
-
Lihat Jaksa di Sidang Tom Lembong Cengar-cengir, Publik Malah Kesal: Nasib Orang Dianggap Bercandaan!
-
GERKATIN: Ruang Berkarya bagi Teman Tuli
-
5 Asteroid Paling Berbahaya Bagi Bumi, Paling Diwaspadai NASA
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
Terkini
-
Bawaslu Sleman Dalami Laporan Politik Uang di Seyegan, 3 Orang Dilaporkan
-
Pemkab Bantul Siapkan Data Anak Sekolah untuk Program Makan Bergizi
-
Ibunda Mary Jane Sambut Hangat Kabar Anaknya Segera Pulang
-
Mahasiswa UNY Berhasil Sulap Limbah Sampah Jadi Suplemen Tanaman
-
DMFI Bareng Shaggydog Serukan Larangan Peredaran Daging Anjing, Pemda DIY Siapkan Perda