SuaraJogja.id - Pakar Vulkanologi UGM Dr Wahyudi mengungkapkan terdapat peningkatan intensitas kegempaan yang terjadi di Gunung Semeru sebelum terjadi erupsi pada Sabtu (4/12/2021) kemarin.
Jika sebelumnya tidak terdeteksi, kata Wahyudi, gunung api yang berada di Lumajang, Jawa Timur itu menunjukkan kenaikan aktivitas tercatat pada 90 hari sebelum erupsi terjadi.
"Jadi berdasarkan data yang ada sejak 90 hari terakhir itu ada peningkatan kegempaan. Jadi rata-rata di atas 50 kali perhari dalam 90 hari terakhir bahkan ada yang sampai mencapai 100 kali perhari," kata Wahyudi kepada awak media di Auditorium FMIPA UGM, Senin (6/12/2021).
Aktivitas kegempaan yang meningkat itu, disampaikan Wahyudi sebenarnya sudah bisa ditandai sebagai prekursor atau gejala sebelum erupsi benar-benar terjadi. Sehingga dapat dilakukan upaya mitigasi yang lebih maksimal.
Baca Juga: Pakar UGM Ingatkan Bahaya Banjir Bandang Pasca Erupsi Gunung Semeru
"Ini (peningkatan aktivitas kegempaan) sebenarnya sudah bisa menjadi tanda-tanda atau sebagai prekursor kalau akan terjadinya erupsi yang lebih besar," ungkapnya.
Wahyudi menyebut bahwa Gunung Semeru sendiri sudah menyandang status level 2 atau Waspada sejak tahun 2012 lalu. Namun memang kemudian gunung tersebut sempat tidak menunjukkan aktivitas yang signifikan beberapa waktu.
Hingga pada bulan September 2020 lalu Gunung Semeru kembali menunjukkan kenaikan aktivitas lagi. Saat itu aktivitas ditandao dengan munculnya asap di puncak kawah yang mengepul berwarna putih dan abu-abu setinggi 200-700 meter.
"Kalau dilihat sejak 2012 lalu sampai 2020, kurang lebih selama 8 tahun tersebut menjadi suatu massa yang cukup lama untuk gunung api aktif untuk beristirahat," ucapnya.
Pasalnya, lanjut Wahyudi, jika gunung api aktif tapi justru tidak menunjukkan aktivitasnya maka harus diperhatikan lebih lagi. Ia menyebut bahwa fase istirahat tersebut sebagai fase untuk mengumpulkan energi.
Baca Juga: Pakar Vulkanologi UGM Ungkap Penyebab Erupsi Gunung Semeru, Akibat Curah Hujan Tinggi
"Jadi selama 8 tahun kurang lebih sebenarnya suatu masa yang cukup lama bagi gunung api yang aktif untuk beristirahat. Ini yang harus diwaspadai, kalau tidak aktif justru mengumpulkan tenaga. Seperti (Gunung) Merapi itu meleteus sedikit-sedikit itu malah wajar," terangnya.
Berita Terkait
-
Guru Besar UGM Dipecat buntut Terlibat Kasus Kekerasan Seksual
-
Gunung Marapi Kembali Erupsi, Muntahkan Abu Vulkanik Lebih Tinggi
-
Gunung Marapi Erupsi, Ketinggian Abu Vulkanik Capai 350 Meter
-
Kritik Keterlibatan Ketua KPK di Danantara, PUKAT UGM: kalau Terjadi Korupsi Mau Bagaimana?
-
Ramai Soal Ijazah Jokowi, Dokter Tifa Merasa Janggal : Ijazah Keluar Duluan Baru Skripsi?
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
- Rekaman Lisa Mariana Peras Ridwan Kamil Rp2,5 M Viral, Psikolog Beri Komentar Menohok
Pilihan
-
Hasil Akhir! Pesta Gol, Timnas Indonesia U-17 Lolos Piala Dunia
-
Hasil Babak Pertama: Gol Indah Zahaby Gholy Bawa Timnas Indonesia U-17 Unggul Dua Gol
-
BREAKING NEWS! Daftar Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Yaman
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
Terkini
-
Gunungkidul Sepi Mudik? Penurunan sampai 20 Persen, Ini Penyebabnya
-
Kecelakaan KA Bathara Kresna Picu Tindakan Tegas, 7 Perlintasan Liar di Daop 6 Ditutup
-
Arus Balik Pintu Masuk Tol Jogja-Solo Fungsional di Tamanmartani Landai, Penutupan Tunggu Waktu
-
AS Naikan Tarif Impor, Kadin DIY: Lobi Trump Sekarang atau Industri Indonesia Hancur
-
Petani Jogja Dijamin Untung, Bulog Siap Serap Semua Gabah, Bahkan Setelah Target Tercapai