SuaraJogja.id - Meski Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai diberlakukan terbatas selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sudah berjalan hampir dua tahun selama pandemi COVID-19 nampaknya sudah berdampak buruk pada pembelajaran Matematika di sekolah-sekolah, termasuk di DIY.
Tidak adanya interaksi dengan siswa secara langsung membuat 80,7 persen para guru Matematika lebih banyak memberikan latihan soal alih-alih pengetahuan. Akibatnya terjadi learning loss atau hilangnya ketrampilan dan pengetahuan siswa pada matapelajaran tersebut saat ini.
"Siswa tidak mendapatkan kompetensi [matematika] seperti yang diharapkan karena siswa hanya mengerjakan soal," ungkap Koordinator Pokja Peningkatan Kompetensi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Matematika, Puji Iryanti di P4TK Matematika, Senin (25/10/2021).
Menurut Puji, bila Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tersebut terus dilakukan, maka dikhawatirkan siswa tidak akan menguasai konsep dari pembelajaran Matematika. Mereka harus kerja keras mengejar ketertinggalan learing loss karena pembelajaran Matematika tidak berjalan maksimal.
Baca Juga: Hindari Simpul Pemeriksaan Vaksinasi, Bus Pariwisata Kucing-kucingan Masuk ke DIY
Karenanya konsep latihan soal tanpa pengetahuan konsep pembelajaran yang nyata harus dikaji secepatnya. Karena bila mengandalkan latihan soal, siswa bisa dengan mudah mencari jawabannya di Google.
"Daripada anak-anak diberi latihan soal, mereka lebih baik diberikan pembelajaran project based learning. Dengan pendekatan pengajaran yang dibangun dengan kegiatan dan tugas nyata ini mereka bisa belajar tentang konsep matematika secara kontekstual sehari-hari," ungkapnya.
Sementara plt Kepala P4TK Matematika, Hari Suryanto mengungkapkan saat ini literasi Matematika para siswa juga masih cukup rendah. Padahal Matematika banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
"Karena penyampaian pembelajaran matematika tidak sesuai konteks maka ketrampilan berpikir siswa pun tidak dimiliki dan literasinya pun jadi rendah," ujarnya.
Selain konsep pembelajaran yang salah kaprah, heterogenitas geografis dan sosial ekonomi pun membuat literasi Matematika siswa juga tidak merata. Kondisi ini jauh berbedar dari negara-negara lain yang lebih homogen.
Baca Juga: Wisata di DIY Tetap Boleh Buka Tanpa CHSE Pasca Penurunan Level PPKM
"Karenanya berbagai upaya terus dilakukan melalui diklat pembelajaran project based learning. Salah satunya dengan seminar internasional pengajaran dan pembelajaran matematika ISMatel," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Pantau Hasil Real Count Pilkada DIY di Link Resmi Ini!
-
Cara Cek Real Count Pilkada DIY, Lihat Langsung Dokumen C Hasil di 5 Link Ini!
-
Profil Pendiri MR DIY yang Bakal IPO, Konglomerat Berharta Rp27 Triliun
-
MR DIY Siap Lepas 2,5 Juta Saham dengan Rentang Harga Rp 1.650 Hingga Rp 1.870
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Review Hidup Peternak Lele: Game Simulasi Bagaimana Rasanya Jadi Juragan Ikan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
Terkini
-
Sirekap di Jogja Sempat Bermasalah, Petugas Tak Bisa Unggah Data TPS
-
KDRT Tinggi di Gamping, Pemkab Sleman Luncurkan Layanan Konseling Keliling
-
Korban Laka Tunggal di DAM Cangkring Bertambah, Ini Identitasnya
-
Turun Dibanding 2020 hingga 10 Persen, KPU Ungkap Alasan Partisipasi Pemilu Berkurang
-
Miris, Pelajar Kelas 10 Sebuah SMK di Gunungkidul Dicabuli Ayah Tirinya Berulang Kali