Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Rabu, 03 November 2021 | 07:36 WIB
Peristiwa Bandung Lautan Api (ist)

SuaraJogja.id - Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan salah satu momen heroik setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Ultimatum Inggris agar Kota Bandung dikosongkan dituruti, namun dengan turut membakar seluruh bangunan agar tak dimanfaatkan tentara sekutu sebagai markas.

Tentara sekutu datang ke Indonesia, tepatnya Jakarta, pada 15 September 1945. Mereka datang setelah Jepang menyerah tanpa syarat karena kalah dalam perang dunia, terutama setelah peristiwa jatuhnya bom atom oleh pasukan udara Amerika, di Kota Hiroshima dan Nagasaki.

Setelah tiba di Jakarta, para tentara ini dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru Tanah Air. Tak terkecuali wilayah Bandung yang strategis untuk menguasai Jawa Barat.

Dalam buku Ringkasan Pengetahuan Sosial terbitan Grasindo, Pasukan Brigade MacDonald tiba di Bandung pada 12 Oktober 1945. Mereka mulai menguasai beberapa gedung serta membebaskan tahanan perang dari tentara Belanda yang sebelumnya diamankan Jepang.

Baca Juga: Sejarah Pertempuran Surabaya, Perobekan Bendera Belanda hingga Tewasnya AWS Mallaby

Ultimatum Pengosongan Bandung Utara

Tentara Sekutu yang mulai kuat, baik dari segi pasukan maupun persenjataan, mulai bergerak. Mereka mengeluarkan ultimatum agar Bandung bagian utara dikosongkan selambat-lambatnya 29 November 1945.

Sekutu meminta pengosongan turut disertai dengan penyerahan senjata hasil rampasan dari Jepang. Ultimatum ini tak digubris rakyat dan para Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Akhirnya meletuslah kontak senjata dengan Sekutu. Sekutu yang menang persenjataan akhirnya bisa menguasai Bandung bagian utara. Sementara TKR menguasai Bandung bagian selatan.

Ultimatum Pengosongan Bandung Selatan

Baca Juga: Makna Lambang Pancasila, Lengkap dari Sila 1 sampai 5

Kemudian, keluarlah ultimatum kedua agar Bandung bagian selatan juga dikosongkan. Ultimatum itu keluar tanggal 23 Maret 1946. Ultimatum itu disetujui TKR, yang telah berubah nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Hal itu turut disetujui pula para tokoh pejuang, seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma dan Kolonel Abdul Harris Nasution. Persetujuan ini mempertimbangkan situasi politik dan keselamatan rakyat, sesuai perintah dari pemerintah Republik Indonesia.

Gelombang warga Bandung meninggalkan kota pun terjadi pada hari itu juga. Namun, strategi sudah ditentukan agar Bandung tak dimanfaatkan oleh sekutu, terutama sebagai basis militer. TRI bersama rakyat membakar semua bangunan yang ada di Bandung bagian selatan.

Dalam tujuh jam, Bandung berkobar. Asap hitam membumbung tinggi di langit. Deretan bangunan yang awalnya ingin dimanfaatkan tentara Sekutu, pada akhirnya tak bisa digunakan, karena sudah hangus terbakar. Perlawanan dari TRI dan rakyat kemudian dilakukan dengan cara gerilya dari luar Bandung.

Dalam aksi pembakaran 23 Maret 1946, salah satu tokoh, Mohammad Toha, meninggal dunia bersama rekannya. Mohammad Toha ikut terbakar ketika menghancurkan gudang amunisi milik tentara Sekutu menggunakan dinamit.

Istilah Bandung Lautan Api kemudian semakin populer karena menjadi judul dari berita terbitan harian Suara Merdeka, yang ditulis wartawan bernama Atje Bastaman. Atje melihat sendiri Bandung menjadi lautan api dari Gunung Leutik, Garut.

Kontributor : Lukman Hakim

Load More