Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Jum'at, 12 November 2021 | 12:20 WIB
Pentas wayang Babad Diponegoro ”Tumusing Jangka" dalam peringatan 236 Tahun Lahirnya Pangeran Diponegoro di nDalem Yudonegaran, Kamis (11/11/2021) malam. - (Kontributor SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Siapa tak kenal Pangeran Diponegoro. Pahlawan nasional ini ternyata tak hanya memiliki peran besar dalam memimpin perang Jawa pada 1825 hingga 1830 melawan kolonial Belanda.

Pangeran yang lahir 11 November 1785 dan berusia 236 tahun juga mempunyai peran luar biasa bagi kebangkrutan VOC. Dalam perang yang telah merenggut 200.000 jiwa rakyat Jawa, 8.000 tentara Belanda dari Eropa dan 7.000 serdadu Londo Ireng (pribumi yang berpihak kepada Belanda-red) ini juga berdampak pada kemerdekaan Belgia.

"Belgia kan merupakan negara jajahan Belanda. Namun berkat perang diponegoro selama lima tahun itu, Belanda akhirnya bangkrut dan Belgia akhirnya bisa merdeka," ungkap Ketua Umum Perkumpulan Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi), Rahadi Saptata Abra disela pentas wayang Babad Diponegoro dan peringatan Milad 236 Tahun Pangeran Diponegoro di nDalem Yudonegaran, Kamis (11/11/2021) malam.

Sejarah yang rencananya akan dibuat filmnya di platform Netflix ini, menurut keturunan keenam Pangeran Diponegoro tersebut, juga menyisakan banyak cerita yang tak banyak orang tahu. Kerugian Pemerintah Kolonial Hindia Belanda akibat melawan pasukan Pangeran Diponegoro mencapai 20 juta Gulden lebih, angka yang luar biasa besar pada masa itu.

Baca Juga: Biografi dan Karya Usmar Ismail, Sosok Sineas Bergelar Pahlawan Nasional

Karenanya cerita perlawanan yang kemudian ditulis Pangeran Diponegoro dalam bentuk tembang dengan tulisan Arab Egon saat dia diasingkan di Manado, Sulawesi Utara sebelum wafat pada 8 Januari 1855 perlu terus dilestarikan dan digaungkan kepada generasi milenial ini. Diantaranya melalui pentas wayang yang menceritakan berbagai cerita babad Diponegoro, termasuk cikal bakal perpecahan kerajaan Mataram Jawa yang kemudian menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta usai Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.

Dipilihnya pentas wayang yang sejak beberapa tahun didalangi Ki Catur Benyek Kuncoro, adik dari Ki Seno Nugroho untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran luhur Pangeran Diponegoro pun bukan tanpa alasan. Pada tahun ini misalnya, mengambil judul "Tumusing Jangka", pentas wayang menceritakan masa kecil Diponegoro yang bernama RM Mustahar bersama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hageng/GKR Tegalrejo, permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I bersama yang merupakan nenek cicit Diponegoro.

Saat sowan ke Sri Sultan HB I, Sri Sultan yang melihat mata Diponegoro menyampaikan anak kecil tersebut akan mengobarkan perlawanan terhadap Belanda hingga menimbulkan kerugian yang lebih dahsyat dibanding dengan dirinya saat melawan VOC.

"Sri sultan [hb 1] meminta kepada GKR Hageng agar mendidik dan membesarkan RM Mustahar dengan baik. Selang beberapa waktu kemudian, ucapan Sri Sultan HB I terbukti. Perang jawa yang dikobarkan diponegoro berdampak luar biasa, tidak hanya untuk Jawa namun juga negara-negara lain. Cerita-cerita ini yang ingin tetap kami perdengarkan pada generasi muda indonesia," ungkapnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Baca Juga: 4 Nama Pahlawan Nasional Baru Indonesia

Load More