Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Sabtu, 06 November 2021 | 17:35 WIB
Ilustrasi flu burung. (Shutterstocks)

SuaraJogja.id - Negara Tiongkok belum lama ini melaporkan adanya temuan 21 kasus flu burung atau Avian Influenza (AI) pada manusia. Temuan tersebut disampaikan oleh otoritas kesehatan Tiongkok yang mana enam orang meninggal dunia dan beberapa orang lainnya masih kritis. 

Beberapa ahli di sana menduga penularan ini dipicu oleh kemunculan varian baru virus flu burung dengan tipe H5N6. Lantas timbul kekhawatiran soal kemungkinan virus flu burung menjadi sumber wabah baru layaknya Covid-19. 

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM Profesor R. Wasito, kemungkinan terjadinya penularan virus flu burung ke manusia sangat kecil peluangnya. Sebab, virus ini tidak dapat ditularkan langsung dari unggas ke manusia tetapi harus melalui hewan perantara. Selain itu, virus ini tidak dapat ditularkan dari manusia ke manusia. 

“Virus flu burung tidak dapat ditularkan langsung dari unggas ke manusia. Harus ada hewan perantara, terutama babi," jelas dia, Sabtu (6/11/2021). 

Baca Juga: Permainan Ideal untuk Anak Menurut Psikologi UGM

Lebih lanjut ia mengatakan, virus ini juga tidak dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Dengan tingkat kemampuan penularannya antar manusia tersebut, penyakit flu burung tidak memiliki ancaman serius. Meski begitu, tingkat virulensi virus ini pada hewan unggas berbeda-beda tergantung dengan tingkat variannya. 

“Virulensi AIV dapat berbeda-beda tergantung antigenisitasnya,” kata pakar penyakit flu burung itu.

Menurut Wasito, virus ini juga mudah mati terkena panas. Untuk menekan tingkat penyebaran flu burung agar tidak terinfeksi ke manusia lewat hewan perantara dengan cara menekan jumlah unggas yang tertular atau mengisolasi mereka yang terpapar.

Menyoal flu burung yang dapat menyebabkan kematian pada manusia memang kemungkinan besar bisa. Namun, hal itu perlu dilakukan pemeriksaan dan penelitian lebih lanjut dengan menentukan hasil biotipe baru AI yang terbentuk akibat faktor sifat pergeseran genetik dari virus tersebut. 

“Dapat (menyebabkan kematian), ditentukan hasil biotipe baru AI yang terbentuk akibat faktor sifat genetic shift atau genetic reassortment AI,” ungkapnya. 

Baca Juga: Banjir Kota Batu, Pakar UGM: Ada Gangguan Ekosistem

Dari penelitian yang dia lakukan, flu burung juga dapat menular dari udara. Namun, virus tersebut mati bila terkena panas. 

Meski flu burung saat ini tidak menjadi wabah baru, pemerintah perlu mengadakan alat deteksi flu burung untuk manusia untuk melakukan mitigasi. Selama ini untuk deteksi flu burung pada hewan unggas, ia menggunakan deteksi melalui PCR yang ke semua menggunakan bahan impor.

“Pada riset saya, semua kit import,” imbuhnya. 

Load More