SuaraJogja.id - Sebanyak 29 pos pantau kebencanaan di Kabupaten Bantul diaktifkan menyusul adanya cuaca ekstrem pada periode 31 Oktober hingga 6 November 2021. Cuaca ekstrem yang akan terjadi yakni curah hujan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilatan petir dan angin kencang.
Pengaktifan 29 pos pantau tersebut sesuai Keputusan Bupati Bantul Nomor 353 tahun 2021 tentang Status Siaga Darurat Bencana Banjir, Tanah Longsor, dan Angin Kencang.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul Irawan Kurnianto mengatakan, keputusan yang di aturan bupati itu mulai efektif sejak 10 September 2021 sampai 10 Desember 2021. Pihaknya selalu memperbarui informasi tentang perubahan cuaca.
"Acuan kami adalah informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait dengan fenomena perubahan cuaca saat ini," kata Irawan, Rabu (3/11/2021).
Ia menyebutkan bahwa musim hujan terjadi pada dasarian ketiga bulan Oktober. Guna mengantisipasi efek bencana hidrometeorologi, BPBD Bantul berkoordinasi dengan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) yang ada di setiap kalurahan serta potensi relawan.
"Pos-pos tersebar hampir di tiap kapanewon. Kami pilih kalurahan yang rawan bencana hidrometeorologi. Terutama di lereng pegunungan dan berada di tepi sungai besar,” ujar dia.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menuturkan, perubahan cuaca ini dikhawatirkan akan menyebabkan bencana alam seperti tanah longsor, banjir, maupun talut ambrol. Karena itu, dia meminta seluruh FPRB yang ada di setiap kalurahan.
"Saya minta kepada semua FPRB agar siaga untuk memantau titik-titik yang selama ini rawan longsor atau banjir. Masyarakat di sekitar lokasi itu juga harus waspada," katanya.
Selain itu, lurah-lurah juga perlu menyiapkan skenario evakuasi apabila terjadi bencana alam. Harapannya, sudah ada tempat yang disiapkan untuk menampung warga yang dievakuasi.
Baca Juga: Tren Kasus Menurun, Jumlah Pasien Covid-19 Sembuh di Bantul Tambah 14 Orang
"Lurah mulai sekarang sudah harus menyiapkan di mana tempat evakuasi yang bisa menampung warganya di titik-titik rawan bencana," tuturnya.
Ia menyebut, dampak bencana alam seperti yang menyebabkan talut sungai Gajah Wong longsor di Bodon, Kalurahan Jagalan, Kapanewon Banguntapan pada Senin (1/11/2021) lalu. Longsor terjadi karena tekanan air yang mendesak talut sehingga dan akibatnya merusak akses jalan warga dan membahayakan lalu lintas warga sekitar.
"Dengan peninjauan bersama BPBD, Dinas Pekerjaan Umum serta perangkat Kapanewon kita bersama-sama mencoba mencari solusi agar segera dapat ditangani dan kalau tidak segera ditangani ini darurat serta membahayakan warga sekitar," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- Baru 2 Bulan Nikah, Clara Shinta Menyerah Pertahankan Rumah Tangga
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Nataru Jadi Target: Pedagang Pasar Godean Nekat Pindah Meski Atap Bocor, Ini Alasannya
-
Sempat Dilema, Pemda DIY Gaspol Rencana PSEL untuk Kelola Sampah 1.000 Ton per Hari
-
Kasus Perusakan Polda DIY: Mahasiswa UNY Ditahan, Restorative Justice Jadi Solusi?
-
Rahasia DANA Kaget di Sini, Klik Linknya, Dapatkan Saldo Gratis Sekarang
-
Nermin Haljeta Menggila, PSIM Hancurkan Dewa United di Kandang Sendiri