SuaraJogja.id - Popularitas pacuan kuda di Indonesia saat ini melonjak tajam. Bahkan membuat pasokan kuda pacu berkualitas semakin langka dan harga melonjak hingga miliaran rupiah.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP Pordasi), Aryo Djojohadikusumo, mengungkapkan, salah satu faktor utama di balik fenomena ini adalah besarnya pengaruh Presiden Prabowo Subianto yang dikenal sebagai pecinta kuda.
"Besar sekali perkembangan pacuan kuda ini. Kita bisa lihat sendiri, dari tahun ke tahun penontonnya meningkat tajam. Kita punya presiden yang memang hobi kuda, ini menjadi daya tarik luar biasa. Potensinya jujur saya tidak tahu ujungnya di mana, karena di Jawa saja sudah seramai ini, apalagi di luar Jawa," papar Aryo disela Indonesia's Horse Racing 2025 di Yogyakarta, Minggu (27/7/2025).
Aryo mengakui popularitas pacuan kuda membuat pasokan kuda pacu semakin terbatas. Bahkan harganya meningkat cukup fantastis.
Kuda muda yang sudah juara rata-rata harganya di atas Rp500 juta. Sedangkan kuda yang pernah juara bisa terjual lebih dari Rp1 miliar tahun ini.
"Saking populernya, mau beli kuda pacu sekarang susah sekali. Di Sulawesi Utara, saya pernah mau beli kuda, tapi sudah tidak ada stok. Di Pulau Jawa pun sama, hadiahnya naik, harga kuda pun ikut melesat," ungkapnya.
Popularitas pacuan kuda juga meningkat di media sosial (medsos). Dicontohkan keponakan Prabowo tersebut, pada awalnya jumlah penonton live streaming pacuan kuda di YouTube hanya 1.500 atau 2.000 orang.
Namun sekarang sudah 8.000 orang yang nonton secara langsung dalam satu kali pertandingan. Bahkan total penonton pacuan kuda juga naik dari 50 ribu menjadi 110 ribu penonton.
"Bahkan di TikTok, videonya sudah mencapai satu setengah juta views[sekali tonton], totalnya mungkin 7 sampai 8 juta views,” jelasnya.
Baca Juga: IHR-Indonesia Derby 2025: Saatnya Indonesia Ukir Rekor Triple Crown Baru
Arya menambahkan, meski acara-acara pacuan kuda baru digelar di Pulau Jawa, antusiasme di luar Jawa jauh lebih tinggi.
Di Aceh misalnya, dalam Pekan Olahraga Nasional tahun lalu di Tagengon, pacuan kuda jadi nomor pertandingan dengan penonton terbanyak, sampai 120.000 orang.
Begitu pula di Sumbawa juga terkenal dengan tradisi pacuan kuda. Dalam seminggu bisa ada 600 ekor kuda berpacu, dengan joki cilik berusia 10 atau 11 tahun.
"Ini membuktikan pacuan kuda bisa mengalahkan sepak bola. Kalau di sepak bola ada naturalisasi pemain, di pacuan kuda, kudanya yang dinaturalisasi, tapi joki kita tetap warga negara asli Indonesia," ujarnya.
Di Yogyakarta sendiri, lanjut Aryo, kejuaraan pacuan kuda juga jadi magnet.
Dalam Indonesia's Horse Racing 2025 yang menentukan gelar Triple Crown Indonesia kali ini dimenangkan kuda bernama King Argentine.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
Terkini
-
Liburan Akhir Tahun di Jogja? Ini 5 Surga Mie Ayam yang Wajib Masuk Daftar Kulineranmu!
-
Jelang Libur Nataru, Pemkab Sleman Pastikan Stok dan Harga Pangan Masih Terkendali
-
Waduh! Ratusan Kilometer Jalan di Sleman Masih Rusak Ringan hingga Berat
-
Dishub Sleman Sikat Jip Wisata Merapi: 21 Armada Dilarang Angkut Turis Sebelum Diperbaiki
-
Datang ke RS Langsung Terjamin: Pekerja Kini Tak Perlu Khawatir Jika Alami Kecelakaan Kerja