SuaraJogja.id - Gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia diprediksi terjadi pada Desember 2021 sampai Januari 2022. Sampai saat ini kasus Covid-19 berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 hingga Jumat (22/10/2021) pukul 12.00 WIB menunjukkan, ada penambahan 760 kasus baru.
Total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 4.238.594, terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
Pakar epidemiologi UGM dr Riris Andono Ahmad menyebutkan bahwa gelombang ketiga Covid-19 adalah sebuah keniscayaan. Namun, seperti apa kondisi gelombang ketiga itu tergantung dengan situasi dan kondisi.
“Kemungkinan adanya gelombang Covid-19 berikutnya adalah sebuah keniscayaan. Tinggal pertanyaanya itu kapan terjadi dan seberapa tinggi ini sangat tergantung dengan situasi yang berkembang di masyarakat,” ungkapnya pada Sabtu (23/10/2021).
Baca Juga: Ingatkan Pemerintah Buat Aturan, Golkar: Gelombang Ketiga Pasti Terjadi Kalau Tak Dicegah
Munculnya gelombang Covid-19 ketiga atau gelombang-gelombang berikutnya sangat tergantung pada masyarakat. Menurutnya, mobilitas, interaksi sosial, dan kepatuhan dalam implementasi 5M yakni menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas, serta memakai masker di masyarakat merupakan situasi bisa memicu gelombang Covid-19 ketiga nantinya.
Direktur Pusat Kajian Kedokteran Tropis UGM ini menyampaikan, virus corona masih terus ada dan tidak sedikit orang yang tidak memiliki kekebalan. Sementara, pada orang yang telah mendapatkan vaksin Covid-19, kekebalan yang didapat pun akan menurun seiring berjalannya waktu.
“Jadi tidak hanya satu kali gelombang tiga lalu berhenti. Tapi akan terjadi lagi selama virus masih ada dan bersirkulasi secara global,” katanya.
Ihwal vaksinasi, ujar dia, beberapa negara dengan cakupan vaksinasi realtif tinggi seperti Israel, Inggris, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa saat ini pun tengah berjuang kembali dengan Covid-19 akibat varian Delta. Dijelaskan Doni, panggilannya, saat ada varian Delta dengan tingkat penularan lebih tinggi membutuhkan cakupan imunitas yang lebih tinggi dalam populasi.
"Misalnya sebelum adanya varian Delta untuk mendapatkan kekebalan kelompok sekitar 70 persen populasi harus sudah divaksin," tuturnya.
Baca Juga: PHRI DIY Waspadai Pariwisata Jadi Faktor Gelombang Ketiga Covid-19
Namun, sejak adanya varian Delta, maka cakupan vaksinasi ditingkatkan menjadi 80 persen. Kondisi tersebut dengan anggapan bahwa vaksin yang diberikan memiliki efektvitas 100 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
Pilihan
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
Terkini
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta
-
Tendangan Maut Ibu Tiri: Balita di Sleman Alami Pembusukan Perut, Polisi Ungkap Motifnya yang Bikin Geram
-
Ribuan Umat Padati Gereja, Gegana DIY Turun Tangan Amankan Paskah di Jogja