Setelah vaksin, berikutnya yaitu meminta surat persetujuan dari orang tua bahwa anaknya diperbolehkan untuk mengikuti pelaksanaan PTM ini.
"Tanpa surat persetujuan orang tua, kami tidak berani mendatangkan anak-anak. Jadi seandainya ada anak-anak yang tidak disetujui orang tuanya, memang tidak perlu datang. Mereka tetap akan mengikuti PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh)," ungkapnya.
Namun dengan segala persyaratan serta prokes ketat yang selalu diterapkan sebagian besar orang tua telah memberikan izin itu.
"Jadi mereka (orang tua) sudah menyetujui semua. Meskipun ada satu anak yang belum memberikan suratnya karena anak itu baru akan vaksinasi kedua tanggal 26 Oktober besok. Jadi orang tuanya menunggu sampai anaknya selesai vaksinasi," ucapnya.
Baca Juga: Nekat Datang ke Solo, Ratusan Suporter PSS Sleman Diciduk Polisi, 150 Motor Dikandangkan
"Tetapi prinsipnya secara informal dulu sudah menyatakan menyetujui hanya surat itu yang belum disampaikan. Sehingga dengan dasar presentase jumlah yang vaksin kemudian berdasarkan surat persetujuan orang tua itulah kami melaksanakan PTM terbatas," sambungnya.
Kendati begitu, tak perlu khawatir. Sebab walaupun orang tua tidak menyetujui atau tidak memberi izin anaknya untuk tatap muka. Sekolah memastikan akan tetap melayani dengan sistem daring.
Ia tidak memungkiri bahwa akan diperlukan adaptasi kepada anak-anak ketika memulai kembali ke sekolah setelah sekian lama di rumah. Ada kebiasaan dan perilaku yang secara tidak langsung dibentuk ketika PTM dilaksanakan.
Ketika melaksanakan PJJ, sebagian besar anak-anak seolah merasa lebih seenaknya. Mereka, kata Hewi, cenderung tidak memperhatikan diri mereka saat mengikuti pembelajaran sistem daring.
"Ketika anak-anak itu daring barang kali sebagian besar merasa 'sak-sak e', mungkin ketika terlambat bangun terus tidak mandi, dan lain-lain justru langsung ikut pembelajaran itu bisa jadi karena tidak kelihatan," tuturnya.
Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka Sudah Dimulai, Orangtua Wajib Jaga Daya Tahan Tubuh Anak
Tetapi akan berbeda jika para siswa harus datang ke sekolah. Dari segi kedisiplinan pasti akan lebih baik. Selain itu ada kemauan untuk menjaga kesehatan diri sendiri. Dengan mandi dulu, sarapan dan sebagainya.
Berita Terkait
-
Pemda yang Ingin Mengajukan Pembuatan Sekolah Rakyat Harus Bisa Sediakan Lahan Minimal 5 Hektare
-
Sekolah adalah Hak Asasi, Namun Masih Menjadi Impian bagi Banyak Anak
-
Gaji Guru Sekolah Rakyat Bakal di Atas UMR? Gus Ipul: Saya Belum Berani Nyebut Angka, tapi...
-
Direkrut buat Ngajar Fulltime, Menteri Abdul Mu'ti Sebut Guru Sekolah Rakyat Bukan ASN
-
Rekrutmen Guru dan Murid Sekolah Rakyat Tetap Dilakukan Bulan April, Gus Ipul Ungkap Hal Ini
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
Pilihan
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Terkini
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa
-
Solusi Anti Pesing Malioboro, Wali Kota Jogja Cari Cara Antisipasi Terbaik
-
Praktisi UGM Rilis 2 E-Book Kehumasan: Solusi Jitu Hadapi Krisis Komunikasi di Era Digital