SuaraJogja.id - Epidemiolog UGM, Bayu Satria Wiratama meminta pemerintah lebih memperhatikan kelompok rentan dan lansia. Hal ini menyusul masuknya varian baru COVID-19, Omicron ke Indonesia.
Pemerintah juga perlu belajar dari pengalaman penanganan dari varian Delta untuk menghadapi Omicron. Saat varian Delta muncul, Indonesia tidak siap dari sisi vaksinasi dan 3T terutama isolasi terpusat dan tracing.
Padahal virus yang sudah membuat satu orang terpapar ini disebut lebih cepat menyebar dibandingkan varian Delta. Padahal saat Delta menyebar secara masif pada kurun waktu Juni hingga September 2021 lalu, angka kasus COVID-19 di Indonesia, termasuk di DIY tidak terbendung banyaknya.
"Omicron dugaannya lebih menular dari delta. Kita perlu antisipasi dengan percepatan vaksinasi, terutama yang rentan seperti usia lansia sama yang punya komorbid," papar Bayu saat dikonfirmasi, Jumat (17/12/2021).
Menurut Bayu, kaum rentan memerlukan booster selain vaksinasi yang sudah mereka terima. Sebab bila terpapar Omicron, penyakit mereka akan parah.
Booster bagi kaum rentan penting karena Omicron diduga lebih menurunkan efektivitas vaksin dibanding dengan Delta. Berbeda dari efektivitas vaksin pada varian Delta bisa mencapai 80 persen, maka pada Omicron turun menjadi 70 persen.
"Omicron ini sementara bukti yang ada menurunkan efektifitas vaksin daripada delta. Semua kelompok umur berisiko tapi lansia lebih berisiko karena lebih rentan, juga yang punya komorbid," tandasnya.
Untuk itu Bayu berharap vaksinasi lansia bisa dipercepat. Sebab di Indonesia, vaksinasi bagi lansia masih cukup lambat jika dibandingkan kelompok usia lain.
Contohnya di DIY, capaian vaksinasi untuk kelompok usia dibawah 70 tahun sudah mencapai 90 persen lebih. Sementara untuk lansia baru di angka 60 persen.
Baca Juga: Soroti Cakupan Vaksinasi Covid-19, Epidemiolog UGM: Masih Belum Merata Sepenuhnya
Persoalan ini terjadi seringkali dikarenakan informasi yang salah terkait vaksinasi pada lansia. Banyak keluarga kesulitan untuk membujuk lansia agar mendapatkan vaksinasi.
"Lansia sudah dibujuk untuk vaksin karena termakan informasi yang salah," ujarnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Heboh Warga Solo Dituduh Buron 14 Tahun, Kuasa Hukum Tak Habis Pikir: Padahal di Penjara
-
7 Rekomendasi HP Gaming Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Agustus 2025, Murah Performa Lancar
-
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
-
Kak Ros dan Realita Pahit Generasi Sandwich
-
Immanuel Ebenezer: Saya Lebih Baik Kehilangan Jabatan
Terkini
-
Santri Diduga Dianiaya di Ponpes Sleman, Orang Tua Kecewa dan Lapor Polisi Usai Dianggap Bertengkar
-
Koperasi Sleman Siap Saingi Minimarket? Ini Jurus Ampuh Tingkatkan Daya Saing
-
Disperindag Sleman Ungkap Penyebab Harga Beras Naik: Bukan Hanya Soal Stok
-
Danais DIY Dipangkas Setengah Miliar! Sultan Tolak Lobi Prabowo
-
Trans Jogja Tabrak Pejalan Kaki Hingga Tewas: Polisi Buru Bukti CCTV, Ada Kelalaian?