Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 06 Januari 2022 | 15:13 WIB
Valent Zalfaaiz Islama, siswa kelas 9 memberi keterangan pada wartawan di sela peninjauan PTM oleh Kepala Disdikpora, Budi Santosa Asrori di MTs Negeri 1 Kota Yogyakarta, Kamis (6/1/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Tidak seperti pagi sebelumnya, seorang anak laki-laki 19 tahun tampak lebih sibuk. Beberapa buku, alat tulis dimasukkan ke dalam tas yang telah disediakan di meja belajarnya. Setelah selesai berkemas, anak yang tinggal di Jalan Lowanu, Sorosutan, Kemantren Umbulharjo itu berangkat ke sekolah untuk memulai pembelajaran tatap muka (PTM) yang sudah ia idam-idamkan.

Diantar oleh sang ayah dengan motornya, laki-laki bernama Valent Zalfaaiz Islama ini turun dan masuk ke gerbang sekolah. Seorang petugas jaga lalu memeriksa suhunya dan diperkenankan masuk karena tidak melebihi batas suhu 37,5 derajat.

Memang terasa sedikit canggung baginya ketika masuk ke dalam kelas di awal tahun pembelajaran ini. Pasalnya, nyaris dua tahun, pemuda yang memiliki hobi fotografi itu tidak pernah merasakan suasana belajar di kelas.

Ka Disdikpora Kota Yogyakarta Budi Santosa Asrori memberi arahan kepada siswa saat proses PTM di MTs Negeri 1 Kota Yogyakarta, Kelurahan Giwangan, Kemantren Umbulharjo, Kota Jogja, Kamis, (6/1/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Awalnya memang canggung ya, karena sudah sangat lama kita tidak belajar di kelas. Memang saya juga aktif di organisasi sekolah yang beberapa hari kemarin sudah berada di sini, tapi untuk KBM mungkin butuh penyesuaian," jelas Valent ditemui SuaraJogja.id saat peninjauan PTM ke sekolah MTs Negeri 1 Yogyakarta oleh Kepala Disdikpora di Kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Kota Jogja, Kamis (6/1/2022).

Baca Juga: Disiplin Protokol Kesehatan, Guru dan Orangtua Wajib Jadi Satgas 3M

Dua tahun belajar secara daring, terlalu banyak distraksi yang ia temukan. Mulai kehabisan kuota internet, hingga jaringan internet handphone miliknya yang lambat.

"Bahkan suatu hari ada materi pada pagi hari sekitar 2 jam. Setelah itu istirahat dan dilanjut sekitar sore. Tapi saat login ke zoom, gagal terus. Baru dicek kuotanya sudah habis," ujar dia.

Tidak hanya kendala internet. Materi yang diberikan melalui daring, tak jarang terpotong dan kurang dipahami oleh siswa. Valent menganggap dengan PTM yang telah diizinkan Pemerintah Pusat dan Pemkot Yogyakarta materi yang disampaikan guru lebih mudah dipahami.

"Saya kira dengan PTM atau tatap muka langsung bisa lebih paham. Itu yang saya rasakan juga saat belajar tatap muka dilakukan," kata laki-laki yang duduk di kelas 9 itu.

Valent sudah divaksin dua kali, kekhawatiran untuk berada dalam satu ruangan kelas tak membuatnya begitu takut. Ia meyakini jika telah divaksin ditambah dengan penggunaan masker yang disiplin, bisa menghindari penularan.

Baca Juga: PTM Berjalan 3 Hari, Pendapatan Pedagang Seragam di Jogja Meningkat Pesat

"Tidak begitu takut ya sekarang. Meski kita berkumpul di satu kelas juga telah diberi jarak. Masing-masing siswa disediakan kursi sendiri," terang dia.

Dirinya juga sedikit menyayangkan dengan durasi untuk bertemu teman-temannya di sekolah. Pemerintah hanya memberi waktu 6 jam dan seluruh aktivitas digunakan untuk penyampaian materi.

Valent, yang suka berdiskusi, tidak memiliki kesempatan itu. Saat jam istirahat, siswa hanya boleh makan ditempat dengan membawa bekal sendiri.

Puluhan siswa mengikuti pembelajaran tatap muka di salah satu kelas di MTs Negeri 1 Kota Yogyakarta, Kelurahan Giwangan, Kemantren Umbulharjo, Kota Jogja, Kamis, (6/1/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Ya kalau mau ngobrol sama teman-teman tidak bisa maksimal. Saat istirahat biasanya ada petugas yang berkeliling juga. Di samping itu saat jam pulang sekolah harus langsung pulang karena sudah dijemput orang tua," keluhnya.

Ia berharap penyebaran Covid-19 bisa berkurang drastis. Pasalnya meski telah diberlakukan PTM, dirinya tidak menikmati masa-masa sekolah seperti sebelum munculnya virus tersebut.

Terpisah, Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Kota Yogyakarta Muhammad Iryadi mengungkapkan pengetatan protokol kesehatan terus dilakukan. Sejak mulai diuji coba pada 3 Januari 2022 lalu, belum ada anak yang terkonfirmasi Covid-19.

"Alhamdulilah anak sehat semua, kami melengkapi semua fasilitas pencegahan Covid-19. Baik dari hand sanitizer wastafel dan sabun cuci tangan. Skema masuk dan keluar kelas juga sudah kami atur," terang Iryadi.

Pihaknya juga menerjunkan petugas untuk mengingatkan siswa yang melepas masker saat jam istirahat. Petugas juga akan menegur anak-anak ketika terjadi kerumunan.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori menyatakan seluruh sekolah baik jenjang TK, SD dan SMP/Mata sudah menerapkan PTM.

"Hanya saja kita tidak langsung 100 persen anak masuk ke sekolah. Tapi dimulai dari 67-70 persen dahulu. Setelah itu kami evaluasi," ujar dia.

Evaluasi selama dua pekan akan dilakukan. Hal itu untuk melihat apakah PTM yang digelar di Kota Jogja sudah cukup baik dan tidak ada penularan.

"Melihat dari jumlah kasus per hari cukup kecil ya. Nah apakah nanti bisa langsung 100 persen, tentu ada evaluasinya. Dua pekan lagi kita lihat," ungkap Budi.

Load More