SuaraJogja.id - Susi Pudjiastuti kembali teriak soal harga PCR yang terlampau mahal. Ia meminta Ketua DPR RI, Puan Maharani untuk turut menyuarakan keluhan masyarakat tersebut.
Sosok mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyoroti soal kewajiban tes PCR untuk moda transportasi udara. Ia meminta agar tes tersebut dikaji ulang terutama perihal harga yang dianggap terlampau mahal.
Ia meminta agar Ketua DPR RI Puan Maharani yang sebelumnya juga menyoroti perihal tes PCR tersebut untuk terus bersuara mewakili keluhan masyarakat.
"Ayo Mbak Puan..wakili kami masyarakat kalaupun harus PCR harganya yang benar...please..please untuk penerbangan cukup antigen cukup," tulisnya disertai emoticon tangan tertelungkup.
Baca Juga: Puan Maharani: Santri Harus Jadi Pelopor Penanggulangan Covid-19
Sebelumnya Susi Pudjiastuti juga sempat mencolek Puan Maharani mengenai harga PCR tersebut. Hal itu dikicaukan lewat Twitternya menanggapi pernyataan senada putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tersebut.
"Betul mbak Puan..Ayo teriakin yang kenceng..harusnya PCR tidak boleh lebih dari Rp275.000," tulisnya.
Puan sendiri dalam kesempatan lain mengungkapkan banyak dari masyarakat yang mengeluh soal aturan hasil negatif PCR sebagai syarat terbang. Aturan baru tersebut dianggap telah menghilangkan antigen yang sebelumnya diizinkan sebagai syarat terbang.
"Masyarakat mempertanyakan kenapa dalam kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia yang semakin membaik, tapi justru tes perjalanan semakin ketat,” kata Puan, Kamis (21/10/2021).
"Kenapa dulu ketika Covid-19 belum selandai sekarang, justru tes antigen dibolehkan sebagai syarat penerbangan. Kalau sekarang harus PCR karena hati-hati, apakah berarti waktu antigen dibolehkan, kita sedang tidak atau kurang hati-hati?" tanya Puan.
Baca Juga: Pesan Ketua DPR Puan Maharani Di Hari Santri
Puan mengatakan pemerintah harus menjawab secara transparan dan terang atas pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat.
Ia berpendapat tes PCR seharusnya digunakan hanya untuk pemeriksaan bagi orang yang menjadi suspect, bukan syarat perjalanan. Terlebih fasilitas kesehatan di Indonesia belum merata dan akan semakin menyulitkan masyarakat yang hendak bepergian dengan transportasi udara.
"Masyarakat juga bertanya-tanya mengapa PCR dijadikan metode screening, padahal PCR ini alat untuk diagnosa Covid-19. Dan perlu diingat, tidak semua daerah seperti di Jakarta atau kota-kota besar yang tes PCR bisa cepat keluar hasilnya," ujar Puan.
"Di daerah belum tentu hasil tes PCR bisa selesai dalam 7x24 jam, maka kurang tepat ketika aturan tes PCR bagi perjalananan udara berlaku untuk 2x24 jam," tandasnya.
Berita Terkait
-
Pertemuan Prabowo-Mega Jilid 2 Terungkap? Ahmad Muzani Sebut Ada Hari Baik
-
Harga Kelapa Bulat Mahal, Mendag: Banyak yang Ekspor!
-
Diambil Alih Dasco, Puan Maharani Disebut Absen saat Pembukaan Masa Sidang di DPR, Kenapa?
-
DPR Kembali Buka Masa Sidang Meski Puan Absen, Rapat Paripurna Hanya Dihadiri 292 Anggota
-
5 Tempat Wisata Eksotis di Pangandaran, Eks Menteri Susi Singgung Harta Tiket Masuk
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Kabar Duka, Hotma Sitompul Meninggal Dunia
- HP Murah Oppo A5i Lolos Sertifikasi di Indonesia, Ini Bocoran Fiturnya
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
-
Dari Batu Akik hingga Go Internasional: Kisah UMKM Perempuan Ini Dibantu BRI
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan