Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 14 November 2021 | 07:05 WIB
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelora, Fahri Hamzah (Suara.com/Bagaskara)

SuaraJogja.id - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah kembali "nyinyir". Kali ini Fahri mengomentari maraknya politisi yang mencari dukungan massa dengan memasang baliho besar dan terjun ke bawah seperti Puan Maharani yang menanam padi sembari hujan-hujanan.

Mantan elite PKS tersebut menyebut, aksi-aksi para politisi tersebut sepatutnya tak dilakukan demi mendulang suara pada eskalasi politik 2024 mendatang. Sebab mereka hanya menjual tampang dan pencitraan tanpa melakukan aksi nyata.

"Sekarang ini kita perlu memperbaiki cita rasa kita tentang pemimpin. Jangan kita terima begitu saja, rakyatkan harusnya disuguhkan pertunjukan yang asyik, terutama pertarungan ide-ide. Tapi kita nggak tahu [sekarang ini] malah pertarungan tampang, banyak-banyakan spanduk, banyak-banyakan foto dan gimmick, itu kan ya," ungkap Fahri disela kunjungan rombongan Partai Gelora di Yogyakarta, Sabtu (13/11/2021) malam.

Menurut Fahri, alih-alih jual tampang, yang diperlukan masyarakat Indonesia pada 2024 mendatang adalah pertarungan ide. Pertarungan tersebut sangat dibutuhkan untuk membangun bangsa.

Baca Juga: Fahri Hamzah Cerita Jokowi Tanya Kenapa Oposisi Lemah, PKS Beri Respons

Namun dengan munculnya aksi gimmick dan pencitraan diri melalui baliho yang besar, Indonesia seperti kehabisan pemimpin. Mereka hanya bertarung demi follower, subcriber dan tidak memfasilitasi permasalahan rakyat dalam satu perdebatan ide yang serius

"Ini nggak, [yang ditonjolkan] tampang, tampang. Politik kita masih artificial. Tampang doank ngabis-abisin duit. Jeleknya dua tahun lagi kita dipaksa milih hanya dua orang, padahal menurut konstitusi, harus ada dua putaran dan di putaran kedua itu, kita dengar suara dari daerah. Kita harus bikin ini menarik untuk rakyat," tandasnya.

Sementara Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta, Indonesia tengah menghadapi krisis yang berlarut dan sistemik. Akan banyak individu yang bangkrut dan miskin.

"Angka kemiskinan negara ini naik lagi 10,55 persen. Jumlah orang miskin kita paling banyak di jawa timur, jawa tengah dan jawa barat. Tempat orang miskin paling banyak ada di pulau jawa," ungkapnya.

Karenanya Indonesia tidak boleh lagi main-main dengan masa depan bangsa. Alih-alih jual tampang, kampanye literasi diperlukan menjelang 2024 nanti kepada rakyat.

Baca Juga: Pilpres, Fahri Hamzah: Terlalu Banyak Insidentil, Terlalu Banyak Misteri Gitu Loh

"Kita perlu menjelaskan apa yang menjadi masalah kita sekarang, lalu kita bicarakan peta jalan baru. Tidak hanya concern nama-nama capres karena itu permainan yang menyimpang dari yang seharusnya," tandasnya.

Anis menambahkan, orientasi menciptakan perubahan perlu dilakukan melalui kampanye literasi. Sehingga tidak hanya aksi jual tampang atau perbincangan nama-nama capres belaka yang mengemuka.

Indonesia, lanjut Anies seharusnya bisa menjadi kekuatan 5 besar dunia. Diantaranya melalui pengembangan ekonomi kreatif dan kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi nasional.

Untuk menjadikan Indonesia menjadi kekuatan 5 besar dunia bisa dicapai dengan kekuatan ekonomi yang kuat. Ekonomi kreatif bisa menjadi alternatif pengembangan perekonomian Indonesia yang lebih berpotensi sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi nasional.

"Indonesia punya potensi yang besar untuk pengembangan industri kreatif dan digital, dan Jogja sebagai salah satu kota pendidikan dan budaya, harus bisa menjadi lokomotif industri kreatif dan digital," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More