SuaraJogja.id - AirNav Indonesia memastikan tidak ada penerbangan dari atau ke Indonesia yang terdampak akibat konflik India-Pakistan.
Apalagi kini ketegangan dua negara Asia Selatan mulai mereda sejak gencatan senjata pada 10 Mei 2025 lalu.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Operasi AirNav Indonesia, Setio Anggoro.
Di bilang meski sempat memicu kekhawatiran soal keamanan wilayah udara, Indonesia dipastikan tidak terdampak langsung dari konflik itu.
Setio memastikan bahwa sejak konflik memanas hingga saat ini, belum ada peringatan spesifik dari International Civil Aviation Organization/Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) terkait kawasan udara yang terdampak langsung akibat konflik India-Pakistan.
"Dari ICAO biasanya kalau ada ruang udara yang bisa dibilang perlu di-warning, mereka akan melakukan warning. Dan ini sepertinya belum ada warning secara spesifik untuk kawasan tersebut," kata Setio saat ditemui wartawan, Senin (2/6/2025).
"Artinya dalam hal India-Pakistan belum ada penerbangan yang mendadak reroute atau mendadak divert," imbuhnya.
Hal tersebut sejalan dengan informasi notice to airmen (notam) oleh AirNav Indonesia.
Informasi tersebut menjadi acuan penting bagi maskapai penerbangan serta lembaga navigasi dalam bertindak.
Baca Juga: Perang Sarung Berubah jadi Perampasan Motor, Polisi Tangkap Satu Pelaku di Sleman
Namun memang ICAO hingga kini belum menerbitkan peringatan khusus. Terkait dengan ruang udara yang dianggap tidak aman akibat konflik dua negara itu.
Disampaikan Setio, sesuai ketentuan yang ada, jika terdapat wilayah udara yang hendak digunakan untuk aktivitas militer atau keamanan, pemberitahuan diberikan minimal tujuh hari sebelumnya.
"Jadi masih dalam protokol yang ditapkan oleh ICAO. Jadi kalau di penerbangan, apabila ada ruang udara yang ingin di-reserve, itu ada waktu 7 hari sebelum aktif," terangnya.
"Dan selama ini apa yang dilakukan oleh negara-negara anggota ICAO termasuk India-Pakistan itu masih dalam koridor tersebut," tambahnya.
Secara umum, Setio bilang konflik dua negara memang berpotensi memengaruhi kapasitas ruang terbang.
Terutama jika sebagian ruang udara disisihkan atau diblok untuk kepentingan militer.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
Buntut Keracunan Siswa, Pemkab Bantul Panggil Seluruh SPPG Cegah Insiden Serupa
-
Cuaca Ekstrem Ancam DIY: Dua Kabupaten Tetapkan Status Siaga
-
Di Samping Sang Ayah: Posisi Makam Raja PB XIII Terungkap, Simbol Keabadian Dinasti Mataram?
-
Jalur yang Dilewati Iring-iringan Jenazah PB XIII di Yogyakarta, Polda DIY Siapkan Pengamanan Ekstra
-
Tragedi Prambanan: Kereta Bangunkarta Tabrak Kendaraan, Palang Pintu Tak Berfungsi?