Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 06 Desember 2021 | 17:30 WIB
Pakar Vulkanologi UGM Dr Wahyudi. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Bahkan luncuran material awan panas itu melebihi prediksi radius bahaya yang ditetapkan oleh pemerintah yakni sepanjang 5 km. Erupsi berupa guguran awan panas itu tercatat hingga mencapai 11 km. 

Sementara itu Pakar Vulkanologi UGM lainnya, Herlan Darmawan menjelaskan terdapat sejumlah parameter yang kemudian dapat mempengaruhi jarak luncuran material awan panas. Di antaranya selain dari volume kubah lava, ada pula tekanan gas yang dikeluarkan.

"Pertama dari gasnya. Jadi saat magma naik itu sudah difragmentasi atau berubahnya material magma menjadi solid itu ada gas terbentuk. Jadi kalau saat magma naik ternyata tekanan pas dropnya cepat gasnya akan semakin banyak," ujar Herlan.

Gas itu, kata Herlan, bisa berperan sebagai 'pelicin' antara permukaan bumi dan material awan panas yang dilongsorkan.

Baca Juga: Pakar UGM Ingatkan Bahaya Banjir Bandang Pasca Erupsi Gunung Semeru

"Jadi ada semacam gas layer di bawah awan panasnya. Itu juga bisa membuat jarak luncur semakin jauh dan awan panas semakin cepat," sambungnya.

Kemudian masih ada lagi faktor air hujan yang juga bisa melicinkan permukaan dengan material awan panas. Atau dapat memperkecil gaya gesek antara permukaan bumi dan material awan panas yang lonsor tadi.

"Pas (erupsi) Merapi 2010 itu juga pas musim hujan sehingga (jarak luncur) bisa 15 kilometer," tandasnya.

Load More